Mohon tunggu...
Yudi Maulidin
Yudi Maulidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STAI RIYADHUL JANNAH SUBANG

Hobby mendengar cerita/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prediksi Sejak Dini Masa Depan Kita (Dukun Akademisi)

24 September 2022   23:51 Diperbarui: 24 September 2022   23:56 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Prediksi merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekaran, agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil.

Dari pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu bisa diketahui melalui informasi yang ada pada masa lampau dan masa yang sedang terjadi.

Nah... dalam dunia pendidikan pun kita dapat mengetahui bagaimana kredibilitas peserta dalam mencari minat dan bakat sejak dini.

Sejatinya prediksi merupakan salah satu upaya meminimalir terjadi kesalahan dalam menentukan kebenaran.

Well... Prediksi disini bukan tentang menjadi seorang dukun atau paranormal yang sejatinya sedang marak pada akhir-akhir ini. Di zaman yang sudah begitu maju ini, prediksi mengenai masa depan bukan semata-mata kita masuk dalam ranah Tuhan, melainkan kita mempersiapkan terhadap tuntutan-tuntutan dunia di era sekarang.

Oleh karena itu penting nya kita memprediksi masa depan, bukan harus bertanya pada orang pintar (paranormal) atau dukun. Tapi bagaimana kita menggali potensi yang ada pada peserta didik, salah satunya mengenalkan pendidikan sejak dini, dengan begitu potensi peserta didik bisa terjaring dari sejak mereka belum menyadari potensi dirinya.o

Problematika yang terjadi pada akhir-akhir ini, kesadaran terhadap pendidikan usia dini sangat minim, sehingga menghambat pengenalan potensi peserta didik. Kemudian peserta didik bingunh dalam mengembangkan potensi dirinya karena dirasa terlambat mengenali minat dan bakatnya.

Menurut survei penulis dari beberapa contoh kasus yang ada dilingkungan penulis, karena kurang mengenali potensi diri sejak dini sehingga peran orangtua untuk menekan agar anak menjadi diri orang lain sangat besar. 

Dengan cara membandingkan dengan anak sebayanya yang sudah mengenal potensi dirinya lebih dulu, dan ketika rumus orang tua intervensi dalam potensi anak maka terjadi ketidakselarasan antar keinginan dan tuntutan. Yang pada akhirnya mereka hanya berada fase dilema.

Dalam fase dilema, mereka tidak akan maksimal dalam mengerjakan sesuatu karena tidak sesuai dengan potensi dirinya dan hanya berada pada titik tengah kehidupan.

Pernah dengar kata yang menyebutkan "hobby dibayar itu lebih enak..." Kata itu akan terjadi apabila kita analisa potensi anak sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun