Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Guntur, Si "Cabe Rawit"

11 Desember 2019   12:25 Diperbarui: 12 Desember 2019   11:00 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Whatsapp group (WAG) saya tiba-tiba ramai. Ternyata ada ajakan untuk mendaki lagi di akhir tahun 2019 ini.

Saya yang memang kebetulan sudah lama tidak mendaki, menjadi obyek penderita di mana terus digoda untuk bergabung lagi dengan teman-teman yang mayoritas gak waras ini, hahahha.. Bahkan teman-teman Pecel Sosis (Pendaki Cepat Lelah Sok Narsis) ini justru yang meminta saya untuk menentukan destinasi dan tanggalnya.

Awalnya sih berat juga karena memang saya beradap pada kondisi di mana -kalau bisa- saya tidak mendaki atau melakukan olahraga berat. Belum lagi persetujuan istri yang saat ini juga belum mengizinkan saya untuk bergabung karena alasan di atas.

Tapi saya yakinkan semua kalau keinginan saya ini semata-mata karena kerinduan saya akan suasana alam pegunungan. Ditambah lagi saya mengucapkan janji akan menjaga diri dan tidak akan memaksa untuk terus mendaki jika kondisi tidak memungkinkan.

Alhamdulillah, izin dari istri tercinta akhirnya turun juga. Dan sekarang saatnya menyampaikan berita gembira ini ke WAG Pecel Sosis.

Destinasi ditentukan, yaitu Gunung Guntur di wilayah Garut Jawa Barat. Tanggalnyapun saya tentukan yaitu 7 dan 8 Desember 2019. Antusias deh teman-teman di WAG.

Satu persatu ikut menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Bahkan saya juga ikut menawarkan perjalanan ini ke WAG lainya diluar Pecel Sosis. Ada yang ke teman-teman kantor, ada juga yang ke tetangga di komplek perumahan.

Dan lagi-lagi Alhamdulillah mendapat sambutan. Beberapa dari mereka menyatakan untuk ikut bergabung. Wah bakal ramai dan seru nih bathin saya.

Tahap berikutnya adalah membuat WAG baru khusus untuk rencana pendakian ini. Semua peserta yang sudah menyatakan ikut, kami masukkan ke dalam satu grup WA agar koordinasi dan komunikasi bisa dilakukan dalam satu tempat.

Maklum saja, tidak semuanya saling kenal. Jadi perlu ada wadah untuk mematangkan dan mempersiapkan semuanya. Selesai, dan tinggal menunggu hari H. Tapi sayangnya, beberapa hari menjelang keberangkatan, beberapa anggota menyatakan mengundurkan diri dari rencana trekking kali ini karena alasannya masing-masing. 

Cukup syok juga saya, sampai sempat menyatakan di grup untuk di-cancel atau diundur. Tapi Toto dan Koh Roni (para senior di Pecel Sosis) tetap meyakinkan saya untuk terus jalan sesuai dengan rencana. Okay, lanjutttt....

Dan akhirnya sejarah mencatat ada 10 orang yang ikut bergabung dalam pendakian ini, yaitu: Saya, Toto, Roni, Vivi, Hadi dan Nayhan (anaknya Hadi kelas 7), Dendi dan Faqih (anaknya Dendi kelas 6), serta Eka dan Alges (anaknya Eka kelas 7). Jadi intinya: 7 Orang dewasa, 3 orang anak-anak, 1 orang wanita. Mantab gak tuh, hehehe...

Jumat, 6 Desember 2019

Tiba saatnya kami mempersiapkan diri untuk keberangkatan. Pagi hari, saya sempatkan dulu ke Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah itu dilanjutkan beraktivitas di tempat kerja seperti biasa.

Ba'da Ashar, saya selesaikan pekerjaan dan berkemas-kemas untuk kemudian turun ke lobi kantor bergabung dengan teman-teman yang lain yang akan berangkat dari kantor (yang berangkat dari kantor adalah saya, Vivi, Toto dan Roni). Sedangkan yang lainnya berangkat dari rumah selepas sholat Isya nanti.

Saya, Toto, Vivi dan Roni akhirnya berangkat tepat jam 16.30 dengan menggunakan mobilnya Toto. Selama perjalanan yang kami lakukan hanya mengobrol sambil mengumbar tawa.

Vivi yang baru pertama kali akan mendaki gunung, serta baru pertama kali jalan bareng saya, Toto dan Roni, cukup surprise juga melihat tingkah laku kami yang ramai dan tidak terkendali, hahaha... jawaban kami ke Vivi: Bodo Amat!!! huahahaha....

Cerita di perjalanan saya singkat saja ya. Pokoknya kami sempatkan untuk sholat di rest area serta makan malam di wilayah Garut. Pada akhirnya kami tiba di basecamp Umi Tati (sebuah basecamp yang sangat terkenal bagi para pendaki Gunung Guntur) sekitar jam 23.30 malam.

Adapun Team Depok baru tiba dua jam kemudian. Tidak ada yang kami lakukan kecuali istirahat menunggu pagi.

Sabtu, 7 November 2019

Suara adzan Subuh menyapa kami pagi itu dengan lembut. Dinginnya udara di kaki Gunung Guntur itu tidak menyurutkan niatan kami semua untuk segera mengambil wudhu dan kemudian sholat berjamaah. Alhamdulillah, kami sudah mulai pagi ini dengan melaksanakan kewajiban kami terlebih dahulu kepada Sang Khalik penguasa pagi, siang dan petang.

Walaupun dingin, tetap kami paksakan untuk mandi agar badan kami semakin segar. Hanya Toto yang melanjutkan tidur paginya, walaupun nantinya mandi juga sih, hehehe... Singkat cerita, setelah semuanya siap, kami memutuskan untuk memulai perjalanan pada jam 8 pagi. Termasuk memesan 8 bungkus nasi uduk dan 2 bungkus nasi goreng untuk bekal makan siang nanti.

Masih ada setengah jam untuk tetap merapihkan semua perlengkapan kami. Dan ternyata, sepatunya Vivi rusak. Alhamdulillah kita tahunya sebelum jalan. Jadi kami segera meminta tolong warga yang ada disana untuk mencari dan membelikan lem super untuk memperbaiki sepatu Vivi. Selesai... lem tersebut ternyata memang super dan membuat sepatu Vivi kembali bisa digunakan, bahkan sampai di Pos terakhir nanti.

Seperti biasa, kami berdoa dulu sebelum berangkat. Setelah itu barulah kami mulai meniti jalan yang sudah beraspal itu menuju Pos 1 terlebih dahulu. Jalan aspal ini ternyata cukup pendek. Setelah itu pijakan kaki kami sepanjang perjalanan didominasi oleh bebatuan kecil. 

Kami melewati areal bekas pertambangan yang cukup terbuka karena hampir tidak ada pepohonan di kanan dan kiri jalan. Hanya butuh waktu 42 menit bagi kami untuk tiba di sebuah pos bayangan.

Kami sempatkan istirahat selama 15 menit sebelum melanjutkan perjalanan kami. Jalanan sudah mulai mendaki dan masih tetap didominasi oleh bebatuan kecil yang cukup licin. Akhirnya jam 9.20 kami tiba di Pos 1.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sama seperti di pos bayangan, hanya 15 menit kami beristirahat sambil menikmati gorengan dan minuman dingin sebagai pelepas dahaga dan pemulih tenaga kami. Setelah kami rasa cukup, kami lanjutkan kembali perjalanan ini menuju Pos 2 dan Pos 3. Dari sinilah trek sudah mulai menggemaskan.

Memang sih sudah mulai banyak pohon yang membuat rute menjadi adem, tapi tetap saja extra tenaga. Untungnya dari Pos 1 ke Pos 2 jaraknya tidak terlalu jauh. Belum genap satu jam kami berjalan, kami sudah bertemu lagi dengan Pos 2 yang di depannya terdapat aliran sungai jernih beserta pancurannya.

Dan karena tadi di Pos 1 kami sudah cukup membekali kerongkongan dan perut ini dengan bekal yang baik, maka Pos 2 hanya kami lewati begitu saja. Anak-anak sih sebetulnya minta istirahat untuk main air. Tapi kami bilang main airnya nanti saja setelah pulang, khawatir tidak ada stok pakaian jika nanti basah atau kotor. Untungnya mereka nurut.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Jalur menuju Pos 3 semakin aduhai. Kombinasi tanah, bebautan besar dan kecil, serta akar-akar pohon menjadi teman perjalanan kami. Masya Allah, cukup menyita tenaga. Hampir tidak ada bonus berupa lahan datar. Namun ini sebanding dengan pemandangan di sekelilingnya.

Dari kejauhan tampak Kota Garut dan juga jajaran pegunungan yang ada di sekitarnya. Belum lagi bukit-bukit yang menjulang di kiri dan kanan kami yang tampak cantik diselimuti kabut. Keren sangatlah pokoknya. Semoga foto-foto yang ada bisa mewakili cerita-cerita saya di atas. :-)

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi

Badan kami sudah dipenuhi peluh. Tidak terhitung berapa kali kami harus istirahat untuk sekadar mengemil cokelat dan meneguk minuman.

Untungnya di Gunung Guntur ini, sumber air sangat melimpah sehingga perbekalan air kami lebih dari cukup untuk bekal menanjak. Setidaknya sampai Pos 3 nanti. 

Semuanya tidak sia-sia. Jam 11.30 akhirnya kami tiba di Pos 3 dengan selamat. Alhamdulillah... Saatnya mendirikan tenda, istirahat, sholat, dan masak.

Sebagai catatan, Pos 3 ini adalah tempat terakhir bagi para pendaki Gunung Guntur sebelum melakukan summit attack keesokan harinya. Tanpa terkecuali, semua pendaki harus menginap dan mendirikan tenda di sini.

Semua fasilitas ada di Pos 3 ini. Ada toilet pria maupun wanita, ada musholla dan banyak air yang bisa digunakan untuk mandi dan masak. Ada juga pos pendaftaran pendaki yang memang harus dilakukan lagi begitu para pendaki tiba di Pos 3.

Dan bagi yang tidak membawa perlengkapan berkemah, di sini juga menyewakan tenda, sleeping bag, matras dan flysheet. Rombongan kami pada akhirnya juga menyewa 6 matras dan dua flysheet.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Lepas makan malam, tidak banyak yang kami lakukan. Saya memilih untuk lanjut meringkuk di dalam tenda. Sedangkan yang lainnya mencoba berkeliling dan mencari tempat untuk bisa menikmati pemandangan Kota Garut di malam hari. Sebagian lagi menikmati kopi malam di depan tenda.

Malam itu hujan turun tapi tidak deras. Tapi cukup membuat suasana semakin dingin, brrr....

Minggu, 8 November 2019
Suasana di luar tenda sudah cukup ramai. Rupanya sudah banyak pendaki lain yang tengah bersiap-siap untuk summit attack. Saya melirik jam di tangan. Masih jam 03.30 pagi. Segera saja saya ikut terbangun juga. Membuka tenda dan membangunkan yang lain.

Vivi yang pertama kali saya bangunkan karena di dalamnya ada anak-anak yang khawatir nanti susah dibangunkan. Dan setelah semuanya bangun, kami menyiapkan diri kami masing-masing dengan perbekalan untuk menanjak ke puncak.

Setelah dirasa cukup, kami lanjutkan dengan sholat subuh. Selesai semuanya. Saatnya bersiap dengan terlebih dahulu berdoa bersama demi kelancaran, kemudahan, dan keselamatan selama pendakian ke puncak. Bismillahirrahmaanirrahiim..

Tepat jam 5 kami mulai merangkak menembus dingin dan gelapnya suasana pagi itu. Kebanyakan dari kami sudah menempelkan head lamp untuk menerangi jalan kami. Termasuk Nayhan, Faqih, dan Alges yang juga membawa senter di tangan mereka.

Ternyata kami langsung disuguhi oleh trek menanjak! Bebatuan kecil dan besar seolah berkolaborasi untuk mulai menguji adrenalin kami. Toto memimpin paling depan. Sedangkan saya dan Koh Roni (seperti biasa) menjadi sweeper. Bukan karena kami hebat, tapi karena kami berdua memang selalu lelet dalam pendakian, hahaha..

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Jalanan terus menanjak dan sepertinya tidak rela memberikan kami bonus sedikitpun. Semakin jauh kami melangkah, medan semakin berat. Kali ini tidak ada lagi pijakan keras. Semua jalur ditutupi oleh kerikil dan pasir.

Ketika kami menjejakkan satu langkah kami, maka selanjutkan kami akan turun dua atau tiga langkah. Begitu seterusnya. Dan ini yang membuat tenaga saya habis. Saya, Koh Roni dan Vivi sudah tertinggal jauh oleh anggota yang lain.

Hari semakin terang, tapi rasanya kami berjalan di tempat. Beberapa jalur coba kami jajaki untuk mencari pijakan yang kami harapkan mudah untuk membantu kami melangkah. Tapi sia-sia. Semuanya kerikil dan pasir.

Akhirnya kami pasrah. Yang kami bertiga bisa lakukan adalah stop and go alias jalan berhenti, jalan lagi, berhenti lagi. Sudah jam 7 pagi dan kami masih setengah perjalanan menuju Puncak 1. Sementara di sekitar saya lihat banyak pendaki yang sudah mulai turun. Saya sempat bertanya ke Koh Roni.

"Koh, muncak gak nih kita? Sudah siang begini," tanyaku meminta kepastian kepada Koh Roni. Pertanyaan saya bukan tanpa alasan. Selain tenaga yang sudah hampir terkuras habis, persediaan minuman pun semakin menipis.

Belum lagi saya lihat Vivi yang tampak kepayahan. Terus terang saya khawatir juga karena merasa punya tanggung jawab ke dirinya.

"Bro, kalau tenaga kita sudah habis. Ini masalah mental!" timpal Roni memberikan semangat. Masya Allah, seperti tersiram bensin, semangat saya langsung timbul kembali.

"Ok, kita lanjut. Vi.. lanjut kita?" Tanya saya ke Vivi

"Ya kali sudah sampai sampai ini gak muncak," sambut Vivi dengan gaya bahasa milenialnya. Akhirnya kembali kami merajut asa dan tenaga untuk bisa menuju puncak.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Alhamdulillah... tepat jam 8 pagi akhirnya tiba di puncak 1. Bahagia rasanya dan seketika hilang yang namanya letih. Tinggal haus yang masih belum bisa hilang, hihihi.. 

Langsung saya rebahkan badan ini untuk istirahat. Saya mencoba mencari rombongan kami yang lain. Tidak ada. Wah mungkin mereka sedang lanjut ke Pucak 2, 3 atau 4. Padahal saya berharap bisa mendapatkan air dan sarapan.

Tiba-tiba saya dengar Hadi memanggil saya dari kejauhan. Dia yang tiba satu jam lebih dulu dari kami ternyata tidak mendaki ke Puncak 2. Ini karena Nayhan anaknya, juga sudah tidak kuat lagi untuk menanjak. Saya mencoba meminta air. Tapi sama, merekapun kehabisan air.

Saya agak kasihan melihat Vivi (sekaligus bangga) karena begitu kehausan. Dan ini juga yang menjadi alasan dia tidak menuju Puncak 2 yang sudah tampak menjulang di depan mata. Tapi gak papa, sudah sampai sini pun merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi kami semua. Sekali lagi Alhamdulillah...

Dan sambil menunggu yang lain turun dari Puncak 2, saya, Vivi, Koh Roni, Hadi, dan Nayhan berfoto Ria. Dan hebatnya lagi, sinyal telekomunikasi masih ada di puncak ini. Keren gak tuh. Kamipun segera melakukan update di media sosial, berkabar via WA, dan bahkan Koh Roni melakukan video call dengan keluarganya di rumah, hehehe...

Satu persatu kami lihat sudah turun dari Puncak 2. Setelah semuanya tiba dan berkumpul di Puncak 1, langsung kami melakukan foto bersama untuk kenang-kenangan. Saya hanya berada di sana selama 15 menit untuk kemudian turun kembali menuju Pos 3.

Jam 9 pagi kami semua turun. Toto tetap lebih dulu melangkah turun diikuti yang lainnya. Sedangkan saya, Roni, dan Vivi tetap menjadi yang paling belakang. Nah jalur turun menjadi sangat mudah bagi kami. Berbanding terbalik saat kami merangkak menuju puncak.

Dengan sedikit teknik pijakan kaki dengan tumit, kami jauh lebih mudah dan cepat ketika turun. Toto sampai di Pos 3 hanya 20 menit. Sedangkan saya tiba di Pos 3 dalam waktu 50 menitan. Jauh kan dari waktu menanjak yang memakan waktu 4 jam? hehehe...

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Tapi selain kemudahan itu, ada musibah yang menimpa rombongan kami.

Faqih jatuh terjerembab dan terguling yang menyebabkan sebagian muka, tangan dan kakinya terluka. Ini karena Faqih tidak bisa mengontrol dirinya ketika meluncur turun. Syukurnya tidak begitu parah dan tetap bisa melanjutkan turun sampai Pos 3 untuk kemudian nanti mendapat perawatan dari petugas di sana.

Toto yang sudah sampai lebih dulu ternyata sudah menyiapkan makanan bagi kami semua; bakpau isi cokelat dan dimsum. Barakallah untuk Toto... Segera saja kami nikmati menu "welcome" itu tanpa ampun. Nikmat rasanya.

Belum lagi di Pos 3 ini ada yang menjual minuman segar. Langsung kami beli untuk menghilangkan dahaga kami. Alhamdulillah.. Faqih juga akhirnya bisa kembali ke tenda dan sudah mendapat perawatan. Saya sempat bertanya apakah dia kapok? Dengan lantang dia bilang tidak, hehehe... keren banget sih anak-anak ini.

Singkat saja, kami kemudian menyiapkan makan siang. Sebagian lagi mandi dan merapihkan barang bawaannya. Toto masih menjadi koki handal. Sedangkan saya bertugas untuk mencuci semua peralatan masak dan makan.

Setelah semuanya selesai, saatnya kami merapihkan tenda. Saya sudah tidak ingat jam berapa saat itu. Pokoknya yang kami pikirkan adalah ingin cepat-cepat sampai di basecamp, hahaha...

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Setelah berfoto bersama, tiba saatnya kami untuk turun. Kelelahan masih terasa di kaki dan badan kami semua. Tapi semangat bisa mengalahkan semua lelah itu.

Tercatat kami hanya menempuh waktu 2,5 jam untuk sampai basecamp. Itu juga sudah termasuk dengan dua kali istirahat di Pos 2 dan Pos 1 untuk menikmati gorengan dan minuman segar yang kebetulan ada dijual di sana.

Ada satu hal yang membuat kami semua tersentuh ketika melakukan perjalanan turun menuju basecamp. Kami berpapasan dengan 3 pemuda pendaki yang sedang menuju Pos 3 di mana salah satunya (maaf) mempunyai cacat fisik yaitu tidak mempunyai kaki kiri. Masya Allah...

Mereka saling menolong satu sama lain untuk bisa terus mendaki. Yang depan membimbing yang cacat, yang cacat berpijak dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lainnya. Sementara yang terakhir berjalan sambil membawa dua tongkat kruk milik temannya yang cacat.

Terlihat juga peluh pada badan mereka, namun sejuta senyuman tampak menghiasi wajah mereka bertiga, menandakan tidak ada keluhan yang mereka emban.

Saya sempat menghampir sekaligus bersalaman dengan yang cacat ini sambil mengungkapkan kekaguman saya. Semoga Allah memudahkan dan melindungi perjalanan mereka, selamat sampai tujuan dan selamat kembali pulang, Aamiin....

Sekitar jam 15.30, kami semua tiba dengan selamat di basecamp Umi Tati. Yang pertama kami lakukan adalah kembali memesan minuman segar pelepas dahaga. Setelah itu mandi dan kemudian bersiap pulang. Dan akhirnya, dua kendaraan yang membawa kami ke Garut itu berputar pulang pada jam 17.00 WIB.

Selamat tinggal Garut.. Selamat tinggal Gunung Guntur yang kecil-kecil cabe rawit. Terima kasih sudah memberikan lagi satu pengalaman hidup di usia yang sudah tidak muda lagi ini. Terima kasih teman-teman sependakian... You are rock, man...!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun