Mohon tunggu...
Ryuki Satria
Ryuki Satria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi UNJ 2018

Seorang mahasiswa yang antusias mempelajari sosiologi dan Bahasa Korea.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menonton Drama Korea Sebagai Pelepas Jenuh di Era Pandemi Covid 19

5 Juli 2021   16:31 Diperbarui: 5 Juli 2021   16:52 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi COVID 19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 mengubah segala sendi kehidupan kita. Untuk memutus mata rantai virus ini, pemerintah menghimbau agar kita untuk tetap di rumah dan melarang segala aktifitas  seperti konser, makan secara dine-in, pesta hajatan dengan mengundang banyak orang, plesiran, dsb. Karena kita diharuskan untuk berdiam diri di rumah dalam waktu yang lama, tentunya kita akan merasa jenuh. Salah satu cara yang dilakukan oleh banyak orang untuk mengatasi kejenuhan selama di rumah yaitu dengan menonton Drama Korea atau biasa disebut nge-drakor.

Para penikmat setia Drama Korea dapat menyaksikan Drama Korea kesayangannya lewat berbagai cara. Ada yang menonton lewat televisi, laptop, dan ada juga yang menonton  lewat smartphone yang mereka miliki. Para penikmat Drama Korea setia umumnya mengunduh aplikasi streaming seperti Netflix, Viu, Viki, Drakor ID, dan masih banyak lagi. Mereka juga rela merogoh kocek berapapun untuk berlangganan aplikasi streaming demi menyaksikan Drama Korea yang mereka tunggu-tunggu. Sebenarnya, mereka dapat menyaksikannya lewat televisi. Namun, mereka beralasan bahwa drama yang “tiba” di televisi lebih lambat dirilis ketimbang yang ada di aplikasi streaming. Selain itu, sensor di Indonesia yang cukup ketat menyebabkan para penikmat Drama Korea merasa kurang “greget” jika harus menonton di televisi.

            Cerita yang beragam, kemampuan para aktor dalam menghayati peran, dan paras pemainnya yang tampan dan cantik menjadikan sebab mengapa Drama Korea sukses dan mendapat tempat di hati para peminatnya. Drama Korea juga sukses mengajak orang untuk mempelajari bahasa, sejarah, dan adat istiadat dari negeri gingseng tersebut. Tak hanya itu, Drama Korea juga sukses mendongkrak pariwisata Korea Selatan. Karena para peminatnya secara tidak langsung disuguhi keindahan alam dan keindahan objek wisata yang ada disana sehingga membuat terdorong untuk mengunjungi negara Korea Selatan. Dan yang terakhir, Drama Korea juga sukses mengubah pandangan masyarakat soal standar kecantikan. Jika dahulu sosok yang cantik/tampan diidentikan dengan orang barat, kini banyak masyarakat yang memberikan penilaian cantik/tampan kepada Orang Korea.

 

 

Drama Korea membagi jadwal penayangannya berdasarkan hari dan jumlah episode. Ada yang tayang setiap Senin-Jumat (일일), Senin-Selasa (월화), Rabu-Kamis (수목), dan Sabtu-Minggu (주말). 1 drama biasanya berdurasi sekitar 1 jam. Namun untuk drama yang tayang pada Senin-Jumat durasi tayangnya hanya berkisar 30-40 menit.

Jumlah episode Drama Korea biasanya sekitar 16 episode. Namun ada yang sampai lebih dari 50 episode. Drama sejarah (Sageuk) umumnya memiliki jumlah episode yang panjang. Drama dengan lebih dari 50 episode juga dapat ditemui pada drama akhir pekan. Namun untuk drama yang tayang pada Senin-Jumat, jumlah episodenya bisa lebih dari 100. Pada drama Sabtu-Minggu dan Senin-Jumat cerita yang ditampilkan umumnya bertema tentang keluarga.

Drama Korea sebenarnya bukanlah produk barang baru. Malahan, Drama Korea sudah ada sejak era 1930-an dalam bentuk sandiwara radio. Pada era 1970-an Drama Korea menjadi media yang populer seiring semakin banyaknya orang yang memiliki televisi. Drama Korea dahulu fungsinya hampir sama seperti sinetron yang ada di Indonesia di mana keduanya hadir sebagai penghilang kejenuhan para ibu rumah tangga yang lelah dan jenuh. Idola Perdini Putri (Jurnal ProTVF, Vol.03, No.01, 2019, hlm. 68-80) mengatakan Drama Korea mulai menjadi produk kebudayaan yang dapat diekspor sejak pemerintahan Presiden Kim Dae-Jung pada 1990-an dengan tujuan mengubah citra tradisional Bangsa Korea menjadi bangsa yang modern. Mulai tahun 1997 ketika krisis moneter melanda Korea Selatan, produk drama dan musik Korea Selatan siap diekspor ke seluruh dunia dan menjadi komoditas ekonomi baru.

Hadirnya Drama Korea sebagai hiburan dapat dikatakan sebagai budaya populer. Budaya populer sendiri menurut Strinati (2003) adalah budaya yang lahir atas kehendak media. Jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Drama Korea sebagai produk dari Gelombang Korea (Hallyu)  sukses disebarkan ke seluruh belahan dunia lewat televisi sebagai media yang ada pada saat itu. Suatu budaya dapat dikatakan populer jika hampir seluruh masyarakat menerima produk kebudayaan tersebut lalu mengakuinya. Hal itu juga terjadi pada Drama Korea dimana ia dapat populer karena mendapat penerimaan yang positif dari masyarakat.

Menurut madzhab Frankfurt, budaya populer dihasilkan oleh industri budaya dengan tujuan mempertahankan stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Dalam hal ini, Drama Korea membuat para penontonnya rela menonton selama berjam-jam dan bersedia membayar berapapun untuk berlangganan aplikasi streaming supaya tetap bisa menonton Drama Korea yang mereka sukai. Pundi-pundi keuntungan yang didapat dari para penonton setia Drama Korea membuat Korea Selatan sebagai negara pembuat produk kebudayaan tersebut menjadi semakin kaya. Pundi-pundi keuntungan yang didapat tidak selalu dalam bentuk uang nyata, bisa juga dari banyaknya subsriber dan total penonton yang menyaksikan sebuah tayangan drama. Dari pundi-pundi keuntungan tersebut, Korea Selatan juga tetap konsisten memproduksi Drama Korea yang berkualitas supaya produk kebudayaan mereka tetap lestari dan tetap menghasil keuntungan untuk negaranya. Lalu Drama Korea juga memenuhi syarat untuk disebut sebagai “populer” karena menurut Williams (1983) suatu budaya dapat disebut populer jika disukai banyak orang dan karyanya memang dibuat untuk menyenangkan orang.

Jika dianalisis dengan pendapat dari tokoh sosiologi Theodore Adorno yang pernah mengemukakan bahwa produk budaya massa memiliki kesamaan antara satu produk dengan produk yang lain terjadi pada produk Drama Korea dimana walaupun pemainnya berbeda-beda, tapi Drama Korea tetap hadir dengan episode yang tidak terlalu panjang dan membawa nuansa romantisme kepada para penikmatnya. Lalu Drama Korea bisa disebut bagian dari budaya massa memang benar adanya karena selain bertujuan untuk menghibur, Drama Korea sengaja dibuat untuk menambah pemasukan bagi Korea Selatan. Para pelaku yang terlibat dalam industri Drama Korea yang terdiri dari pemain, sutradara, penulis naskah, dan sebagainya selalu dituntut kreatif supaya menghasilkan karya baru supaya masyarakat tidak bosan dan tidak mencari media hiburan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun