Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Karena Nilai Rapor Bukan Sekadar Angka

25 Desember 2021   11:27 Diperbarui: 26 Desember 2021   09:42 13509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana sekolah begitu sepi meski menurut kalender pendidikan semester gasal berakhir hari ini. Namun beberapa siswa tampak asyik mengerjakan tugas di sebuah ruang kelas. Sementara siswa yang lain sudah libur, mereka diminta menyelesaikan tanggungan tugas supaya nilai rapornya bisa diisi. Bapak dan ibu guru sesekali mengamati mereka yang terbagi dalam beberapa ruang kelas.

Akhir semester memang selalu penuh cerita. Di akhir semester ini, saat para guru harus merekap semua nilai yang masuk setelah pembelajaran yang dilakukan selama satu semester, ternyata kami mendapatkan kenyataan bahwa banyak nilai yang di bawah KKM bahkan kosong. Tidak hanya untuk satu dua siswa, tetapi banyak siswa.

Dengan nilai semacam itu, bagaimana guru harus mengisikan nilai di rapor? Akhirnya kegiatan kami sekarang adalah menagih tugas yang belum dipenuhi.

Mengapa tugas yang kosong menumpuk di akhir semester?

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang pelaksanaannya setengah daring dan luring secara bergantian sebenarnya sudah lebih baik daripada full daring. Namun demikian, proses penagihan tugas masih kurang efektif. Beberapa siswa yang suka kucing-kucingan keluar masuk pembelajaran dengan berbagai alasan.

Sering juga mereka tidak muncul dalam pembelajaran luring, dan hilang saat pembelajaran daring. Ini yang mengakibatkan nilai tidak lengkap, bolong di sana-sini.

Kompetensi siswa begitu rendah juga mengakibatkan siswa malas untuk mengerjakan tugas. Ancaman learning loss benar-benar tampak di depan mata. 

Seperti pengalaman saya, siswa kelas 7 lupa cara menghitung perkalian sederhana. Apalagi melakukan pembagian.

Ilustrasi learning loss | Sumber: edukasi.kompas.com
Ilustrasi learning loss | Sumber: edukasi.kompas.com
Bisa jadi hal serupa terjadi di mapel lain. Siswa tidak paham dengan apa-apa yang dipelajari sebelumnya karena lupa atau tidak mengerti sama sekali saat materi disajikan secara daring.

Bagaimana mereka bisa mengerjakan tugas jika materi saja tidak paham?

Di masa menjelang penerimaan rapor ini, pemanggilan terhadap siswa yang bermasalah dilakukan dengan intensif. Ada yang diminta untuk mengerjakan tugas di sekolah, namun ada juga yang tugas dibawa pulang dan diserahkan hari berikutnya.

Masalah penagihan tugas pada siswa kelas delapan dan sembilan biasanya lebih mudah diatasi. karena siswa tidak segan untuk bertanya pada guru pengajar tentang tugas apa saja yang belum beres.

Untuk siswa kelas tujuh guru harus bekerja ekstra untuk menyelesaikan masalah yang ada. Mengapa? 

Siswa kelas tujuh masih merasa enggan atau takut bertanya pada guru pengajar. Bisa dimaklumi karena mereka baru lulus SD. 

Di SD siswa biasa belajar di bawah bimbingan beberapa guru, tiba-tiba di SMP harus menghadapi 11 guru dengan karakter yang berbeda.

Bagaimana tanggapan orang tua? Mayoritas orang tua sangat mendukung dan berjanji untuk membantu mengawasi siswa dalam menyelesaikan tugas. 

Ya, masalah yang berkaitan dengan siswa tentunya memerlukan kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua .

Meski dalam pelaksanaannya ada juga orang tua yang tidak berkenan jika diberitahu bahwa nilai putera puterinya bermasalah, namun semua bisa diselesaikan dengan baik melalui berbagai pendekatan.

Pendampingan orang tua | Sumber gambar: Acer for Education
Pendampingan orang tua | Sumber gambar: Acer for Education
Sebelum memberikan kembali tugas perbaikan, guru selalu memberikan motivasi pada siswa untuk selalu rajin belajar. 

Pandemi telah membuat mereka jadi agak lebih santai dalam keseharian. Kini saatnya mereka harus memperbaiki diri. Menata ulang jadwal sehari-hari yang banyak magernya, membereskan semua tugas, tidak suka menyia-nyiakan waktu dan mengurangi bermain game.

Pada prinsipnya, sebelum penerimaan rapor, semua tugas harus tetap dikerjakan meskipun terlambat, karena nilai tidak diberikan secara cuma-cuma.

Ya, nilai rapor bukan sekadar angka. Meski di masa pandemi ini nilai rapor kurang bisa menggambarkan raihan kompetensi akademik secara nyata, namun lengkapnya nilai rapor menggambarkan perjuangan dan kegigihan siswa dalam menjalani proses pembelajaran dalam satu semester.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun