PERJALANAN PANJANG KESEHATAN MASYARAKAT
DARI FENOMENA SOSIAL MENJADI UPAYA PENCEGAHAN
MUHAMMAD ILHAM JULIANSYAH/191251062
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kesehatan adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta. Namun, manusia sebagai individu sering kali bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi kesehatannya. Faktor ekonomi, hambatan geografis, hingga akses pelayanan yang sulit menyebabkan sebagian orang baru melakukan upaya kuratif ketika sakitnya sudah parah. Di sinilah peran kesehatan masyarakat hadir, yaitu memberikan upaya promotif dan preventif sejak tahap paling awal.
Sejarah kesehatan masyarakat telah melalui perjalanan panjang. Awal mula konsep kesehatan masyarakat dapat dilacak dari mitologi Yunani melalui dua tokoh, Asclepius dan Hegeia. Asclepius dikenal sebagai tabib yang menekankan pendekatan kuratif melalui pengobatan dan pembedahan, sedangkan Hegeia lebih menekankan pola hidup sehat dengan menjaga keseimbangan, mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, dan olahraga. Dari kedua tokoh ini lahirlah dua pendekatan besar dalam dunia kesehatan: kuratif dan promotif-preventif .
Perkembangan kesehatan masyarakat kemudian terbagi menjadi dua periode besar. Periode sebelum ilmu pengetahuan ditandai dengan berbagai upaya sederhana di Babylonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Saat itu, sanitasi lingkungan mulai diperhatikan melalui pembangunan saluran air limbah, sumur, serta tempat pembuangan kotoran umum. Namun, upaya tersebut belum didasarkan pada pemahaman bahwa pencemaran bisa menularkan penyakit, melainkan sekadar alasan estetika dan kenyamanan. Sejarah mencatat munculnya berbagai epidemi besar seperti kolera, lepra, dan wabah pes. Fenomena Black Death pada abad ke-14 misalnya, merenggut sekitar 60 juta jiwa di dunia.
Memasuki periode sesudah ilmu pengetahuan pada abad ke-18 dan 19, kesehatan masyarakat berkembang pesat. Munculnya tokoh penting seperti Edwin Chadwick di Inggris yang meneliti sanitasi dan penyakit kolera menjadikannya dikenal sebagai "Bapak Kesehatan Masyarakat". Hasil penelitiannya mendorong lahirnya kebijakan sanitasi lingkungan dan perlindungan pekerja. Tokoh lain seperti C.E.A. Winslow  pada 1920 memberikan definisi modern tentang kesehatan masyarakat, yaitu ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui upaya pengorganisasian masyarakat.
Perjalanan kesehatan masyarakat juga berlangsung di Indonesia. Sejak masa kolonial Belanda abad ke-16, sudah ada upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera. Tahun 1925, seorang petugas kesehatan bernama Hydrich melakukan penelitian di Banyumas dan menemukan bahwa buruknya perilaku sanitasi masyarakat menyebabkan tingginya angka kesakitan. Temuannya dianggap sebagai tonggak awal lahirnya kesehatan masyarakat di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan kesehatan masyarakat semakin pesat. Tahun 1950, Indonesia resmi bergabung dengan World Health Organization (WHO) yang kemudian mendukung pembangunan sistem kesehatan nasional, termasuk perintisan puskesmas. Pada tahun 1960, terbit UU No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, yang menegaskan bahwa tanggung jawab kesehatan tidak hanya di tangan pemerintah pusat, tetapi juga melibatkan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.