Kopi. Saya mengenal si hitam manis ini sejak kelas tiga SMA. Saat itu persiapan ujian memaksa saya belajar hingga malam hari dan akhirnya dari nasehat teman- teman saya mulai berkenalan dengan kopi.
Kopi yang menjadi favorit saya saat itu tentu saja kopi yang sering diminum ibuk dan bapak. Namanya Kopi Cap Moci yang diproduksi Sumber Alam Malang.
Kami membelinya eceran di warung. Untuk ukuran saat itu harganya cukup mahal. Kami menamainya kopi istimewa karena rasanya yang berbeda dari kopi biasa.
Ya, saya paling suka ketika diminta ibuk untuk membeli kopi bubuk ke warung. Begitu tempat kopi dibuka...Hmm, baunya suedeep sekali.
Entah karena sugesti atau benar-benar berkhasiat, dengan minum kopi saya bisa belajar sampai malam hari.Â
Radio transistor kecil, buku catatan dan secangkir kopi hitam adalah teman setia setiap malam hari.Â
Sambil nyeruput kopi, saya mengerjakan tugas sekolah dan sesekali tersenyum ketika tiba- tiba ada salam dari radio yang nyasar ke saya.Â
Ah ya, kami, anak SMA waktu itu punya kegemaran saling berkirim salam dan lagu lewat radio. Jadinya belajar malam hari bersama radio dan kopi adalah sebuah keasyikan tersendiri.
Kegemaran ngopi akhirnya menular ke adik saya. Karena kami hanya berselisih dua tahun, dan sering ngobrol bareng sambil ngopi.