Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Siswa Saya Bertanya tentang Pacaran

11 November 2022   15:32 Diperbarui: 11 November 2022   18:05 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembinaan wali kelas, sumbergambar: detikhealth

Membaca topik pilihan Kompasiana tentang pacaran membuat saya teringat pada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan oleh seorang siswa. Ia bertanya tentang boleh atau tidaknya pacaran bagi siswa seusianya.

Masa SMP adalah masa dimana anak mulai sedikit berani menunjukkan rasa suka pada lawan jenisnya. Jika di SD mereka masih merasa malu-malu, di SMP mereka mulai sedikit terus terang menunjukkan perilaku suka pada seseorang.

Rasa suka bisa ditunjukkan dengan mengerjakan tugas atau diskusi bersama, makan bekal bersama atau berlama-lama di sekolah dengan alasan menunggu jemputan. Di sini guru terutama wali kelas dan BK harus jeli dan selalu mengingatkan agar siswa tetap bergaul sesuai batas-batas yang diperbolehkan.

Dalam tulisan ini saya akan bercerita tentang dialog saya bersama siswa tentang pacaran tersebut. Dialog yang sedikit saya kaitkan dengan matematika. He.. He..

*****

Pagi itu saya kembali mengisi pembinaan pada siswa kelas saya. Jam pembinaan walikelas diadakan setiap bulan sekali. Di jam tersebut semua wali kelas diberi kesempatam untuk memberikan arahan tentang apa saja pada siswa di kelasnya selama kurang lebih 40 menit atau satu jam pelajaran.

Ada banyak masalah yang dibahas saat itu seperti cara belajar, cara mengatur waktu, disiplin siswa, tugas- tugas yang belum beres dan banyak lagi.

Dalam pembinaan biasanya topik banyak muncul dari siswa. Ya, mereka bebas bertanya atau mengemukakan masalah apa saja yang berkaitan dengan sekolah, dan nantinya akan dibahas bersama.

Pagi itu pembinaan membahas tentang disiplin datang dan disiplin pulang sekolah. Ya, beberapa siswa suka datang terlambat, dan hal tersebut tentunya sangat mengganggu siswa lain juga merugikan dirinya sendiri.

Mengapa disiplin pulang juga dibahas? Banyak siswa tidak segera pulang saat jam pulang dengan berbagai alasan. Mengerjakan tugas, langsung ikut bimbel yang lokasinya tidak jauh dari sekolah, menunggu jemputan dan yang lain.

Nah, biasanya anak anak yang seperti ini yang diopyak-opyak untuk segera pulang. Anak-anak yang benar-benar merasa bahwa sekolah adalah rumah kedua mereka.

Setelah pembahasan masalah disiplin tiba-tiba seorang siswa bertanya, "Bu, pacaran itu boleh tidak? "
Saya tersenyum meski sedikit terkejut mendapat pertanyaan tak terduga itu.

"Cieeee.., "
Beberapa siswa spontan tertawa sementara yang lain berbisik-bisik.
Si penanya, sebutlah namanya Deni tidak peduli dengan tanggapan temannya. Ia memandang saya dengan sedikit tersenyum.

"Tergantung bagaimana kamu mengartikan pacaran itu apa, " jawab saya. Agak geli juga rasanya. Anak- anak sekarang begitu terbuka. Tidak malu menanyakan hal-hal yang agak pribadi.
.
"Maksudnya bagaimana Bu? " tanya Deni dengan sorot mata ingin tahu. Saya belum menjawab, tiba-tiba siswa yang lain berkomentar
"Deni sudah punya pacar Bu.., " kata Lana sang ketua kelas yang langsung ditanggapi dengan tawa yang lain.
"Iya Bu.. Kelas sebelah, "

Kelas semakin ramai. Deni tetap tak bergeming dan menunggu jawaban saya. Ah, saya jadi ingat laporan beberapa guru yang mengatakan bahwa Deni sering tidak segera pulang saat bel pulang. Ia selalu pulang lebih lambat dari teman-temannya.

"Maksudnya begini, tergantung kalian mengartikan pacaran itu apa. Kalau sekedar simpati, belajar dan diskusi bareng tanpa melakukan hal-hal yang lain yang melanggar norma Ibu pikir tidak apa-apa, "

"Yang tidak boleh itu jika kalian sampai hanya berdua-dua saja, sampai tidak mau berteman dengan yang lain.., " tambah saya.

"Deni pulangnya sore terus Bu.. , " sahut Wiwin, anak terusil di kelas saya.

"Lho... Aku kan diskusi matematika.., " kilah Deni. Anak-anak tertawa melihat wajah Deni yang memerah. 

Saya ikut tertawa.

Mendengar alasan yang dipakai adalah matematika, saya langsung bertanya pada anak-anak, "Kalian mau tahu pandangan matematika tentang pacaran?"

Sumber gambar: https://www.google.com/search?client=ms-android-oppo&sxsrf=ALiCzsbGgHj7w-z74hkW_2kro87vQDjQrw:1668151775807&q=gambar+anak+belajar+matem
Sumber gambar: https://www.google.com/search?client=ms-android-oppo&sxsrf=ALiCzsbGgHj7w-z74hkW_2kro87vQDjQrw:1668151775807&q=gambar+anak+belajar+matem
Anak anak langsung terkejut." Memang ada pandangan matematika terhadap pacaran? " tanya Wiwin penasaran. Saya tersenyum kecil.

Spidol saya ambil dan mulai menerangkan,"Jika seseorang memutuskan untuk pacaran berarti ia harus siap mengorbankan waktu dan uang. Setuju?" tanya saya.
"Setuju! " jawab anak -anak serempak.
Saya melanjutkan penjelasan sebagai berikut :

Jika Pacaran dilambangkan dengan P, waktu dengan W dan uang dengan U, maka bisa ditulis: P = W x U. (persamaan 1)

Ada sebuah kata bijak  yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Jadi bisa ditulis W = U.
Subtitusikan W=U ke dalam persamaan (1), akan diperoleh P = U x U . (persamaan 2)

Ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa uang adalah akar dari segala masalah,
Berarti U = akar M. Subtitusikan akar M ke persamaan (2) , dan diperoleh
P = akar M x akar M.
Karena akar M x akar M = M, maka kesimpulannya adalah P=M

Hitungan lengkap adalah sebagai berikut:

Sumber: tangkapan layar pribadi
Sumber: tangkapan layar pribadi
Anak- anak tertawa riuh termasuk Deni."Jadi pacaran sama dengan masalah, ya Bu? "tegas Wiwin sambil melirik pada Deni dengan senyumnya yang nakal.

"Kira-kira seperti itu, apalagi kalian sudah kelas sembilan, sebentar lagi ujian, " jawab saya.

Bel tiba-tiba berbunyi. Jam pembinaan berakhir. Setelah mengucap salam saya segera keluar karena guru jam pelajaran pertama sudah siap di depan kelas.

"Terima kasih, Bu, " kata anak-anak sambil tersenyum. Termasuk Deni.

He..he..Sekedar cerita akhir pekan, dan  salam matematika:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun