Beberapa hari kemarin tepatnya sejak Senin 4 Oktober adalah hari yang begitu sibuk di sekolah. Ya, hari itu sekolah kami mulai melaksanakan ANBK atau Asesmen Nasional Berbasis Komputer.
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah dengan menggunakan tiga instrumen yaitu AKM, survei lingkungan, dan survei karakter.
Melalui tiga instrumen tersebut diharapkan bisa diperoleh informasi tentang hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter), kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung proses pembelajaran.Â
Berbeda dengan UNBK yang diikuti oleh seluruh siswa kelas 9, ANBK hanya diikuti oleh 15% dari seluruh siswa kelas 8 dengan penunjukan acak yang meliputi siswa berkemampuan akademis tinggi, sedang, dan kurang.
Meski pesertanya tidak banyak, persiapan untuk menghadapi ANBK tetap harus dipersiapkan secara matang. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan komputer dan jaringan, administratif, juga yang tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan mental siswa untuk menghadapi ANBK.
Di sekolah kami ANBK diikuti oleh 45 siswa kelas 8 sebagai peserta inti dan 5 siswa peserta cadangan.
Mengapa harus ada cadangan? Jika ada peserta inti yang tidak hadir atau terlambat, maka akan digantikan oleh peserta cadangan. Namun penggantiannya tidak bisa asal tunjuk. Sudah ada mekanisme yang mengaturnya.Â
Jika ada peserta inti yang berhalangan hadir, nama-namanya akan dilaporkan, tak lama kemudian muncul nama -nama siswa peserta cadangan yang harus menggantikan peserta inti tersebut.Â
Ribet? Ya, tapi mungkin sudah diatur sedemikian rupa bahwa penggantinya adalah siswa dengan kemampuan yang setara.
Menurut jadwal ANBK sebenarnya dimulai pukul 07.30. Tapi guru yang bertugas dan siswa sudah siap sejak pukul 06.30, supaya jika ada kendala bisa segera diatasi, terutama yang berkaitan dengan ketidakhadiran peserta.