Mohon tunggu...
Yudi Kurniawan
Yudi Kurniawan Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog Klinis, Dosen

Psikolog Klinis | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Contact at kurniawan.yudika@gmail.com | Berkicau di @yudikurniawan27 |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Metafora itu Bernama Zootopia

28 Februari 2016   20:54 Diperbarui: 28 Februari 2016   23:31 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(sumber gambar: www.forbes.com)"][/caption] Adalah Judy Hopps (Ginnifer Goodwin), sosok kelinci yang memiliki impian besar menjadi seorang polisi sekaligus hendak mematahkan stereotip bahwa kelinci hanya ditakdirkan sebagai petani wortel. Sedihnya, kemampuan Hopps pun diragukan oleh orangtuanya sendiri. Jalan terjal dihadapi oleh Hopps hingga akhirnya ia berhasil menjadi lulusan polisi pertama dari spesies kelinci. Biasanya yang berprofesi sebagai polisi adalah hewan berbadan besar dan predator, seperti badak dan harimau. Tugas pertama telah menanti Hopps di Zootopia, metropolitan yang dihuni oleh hewan dan berperilaku layaknya manusia. Dan di sanalah petualangan dimulai.

Sebagai lulusan terbaik di angkatannya, Hopps merasa kesal saat hanya ditugaskan sebagai polisi penjaga parkir kendaraan. Padahal saat itu ada kasus 14 warga kota Zootopia yang hilang secara misterius. Chief Bogo (Idris Elba), Kepala Zootopia Police Department (ZPD), tak ingin ambil risiko dengan memberikan kasus besar kepada polisi “kemarin sore”. Apalagi secara fisik, Hopps sangat tidak meyakinkan.  

[caption caption="Sumber gambar: imdb.com"]

[/caption] 

Meskipun kesal, Hopps berusaha menjalankan tugasnya dengan baik. Hingga akhirnya kesempatan emas itu tiba lewat ibu berang-berang yang kehilangan suaminya. Malangnya, seluruh polisi di ZPD telah ditugaskan ke lapangan. Hanya tersisa Hopps di kantor dan ia mengajukan diri kepada Chief Bogo untuk membantu si ibu berang-berang. Chief Bogo berang dengan Hopps, namun apa daya, permintaan Hopps telah diteruskan oleh Mrs Bellwether (Jenny Slate) selaku asisten walikota kepada Sang Walikota, Mr Lionheart (J.K. Simmons). Alhasil, Chief Bogo memberikan ultimatum bahwa Hopps harus memecahkan kasus tersebut dalam waktu 48 jam. Jika gagal, maka Hopps harus keluar dari ZPD.

Salah satu saksi kunci kasus hilangnya si berang-berang adalah rubah bernama Nick Wilde (Jason Bateman). Hopps awalnya mengenal Nick sebagai rubah yang baik. Padahal Nick kerap memanfaatkan orang lain demi keuntungannya. Nick terbahak-bahak ketika mendengar keinginan mulia Hopps untuk menjadi polisi berprestasi dan menyelamatkan warga yang hilang. Nick pun meluncurkan satire.

“Everyone comes to Zootopia, thinking they could be anything they want. But you can’t. You can only be what you are. Sly fox, dumb bunny.” (Nick Wilde The Fox)

Nick dan Hopps adalah metafora manusia-manusia yang datang ke kota besar demi mengubah nasib. Bedanya, Hopps datang dengan kerja keras dan impian, sementara Nick merupakan refleksi manusia yang tidak mau peduli urusan orang lain, yang penting dirinya mendapatkan keuntungan. Apakah Nick jahat? Belum tentu, jika kita tahu mengapa akhirnya dia memilih jalan hidup seperti itu.

[caption caption="Sumber gambar: collider.com"]

[/caption]

Saat menonton filmya, kita mungkin merasa tingkah Nick yang mengejek Hopps sangat konyol dan mengundang tawa. Sesungguhnya Nick membahas masalah yang sangat serius dan kerap menjadi sumber konflik antarmanusia. Ya, banyak adegan dalam Zootopia yang menyinggung tentang stereotip. Selama ini manusia kerap terjebak pada stereotip dan menilai orang lain berdasarkan prasangka yang keliru. Kita hidup lewat penilaian orang lain terhadap diri kita, bukan tentang apa yang sebenarnya ingin kita lakukan.

Kita memperoleh stereotip sebagai bagian dari suku tertentu atau stereotip sebagai penganut agama tertentu, yang seringkali hanya didasarkan oleh prasangka. Seperti Hopps yang identik dengan kelinci bodoh atau Nick dengan stereotip sebagai rubah licik. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Kebetulan rubrik psikologi di KOMPAS edisi hari ini (28 Februari 2016) membahas tentang stigma, yang merupakan akibat dari stereotip berkepanjangan. Penulis artikel, Psikolog Agustine Dwiputri, menulis bahwa Kristalyn Salters-Pedneault, Ph.D (2016) mengatakan stigma sebagai ide atau stereotip yang telah terbentuk di dalam pikiran dan ditampilkan keluar sebagai ucapan atau perbuatan, yang membuat seseorang mendevaluasi atau memandang rendah orang yang diberikan stigma. Orang cenderung menjauhkan diri dari orang/kelompok yang diberikan stigma, serta menyalahkan untuk berbagai tindakan negatif dan mendiskriminasinya. Penjabaran ilmiah ini memang lumayan njlimet, namun Anda akan paham seutuhnya setelah menyaksikan Zootopia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun