Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Mekkah Al Mukarromah Hari 20)

6 Januari 2020   17:17 Diperbarui: 6 Januari 2020   17:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hari ini, Senin tanggal 29 Juli 2019, saya dan istri memulai pagi hari dengan sholat subuh berjamaah di Masjidil Haram. Dan ba'da sholat subuh kami berdua merencanakan untuk melakukan thowaf sunnah sebagai pengisi pagi hari kami. Tapi ternyata hal ini tidak jadi kami lakukan karena istri mendapat tamu bulanan. Dan karena memang kami berdua sudah niat untuk mengisi pagi ini dengan suatu kegiatan (alias tidak buru-buru untuk kembali ke hotel seperti biasanya), maka kami putuskan untuk menikmati pelbagai tempat yang ada di sekitaran Masjidil Haram.

Awalnya kami memasuki berbagai tempat seperti Zam-Zam Tower dan dilanjutkan dengan tempat-tempat lainnya. Karena rata-rata tempat tersebut adalah pusat perbelanjaan (dan masih banyak yang tutup pula karena masih pagi), akhirnya kami putuskan untuk kembali ke hotel. Namun kali ini kami niatkan dengan cara berjalan kaki untuk mengetahui rute yang dilewati jika tidak menaiki bus.

Perjalanan kami dimulai dengan berjalan di sisi samping Zam-Zam Tower dimana terdapat sebuah jalan besar yang diapit gedung-gedung tinggi. Di sisi kanan jalan terdapat banyak tempat penjual makanan dan sarapan pagi. Sedangkan disisi kirinya dijadikan tempat istirahat dan juga tempat tidur bagi jamaah haji. Kebanyakan dari mereka adalah jamaah haji yang berasal dari India dan Pakistan.

Kembali ke sisi kanan jalana, di beberapa titik kami melihat antrian orang yang sedang menunggu sedekah sarapan berupa sepotong roti isi dan sekotak jus kemasan. Saya sempat menengok sebentar ke antrian tersebut dan sempat ditawari sarapan itu. Namun saya menolak dengan halus.

Sambil terus berlalu saya sempat melihat tulisan di depan tokonya yang menginformasikan kalau mereka (toko itu) menerima sodaqoh sarapan dari jamaah dengan paket 5 riyal, 10 riyal dan 20 riyal. Kalau kita berminat, kita tinggal memberikan uang kita ke mereka. Dan selanjutnya nanti mereka yang mengkonversinya menjadi sarapan / makan siang / makan malam bagi yang membutuhkan.

Selain membagikan sodaqoh, toko itu (dan toko-toko lainnya yang ada di sekitaran itu) juga menyediakan sarapan yang bisa kita beli. Mulai dari Samarwa, nasi putih, kebab, air mineral, jus, kopi, teh dan lain sebagainya.

Saya dan istri terus melanjutkan perjalanan itu dan terus membelah kerumunan jamaah yang sudah mulai agak sepi. Nampaknya jalan ini menjadi salah satu akses bagi jamaah yang akan pulang ke penginapannya. Kalau ba'da Subuh, sudah pasti jalanan ini penuh sesak. Tapi karena saya pulangnya agak telat, maka kerumunan orang yang berjalan pulang melewati jalan ini sudah sangat jauh berkurang.

Tiba di ujung jalan, saya dapati sebuah area beraspal yang dipenuhi burung merpati. Nampak beberapa orang sedang berupaya memberi makan. Seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan (sepertinya mereka kakak beradik) asyik mengganggu waktu makan para merpati itu dengan cara mengejarnya. Pemandangan akan semakin menakjubkan tatkala burung-burung itu terbang mengepakkan sayapnya ke berbagai arah. Suara yang ditimbulkan dari kepakan sayap mereka menimbulkan irama tersendiri yang seolah sebuah melodi pagi yang indah. Masya Allah..

Perjalanan kami lanjutkan kembali. Istri saya sudah sedikit merasa lelah. Mungkin karena belum sarapan. Dan karena itu kami akhirnya berinisiatif untuk bertanya ke petugas tentang keberadaan halte bus nomor 11 yang bisa membawa kami kembali ke daerah Misfalah tempat hotel kami berada.

Dan entah karena bahasa Inggris saya yang sudah kacau stadium empat, atau karena petugas tersebut memang tidak mengerti bahasa Inggris, maka apa yang saya tanyakan tidak mendapat jawaban yang jelas dan pasti. Jangan ditanya ya kenapa saya gak pakai bahasa Arab? Sudah tahu kan jawabannya? hihihi..

Akhirnya istri saya pasrah. Sedangkan tugas saya hanya terus memberikan semangat agar mau terus berjalan. Jalan yang kami lalui hanya lurus saja tanpa sedikitpun tergoda untuk berbelok kearah kanan maupun kiri. Kami sepakat, jika dalam waktu setengah jam perjalanan tidak menemukan tanda-tanda terminal, maka kami akan pulang naik taksi. Alhamdulillah, ternyata kami tidak salah jalan. Dari kejauhan yang jaraknya kurang dari satu kilometer, kami melihat penampakan bus berwarna hijau yang sedang memutar di lampu merah. Dan itu bus yang biasa kami naiki!! Akhirnya, kami menemukan jalan pulang, hahaha..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun