Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Cerita KRL] Vooridjer Gerbong

12 Januari 2019   21:21 Diperbarui: 14 Januari 2019   17:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Masih jam 5 pagi. Jamaah sholat subuh berduyun-duyun meninggalkan musholla kecil kami. Pun begitu dengan saya. Bedanya saya sudah mandi sebelum adzan Subuh berkumandang. Pagi itu saya memang berencana berangkat Subuh karena tidak ada kewajiban untuk mengantar si bidadari kcil ke sekolahnya. Dia memang libur hari itu. Jadi kesempatan bagi saya untuk berangkat Subuh. Ya, saya memang lebih menyukai berangkat subuh atau pagi-pagi sekali agar lebih cepat sampai kantor dengan cuaca yang belum panas.

Saya fikir kereta akan sepi, ternyata salah. Pagi itu tetap saja saya tidak kebagian tempat duduk alias lagi-lagi berdiri. Hanya saja tidak terlalu penuh seperti kalau saya berangkat di jam yang biasa. Lumayanlah. AC KRL masih sangat dingin saya rasakan.

Tepat jam 6.28 pagi kereta bergerak perlahan menyusuri dua rel  yang senantiasa berpasangan. Dua stasiun dilewati dengan penumpang yang masuk semakin banyak. Saya sendiri berdiri di gerbong sambungan. Cukup penuh juga disitu karena kebetulan tidak ada kursi khusus atau kursi prioritas  yang biasanya terdapat di dekat gerbong sambungan tersebut. Mungkin ini yang menyebabkan penumpang yang berdiri memilih tempat ini sehingga lama kelamaan semakin penuh.

Entah di stasiun mana saya lupa, tiba-tiba masuk sepasang orang tua yang suaminya dalam keadaan buta dan sakit. Mungkin maksud hati ingin mendapatkan kursi di tempat duduk prioritas. Hanya sayangnya tidak ada kursi disana. Kedua orang tua ini seperti kebingunan namun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Terlihat sepertinya mereka pasrah dengan keadaan. Ingin mencoba menerobos lebih ketengah, tapi kondisi gerbong sudah semakin padat. Sebagian penumpang tidak menyadari kehadiran kedua orang tua ini karena ada yang tertidur sambil berdiri, dan ada pula yang sibuk dengan gadgetnya. Saya yang melihat kejadian ini mencoba menyarankan agar Bapak dan Ibu tersebut meminta jalan untuk bisa merambah ke tengah dan meminta duduk kepada penumpang lain.

Seorang anak muda bertopi dan mengenakan buff segera sigap mengambil tidakan. Dengan sedikit berteriak dia meminta jalan kepada para penumpang agar memberi jalan. Sontak orang-orang yang menyadari hal ini segera bergeser kiri dan kanan agar bisa memberikan celah atau jalan kepada mereka. Sang anak muda tadi tanpa canggung menggandeng tangan sang bapak yang buta.

"Pak, Bu, Tolong minta tempat duduk ya.. Ada yang sakit nih" pintanya dengan sedikit berteriak. Rupanya ada yang menyadari hal ini dan segera memberikan tempat duduknya. Alhamdulillah... Walau saya tidak melihat lagi dimana tepatnya Bapak dan Ibu itu duduk --karena pandangan saya kembali terhalang oleh banyaknya penumpang- saya ikut senang. Setidaknya saya tahu dan bisa memastikan kalau mereka sudah mendapatkan tempat duduk. Si anak muda? Saya juga tidak melihatnya lagi. Terkaan saya dia tetap berdiri dekat dengan kedua orang tua tadi karena pastinya sulit untuk kembali ke tempat semula.

Saya cukup salut melihat ini semua. Pertama dengan kesigapan anak muda tadi. Yang kedua kekompakan penumpang yang memberikan jalan. Saya jadi teringat kisah pengemudi ojek online yang membuka jalan bagi ambulance yang sedang terburu-buru membawa pasien. Masya Allah...  semoga Allah merahmati kebaikan hati mereka, Aamiin...

Saya nikmati lagi perjalanan pagi itu sampai tujuan. Dingginnya gerbong KRL seirama dengan suasana hati saya yang kembali mendapat kisah dan pelajaran berharga dari kejadian yang baru saja terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun