Mohon tunggu...
Yudi Kita
Yudi Kita Mohon Tunggu... Wiraswasta - My life is a journey

Menulis adalah jalan cerita hidup untuk mengabadikan pikiran, pengalaman dan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Anies-Sandi Bakal Di-"bully" Terus?

23 Oktober 2017   13:21 Diperbarui: 31 Oktober 2017   16:55 2970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Ya benar, bahwa pendukung Anies-Sandi akan selalu disibukkan dengan klarifikasi dan pembelaan terhadap Gubernur yang telah didukungnya secara mati-matian dan sekalipun Anies-Sandi kedepannya bakal lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengklarifikasi terhadap segala tindakan dan pernyataannya yang menghasilkan blunder ditengah publik.

Tapi ingat, faktor utama Anies-Sandi bakal dibully terus adalah karena mereka sendiri yang telah membakar bara api dan memulainya, saat Ahok berkuasa, mereka menghabiskan waktu dengan secara terus menerus membully Ahok dengan berbagai cara dan isu, seperti isu Agama, Ras dan tindakan rasisme serta provokatif yang menjadikan Jakarta terbagi dalam dua kubu besar dan Anies-Sandi dianggap masuk dalam kubu yang membully Ahok kala itu, meski Anies pernah menyentil Prabowo berulang kali ketika pelaksanaan Pilpres, sebab Anies berada dikubu Jokowi. 

Bahkan bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk seluruh Indonesia, rakyat terbelah dalam dua kubu besar, pendukung Anies-Sandi adalah pendukung Prabowo, begitu pula dengan pendukung Ahok adalah sebagian besar pendukung Jokowi, meski ada sebagian pendukung Jokowi tidak mendukung Ahok dan begitu pula pendukung Prabowo.

Ingat, Ahok dibully bukan hanya soal kelancangan lidahnya mencampuri urusan Agama yang tidak dianutnya, tapi jauh sebelum itu Ahok memang sudah dibully dengan terpaan berbagai macam isu negatif terhadapnya.

Ingatan saya masih segar, ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden dan dengan otomatis berdasarkan undang-undang, Ahok bakal dilantik sebagai Gubernur menggantikan Jokowi, saat itu goyangan terhadap Ahok semakin kental, sebagian komunitas yang mengatasnamakan warga Jakarta melakukan penolakan terhadap Ahok, bahkan hingga muncul Gubernur tandingan.

Ingatan saya juga masih segar, Jokowi dan Ahok yang tak mengenal Kota Jakarta. Jokowi yang merupakan Walikota Solo periode kedua, saat itu mendapatkan kemenangan telak dari lawannya, tak berselang lama dari itu, Prabowo meliriknya untuk berangkat ke Jakarta, saat itu pula Ahok yang tak mengenal Jakarta juga dibujuk untuk berangkat ke Jakarta, yang akhirnya mempertemukan dua sosok paling fenomenal dalam kancah politik tanah air, yaitu Jokowi-Ahok yang kemudian diusung oleh partai utama PDIP dan Gerindra.

Hingga kemudian mereka berdua menjadi musuh bebuyutan Gerindra. Jokowi menjadi musuh paling menyakitkan atas kekalahan Prabowo pada pilpres tahun 2014 silam, kekalahan tersebut bukan hanya ia menjadi pecundang, tapi kekalahan yang paling memalukan baginya, karena dikalahkan oleh orang yang pernah ia besarkan, istilahnya ia dikalahkan oleh anak muridnya. Makanya hingga sekarang Jokowi terus diterpa berbagai isu negatif mulai dari PKI,  Chinaisme, Antek Asing dan berbagai isu lainnya yang tidak dapat dibuktikan. 

Tujuan utama tentu untuk menggagalkan pemerintahan Jokowi, sebab mereka masih memiliki libido yang tinggi untuk merebut kekuasaan tersebut ditahun 2019, karena jika ditahun 2019 juga Prabowo masih kalah dengan anak bauk kencur, maka itu adalah aib yang paling menyakitkan dan memalukan sepanjang sejarah politik Indonesia, karena ia hanya menjadi Capres Abadi.

Lalu apa puncak permasalahan Prabowo (Gerindra) dengan Ahok sehingga ia dijadikan musuh berbuyutan, ya permasalahan mereka adalah saat Ahok memutuskan keluar dari Gerindra, yang membuat Prabowo marah besar, sehingga saat itu pula Ahok mulai di incar dan Pilkada DKI Jakarta 2017 silam adalah ajang pembalasan yang akan menjadi puncak dari kemarahan Gerindra terhadap Ahok. Namun akhirnya Ahok tumbang bukan karena pertarungan politik secara fair, tapi karena kelancangan lidahnya yang kemudian dijadikan sebagai lokomotif politik oleh sebagian orang yang memanfaatkan isu agama untuk meraih kekuasaan, muncul demo berjilid-jilid, aksi tamasya Al-Maidah, Image Gubernur Syariah, dan lain lain. 

Isu agama paling kentara dalam Pilkada DKI Jakarta, sehingga yang dimunculkan bukanlah gagasan melainkan agamanya, namun meredam cepat pasca kekalahan Ahok usai Pilkada, meski ada yang melakukan aksi atas keprihatinannya terhadap pelecehan Agama, tapi para politisi yang punya kepentingan terhadap pilkada mengambil keuntungan untuk memuluskan rencana terhadap kemenangan tim nya.

Maka, aksi bully yang terus dilakukan oleh komunitas bukan pendukung Anies-Sandi saat ini adalah bukan hanya aksi balas dendam, tapi karena bara api itu telah dihidupkan terlebih dahulu yang cukup sulit untuk dipadamkan, dan akan terus berlangsung, belum lagi pogram-pogram nyeleneh Anies-Sandi yang terkesan terlalu mengada-ngada dan sulit untuk di realisasikan, namun jika saja Anies-Sandi mampu merealisasikan janji-janjinya tersebut, maka akan membuat bara api tersebut pelan pelan padam. Tapi melihat geliat politik ini akan terus memanas dan membesar hingga pelaksanaan Pilpres 2019, karena komunitas pendukung telah terpecah kedalam dua kubu besar yang berhubungan erat dengan Pilpres 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun