Tak terasa sudah sudah dua bulan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema satu dilaksanakan di sekolah. Satu minggu lagi tema akan ganti dengan yang lain. Ya, sesuai rencana di minggu ketiga September kami harus masuk ke tema dua.
Rencananya dalam satu tahun ada minimal tiga tema yang akan dilakukan sekolah, satu proyek kurang lebih memerlukan waktu tiga bulan.
Sebagai hal baru pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini menyimpan banyak kendala di lapangan, namun dalam pelaksanaan proyek yang tidak begitu lama tersebut ternyata ada banyak hal yang bisa didapatkan.
Tentang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Proyek bertujuan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila yang meliputi beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menuntut guru agar bisa bekerja secara kolaboratif. Kolaborasi lintas ilmu yang baik akan menjadi kunci sukses atau tidaknya sebuah proyek. Kolaborasi ini berwujud merencanakan proyek, memfasilitasi, dan menjalankan asesmen.Â
Karenanya sebelum melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sekolah membentuk komite pembelajaran yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi proyek tersebut.
Tugas tiap tim adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Mulai dari merencanakan, menyusun modul ajar, melaksanakan juga asesmen.
Ada empat prinsip dalam menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Pertama adalah holistik, yang bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
Dengan berpikir holistik maka siswa akan belajar untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat masalah dari berbagai segi secara mendalam.
Kedua adalah kontekstual. Artinya tema proyek yang diambil adalah nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Prinsip ini mendorong sekolah agar dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.
Ketiga adalah berfokus pada peserta didik.
Artinya pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri. Pendidik berperan sebagai fasilitator dan mendorong siswa agar belajar maksimal.
Keempat adalah eksploratif. Artinya proyek ini membuka ruang yang lebar bagi proses inkuiri dan pengembangan diri siswa.
Pelaksanaan proyek tiap tema diatur sedemikian rupa secara detail oleh tim penanggung jawab. Tujuannya jelas, agar semua berjalan lancar dan siswa bisa belajar secara efektif.Â
Dalam pelaksanaannya beberapa kali sekolah mengundang narasumber dari luar untuk memberikan pemahaman yang lebih, juga agar siswa bisa melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
Dalam pelaksanaannya proyek tema satu berjalan lancar. Narasumber bisa memberikan banyak informasi yang bermanfaat bagi siswa.
Berbagai ice breaking diberikan pada siswa disela-sela pengerjaaan proyek, sehingga semangat yang sempat memudar karena bosan bisa bangkit kembali.
Ada beberapa catatan berharga yang bisa diambil dari kegiatan proyek selama ini. Di antaranya adalah:
1. Modul dan arahan yang jelas membuat semua siswa bisa tetap belajar meski dalam suasana yang lebih 'bebas'. Seperti yang diharapkan dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu semua siswa bisa 'merasakan pengalaman' belajar.
Namun yang tak kalah penting dalam pelaksanaan proyek pengawasan yang lebih dari guru sangat diperlukan. Jangan sampai siswa bekerja tak tentu arah.Â
Ada siswa yang benar-benar bekerja dalam timnya, namun ada pula yang hanya bermain-main dan menggantungkan diri pada rekan satu tim. Di sini kejelian dan peran guru untuk selalu mengingatkan siswa yang kurang serius sangat diperlukan.
2. Koordinasi dan komunikasi yang baik dari para guru yang tergabung dalam tim fasilitasi proyek amat menentukan sukses atau tidaknya proyek.
Tidak bisa dipungkiri guru yang berasal dari mata pelajaran yang berbeda juga generasi yang berbeda sering mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap sebuah masalah dan mengatasinya.Â
Dengan bergabung dalam tim fasilitasi semua guru bisa belajar untuk berkolaborasi, saling menghormati dan menghargai berbagai perbedaan yang mungkin timbul.
Di samping untuk kelancaran proyek, kerja sama yang baik dari bapak ibu guru dalam tim sangat diperlukan karena guru adalah role model pendidikan karakter bagi siswa di sekolah.
Ya, guru adalah teladan dari penanaman karakter baik yang diberikan pada para siswa. Bukankah strategi yang paling efektif untuk menanamkan karakter baik pada siswa adalah lewat keteladanan?
Semoga bermanfaat dan salam edukasi..:)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI