Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ceria Lebaran Dalam Goresan Tangan Sang Seniman

6 Mei 2022   14:12 Diperbarui: 6 Mei 2022   14:16 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Yusa dan beberapa karyanya,  dokumentasi pribadi 

Dimulai dari bagian kiri, lukisan bercerita tentang kegiatan takbir keliling di malam lebaran.  Betapa takbir keliling di masa jauh sebelum pandemi demikian ramai,  bahkan sampai naik truk dan membawa obor.  

Berlanjut ke bagian tengah tampak
 orang- orang sedang membagikan zakat fitrah, satu kegiatan yang dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri.  

Di bagian yang lain lukisan, terlihat kesibukan sebuah keluarga menyiapkan hidangan lebaran.
 Ketupat dan pernak perniknya tampak di sana. Semua bekerja bersama dalam suasana bahagia.  

Hingga di bagian tengah adalah lukisan tentang hari raya Idul Fitri. Hari yang paling dinanti-nanti. Sesudah sholat Id,  dengan masih berbusana muslim semua bersalam-salaman untuk saling memaafkan.  

Keceriaan Lebaran tampak demikian terasa.  Bisa dilihat pada gambar anak-anak kecil yang membuka amplop 'galak gampil' dengan penuh kegembiraan.

Satu lagi yang mencolok dari lukisan ini adalah perjalanan mudik yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam kendaraan. Bus,  kereta api ataupun kendaraan pribadi. 

Jika kita renungkan, mudik adalah bagian perjalanan ruhani untuk menyempurnakan habluminnas.  Sebab setelah habluminallah sudah silakukan dengan memohon ampunan dari Allah saat sholat Id,  maka ampunan dari sesama manusia bisa didapat dengan saling berkunjung dan memaafkan hingga akhirnya kita akan lahir kembali menjadi manusia yang fitri.

Ya, dengan kepiawaiannya, seorang seniman bisa menggambarkan kegembiraan dan kehangatan dari  suasana lebaran lewat sebuah lukisan yang begitu detail dan indah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun