Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Kabar Anak-anak di Masa Pandemi? (Sebuah Catatan Hari Anak Nasional)

24 Juli 2021   15:12 Diperbarui: 24 Juli 2021   19:01 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak sedang bermain bersama. Sumber: istockphoto/Fatcamera via Kompas.com

"Every child should grow with love and care. Let's make the lives of the little one's happy and healthy."

Jam masih menunjukkan setengah delapan lebih sedikit ketika saya bersepeda motor menuju sekolah. Hari itu adalah giliran saya piket. Di tepi jalan kampung tampak beberapa anak usia SD akhir bergerombol untuk menuju tempat tertentu. Warnet. Itu pasti yang dituju, karena dekat jalan tersebut ada sebuah warnet yang lumayan besar. Mudah-mudahan mereka ke warnet untuk belajar daring, pikir saya sambil meneruskan perjalanan.

Tak jauh dari situ rombongan "Jaran Kepang" sudah mulai menata alat musiknya pula. Gong, kendang juga beberapa anak sudah siap dengan kostum menari. Saya terus berjalan. Dan irama jaran kepang yang rancakpun mulai terdengar meramaikan suasana pagi itu.

Tidak bisa dipungkiri kegiatan anak mengalami perubahan drastis di masa pandemi ini.Jika biasanya sebelum pukul tujuh anak-anak sudah sarapan , berseragam rapi, dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, kini tidak lagi.

Di pagi hari anak- anak sekarang bisa lebih santai. Pembelajaran dimulai pukul 8 . Sebagian anak mempersiapkan diri untuk belajar, sebagian lagi tidak. Lebih-lebih yang di rumah tidak memiliki perangkat untuk mengikuti PJJ atau harus membantu orang tua untuk bekerja seperti rombongan Jaran Kepang di atas.

Pandemi telah banyak memberikan pukulan dalam berbagai aspek kehidupan. Dan hal tersebut sangat berdampak pada diri anak. Beberapa dampak pandemi yang langsung menyentuh diri anak adalah:

1. Meningkatnya angka gizi buruk dan resiko stunting. Ekonomi yang sulit, banyaknya angka PHK membuat banyak orang tua mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. 

Hal itu bisa menyebabkan anak mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Tentu saja, hal ini akan meningkatkan risiko stunting atau gangguan tumbuh kembang lain pada anak. 

Stunting terjadi karena masalah gizi kronis yang kemudian memicu anak memiliki tinggi badan di bawah angka normal alias kerdil. Dampak dari stunting ini adalah anak memiliki tinggi dan kecerdasan di bawah rata-rata, mudah sakit dan mengidap penyakit bawaan.

2. Meningkatnya angka putus sekolah. Menurut KPAI di masa pandemi ini terjadi banyak peningkatan angka putus sekolah di tingkat SD hingga SMA. Beberapa penyebabnya adalah karena kesulitan akses belajar,menikah, bekerja, menunggak iuran SPP, kecanduan game online, membantu orang tua untuk bekerja bahkan meninggal dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun