Hal yang membuat saya tidak nyaman adalah jam kerja yang melebihi batas wajar, saya dituntut untuk bekerja hampir selama 11 jam sehari, padahal sudah ada peraturan yang menyatakan jam kerja hanya 8 jam sehari.
Lamanya Jam kerja tersebut adalah sebagai bentuk tanggung jawab, karena posisi staff ada di atasi operator maka haram hukumnya staff pulang mendahului atau sama dengan operator. Jam kerja seperti ini sebenarnya sudah jadi tradisi untuk perusahaan manufaktur di bidang tekstil.
Namun sayangnya meskipun staff memiliki kewajiban demikian, tidak ada gaji tambahan untuk staff, sedangkan operator diperbolehkan menerima gaji tambahan atau lembur, jika staff bekerja melebihi jam kerja normal, maka dihitung sebagai bentuk dedikasi pada perusahaan.
Saya mencoba bertahan untuk tidak resign, karena tahu betapa susahnya mencari pekerjaan di masa seperti sekarang ini, namun tubuhnya saya menolak keputusan saya tersebut, tubuh saya yang kelelahan membuat saya terinfeksi virus Covid-19.
Entah saya tertular saat berada di pabrik, dimana ada banyak sekali orang dan ketika jam makan siang kami harus berdesak-desakan tanpa mempedulikan protokol kesehatan, atau saya tertular saat di masjid dekat pabrik, yang kemudian di lockdown karena banyak warga sekitar terinfeksi.
Saat kedua orang tua saya di swab, hasil swabnya saya memang negatif, namun beberapa hari sebelum melakukan swab, saya adalah orang pertama di keluarga saya yang menunjukan gejala Covid-19, mulai dari badan terasa lemah, keluar keringat dingin, hingga mengalam anosmia ( tidak bisa mencium bau).
Tubuh saya mungkin masih cukup kuat menghadapi virus tersebut, kurang dari satu minggu gejala tersebut sudah tidak saya rasakan, namun kedua orang tua saya yang berusia lanjut tidak memiliki tubuh yang cukup kuat untuk menghadapi serangan virus tersebut.
Memutuskan Resign.
Saat orang tua saya berada di ruang isolasi, saya mengajukan cuti supaya bisa bolak balik rumah sakit rumah untuk mengantarkan kebutuhan mereka.