Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | "Alien Abduction"

21 Februari 2018   09:00 Diperbarui: 3 Maret 2018   08:15 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bagaimana wujud alien itu, Ed ?  Apa kau sempat melihatnya sebelum mereka menangkapmu ?" 

"Ya. Aku tetap mengingatnya dengan jelas sampai sekarang. Tubuh mereka besar, dengan cekungan lebar yang mengitari seluruh bagian bawah kepalanya. Mereka memiliki sebuah mata besar yang menonjol di bagian tengah dan mulut sangat panjang yang tersambung sampai ke bagian belakang  tubuhnya.  Lalu ada sepasang antena panjang di bagian samping ; dekat dengan kepala, dan sepasang lagi dengan ukuran lebih besar yang menjuntai di bagian bawah. Tubuh mereka seperti dilapisi sesuatu yang menempel ketat pada kulitnya. Cara bergerak mereka juga sangat aneh. Lambat dan terlihat canggung."

"Astaga ! Mereka mengerikan sekali !"

"Mungkin mereka tidak terbiasa dengan kondisi disini sehingga mereka sulit bergerak, ya ?"

"Ya, mungkin saja begitu. Lalu setelah itu bagaimana Ed ?"

 


Ed berhenti sejenak.  

Semua yang hadir menatap dengan tidak sabar ingin mendengar kelanjutannya.

 

"Aku begitu terkejut melihat mereka tiba-tiba muncul di hadapanku sehingga menjadi lengah. Dan tiba-tiba salah satu dari dua alien itu melemparkan sesuatu ke arahku.  Benda itu langsung menyelubungi tubuhku dengan sulur-sulurnya yang saling bersilang, mirip tumbuhan, tetapi terasa sangat kuat dan kasar.  Aku berusaha keras melepaskan diri .  Tetapi benda itu menjeratku dengan sangat kuat. Lalu aku ditarik ke atas dengan cepat. Kemudian aku tiba di sebuah tempat yang luar biasa terang dan menyilaukan, sampai-sampai mataku sakit dan tak bisa melihat.  Saat itulah tiba-tiba aku merasa sesak. Saluran pernapasanku mendadak tersumbat.  Seluruh tubuhku seperti dihimpit oleh sesuatu yang tak terlihat.  Dan saat  aku mulai kejang-kejang karena kehabisan napas, tiba-tiba timbul rasa sakit yang amat sangat di kepalaku. Amat - sangat  - sakit.  Dan setelah itu ... aku tak ingat apa-apa lagi."

"Itu ... itu mengerikan sekali Ed ..."

"Lalu ... bagaimana akhirnya kau bisa melepaskan diri ?"

Ed menggeleng lemah.

"Aku tak ingat. Saat tersadar, aku sudah berada di lokasi yang jauh dari  tempatku berada terakhir kali. Kemudian aku pulang kerumah dan langsung beristirahat, karena aku merasa sangat lelah. Setelah bangun tidur dan membersihkan diri, barulah aku menyadari bahwa ada sebuah bekas luka di kepalaku. Di tempat yang terasa amat sakit tadi. Ini, kalian bisa melihatnya sendiri."

 

Semua berkerumun melihat bekas luka di kepala Ed.

 

"Itu ... seperti luka bekas tertusuk sesuatu ya ?"

"Iya, kelihatannya seperti luka tusukan yang sangat dalam sehingga bekasnya tak bisa hilang."

"Apa sampai saat ini masih terasa sakit, Ed ?"

Ed menggeleng, "Tidak sakit lagi. Hanya saja ... aku  merasa ada sesuatu di balik bekas luka ini."

"Sesuatu apa ?"

Ed meraba bekas lukanya sendiri. 

"Entahlah. Tapi aku yakin alien-alien itu telah memasukkan sesuatu ke dalam kepalaku."

"Apa ??  Maksudmu ... sampai sekarang masih ada sebuah benda asing di dalam tubuhmu ??"

Ed mengangguk.

"Sesuatu itu, misalnya apa menurut perkiraanmu, Ed?"

"Yah ... mungkin ... seperti alat ... atau semacamnya. Yang memungkinkan mereka bisa memantau keberadaanku.  Pasti itulah sebabnya mereka bisa menculikku lagi berkali-kali setelah kejadian pertama. Karena ada alat pengintai di dalam tubuhku."

"Jadi, setelah itu, kau kembali diculik oleh mereka ?  Berkali-kali ?"

Ed mengangguk.

"Lalu, pada penculikan-penculikan berikutnya, apa saja yang kau alami ?"

"Aku tidak ingat.  Dan tidak pernah melihat alien-alien itu lagi. Aku hanya merasa beberapa kali mengalami kehilangan waktu. Hal itulah yang membuatku yakin bahwa pada saat-saat tersebut, aku telah dibawa pergi oleh mereka dalam kondisi tidak sadar."

"Kehilangan waktu ? Maksudnya ?"

 "Ada waktu-waktu yang hilang  dimana aku tidak tahu selama itu aku pergi kemana saja dan melakukan apa. Tadinya aku sedang berada disini, tiba-tiba kemudian aku sudah berada di tempat lain, dalam selang waktu yang cukup jauh. Tidak jelas apa yang kulakukan selama selang waktu yang hilang itu.  Aku selalu mengalami kebingungan selama beberapa saat setelahnya."

"Aneh sekali ya ..."

 

"Hmm ... sebenarnya," Ed berbisik merendahkan suaranya, "Ada yang lebih aneh lagi."

Semua mendekat ke arahnya.

"Apa itu Ed ?"

Ed menghela napas panjang.

"Semenjak setelah kejadian penculikan pertama, aku sering mengalami mimpi-mimpi aneh."

"Aneh bagaimana ?"

"Entahlah.  Mimpi tentang hal-hal yang tidak ada di dunia kita. Tetapi terasa begitu nyata.  Rasanya seolah aku memang pernah mengalaminya atau pernah berada di tempat itu."

"Mimpi tentang apa ?"

"Tentang bangunan-bangunan berbentuk kaku dan menjulang tinggi, lalu alien-alien dalam berbagai rupa hilir mudik kesana kemari, dan banyak diantara mereka yang menaiki benda-benda melayang dalam berbagai bentuk. Aku juga melihat penampakan tempat-tempat lainnya yang terlihat begitu ajaib dan tak wajar. Sulit untuk kujelaskan. Yang pasti, apa yang kulihat itu tidak ada di dunia kita.  Tetapi anehnya ... aku  merasa sangat tidak asing dengan semua yang kulihat itu.  Seolah-olah .... aku ini ... memang pernah menjadi bagian dari mereka."

"Kau ... merasa pernah menjadi bagian dari ... para alien itu ?"

 "Aku tak tahu.  Maka dari itu tadi kubilang sulit untuk dijelaskan. Yah, mungkin semua mimpi dan perasaan aneh itu juga akibat adanya benda asing yang tertanam dalam kepalaku."

"Tetapi ... bukankah para ahli sudah memeriksamu dan menyatakan  tidak ada benda asing mencurigakan di dalam tubuhmu Ed ?"

"Aku juga sudah mengemukakan pendapat kepada mereka, bahwa ada kemungkinan alat yang ditanamkan di kepalaku ini dapat menyatu dengan tubuh. Larut dalam daging dan darah. Teknologi alien kan sangat canggih."

 

 

"Hahaha !  Omong kosong !" terdengar suara sinis dari balik kerumunan, "Itu semua hanya khayalanmu saja, Ed !"

"Maaf Max, aku tidak mengkhayal," kilah Ed, "Ini kenyataan. Kau dan semua yang hadir disini harus percaya. Suatu saat bisa saja kalian yang mengalaminya."

"Alien itu hanya fantasi anak kecil," ejek Max, "Cuma dongeng sebelum tidur."

"Kau tidak percaya adanya kehidupan lain di luar sana Max ?"

"Tentu saja tidak," jawab Max pongah.

"Jadi menurutmu, di alam seluas ini, hanya kita saja penghuninya ?"

"Ya."

"Sombong sekali kau."

"Aku tidak bermaksud sombong. Tapi coba kalian pikir. Kalau memang alien itu ada, mengapa mereka tidak pernah terlihat ?"

"Mereka terlihat kok. Banyak laporan yang menyatakan melihat benda terbang tak dikenal. Penampakan cahaya-cahaya di atas sana. Sosok gelap berbentuk aneh yang melayang-layang dalam gelap."

"Betul.  Sejak dahulu kala banyak laporan tentang anggota keluarga yang menghilang secara misterius, yang tak pernah diketahui kemana perginya. Belum lagi korban-korban mutilasi yang ditemukan dimana-mana. Sebagian tubuh terpotong atau hilang. Ada juga yang diketemukan mati dengan luka-luka mengerikan di tubuhnya."

"Benar. Alien itu ada, Max. Dan mereka itu jahat ! Para alien itu sering menculik makhluk-makhluk dari dunia kita dengan seenaknya!  Kita harus melakukan perlawanan !"

"Dan yang memiliki pengalaman seperti Ed juga banyak. Hanya saja kebanyakan dari mereka malu untuk menceritakannya. Mereka takut ditertawakan atau dianggap berkhayal atau mengarang cerita."

Max mendengus keras, "Dan memang benar kan ?  Itu semua hanya karangan yang dibuat untuk menakut-nakuti kalian supaya tidak pergi terlalu jauh dari rumah. Semua kematian yang kalian katakan itu pasti diakibatkan oleh polusi, atau makhluk predator. Keluarga yang hilang itu pasti hanyalah anak-anak nakal yang membangkang dan tak mau diatur sehingga lebih memilih untuk pergi jauh melarikan diri. Benda-benda aneh tak dikenal  dan cahaya-cahaya itu hanya fenomena alam yang belum kita ketahui namanya. 

Kalian ini memang terlalu banyak berfantasi. Coba kalian pikir, kalau memang ada peradaban alien berteknologi canggih diluar sana, yang jauh lebih maju daripada kita, kenapa sampai sekarang mereka tidak berusaha berkomunikasi dengan kita ?  Kenapa mereka selalu sembunyi-sembunyi ?  Kalau mereka lebih hebat daripada kita, mengapa mereka harus takut ?  Kenapa mereka tidak menginvasi dan memusnahkan kita semua ?"

"Mungkin mereka belum merasa perlu untuk berkomunikasi dengan kita atau belum waktunya menyerang kita."

"Benar. Atau mungkin mereka memiliki agenda lebih besar yang masih dalam perencanaan dan sedang menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakannya."

"Ck ck ck. Kalian semua delusional.  Hei Ed, kau kan sudah  tua.  Tubuhmu pasti sudah menyerap banyak polusi dari berbagai tempat. Semua memori dan mimpi aneh itu pasti karena kotoran yang sudah terakumulasi dalam jumlah banyak di dalam otakmu. Menyebabkanmu menjadi berhalusinasi. Lalu, soal waktu yang hilang itu ... hahaha !  Kau ini pasti sudah pikun, Ed. Makanya kau sering tersesat dan bingung !  Dan mungkin saja saat sedang kebingungan itu kau terjatuh dan melukai kepalamu sendiri begitu parah sehingga bekasnya tak bisa hilang."

 

Ed dan yang lainnya hanya menatap Max dengan kesal.  

 

"Sudah ah, aku pergi saja. Aku menyesal datang ke acara tidak jelas seperti ini," ujar Max sembari beranjak meninggalkan ruangan.

 

 

***

 

 

"Huh. Dasar bodoh semua. Mau saja dibodohi oleh cerita khayalan si Ed tua itu," gerutu Max setelah pergi menjauh dari tempat pertemuan.

 

 

Seberkas sinar terang menyilaukan menyorot ke wajah Max.

Sontak ia memejamkan matanya.

Sebuah benda yang sangat kuat dan terasa kasar tiba-tiba menyelubungi tubuhnya dan menariknya ke atas.

Max meronta sekuat tenaga berusaha melepaskan diri.

Dalam pergumulannya, ia sempat mengamati sosok aneh yang membawanya.

Makhluk itu besar dan berwarna hitam. Dengan mata besar, mulut sangat panjang dan empat buah antena menjulur dari tubuhnya. Persis seperti yang digambarkan oleh Ed.

Sesaat kemudian, ia merasakan sorotan cahaya yang jauh lebih terang membutakan matanya.  

Max kehabisan napas.

Pandangannya berkunang-kunang.

 .

.

.

.

.

.

.

"Woww !  Tangkapan bagus, Bob !"

"Yoo !" Bob melepaskan peralatan selam dan jaringnya kemudian meletakkannya di dasar perahu, "Dia sepertinya cocok untuk dijadikan spesimen kita yang baru ya, Prof ?"

"Ya, ya.  Jarang sekali kita bisa mendapatkan spesies dari laut dalam yang bagus seperti ini."

"Ya Prof. Yang terdahulu sudah berkali-kali kita buat percobaan sehingga tubuhnya pasti sudah lemah dan tidak ideal lagi."

"Ya, benar.  Nah, tolong segera siapkan chip pelacak kita yang baru Bob, untuk memantau dan memeriksa kembali setiap ada perkembangan yang terjadi. Sementara itu aku akan menginjeksikan sample virus padanya." 

"Siap, Prof."

"Kuharap dengan bantuan ikan yang sehat dan kuat ini, proyek vaksin kanker kita dapat segera selesai dan mendapat hasil yang baik."

"Saya juga berharap begitu, Prof." 

 

 

END.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun