Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional (Koneksi Antar Materi)

5 Agustus 2021   23:50 Diperbarui: 6 Agustus 2021   00:27 4501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Sintesis Materi Pembelajaran social Emosional

Pembelajaran social emosional yang sering disingkat dengan PSE merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan dan mengimplentasikan ranah kognitif, apektif dan psikomtorik dalam beadaptasi dan bersosialisai baik sebagai individu, bagian dari lingkungan dan sebagai makhluk social. Pembelajaran social emosional di lingkungan sekolah dilakukan secara kolaboratif oleh semua warga sekolah. Proses yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam mengenali emosi yang berkecamuk, apakah ia sedang marah, sedih, kecewa, jijik, bahagia, dan kaget sebagai emosi dasar yang tumbuh dan dimiliki setiap manusia. Ketika secara seseorang telah mengenal emosinya sendiri, selanjut ia akan berusaha untuk mengendalikan serta mengelola emosi tersebut, secara sadar dia akan berpikir dan berusaha untuk mengahadapi. Buah dari menemukenali dan pengelolaan emosi itu, seorang individu akan mulai merasakan dan memposisikan diri sebagai orang lain tidak akan langsung memberikan sebuah penghukuman akan tetapi muncul rasa empati dan kepedulian. Kepedulian dan empati lah yang menjadikan seseorang memiliki keterampilan social, keterampilan/kompetensi yang dimiliki seseorang untuk mengembalikan diri keadaan semula atau memulihkan emosi yang berkecamuk dengan mengarahkan sesuatu hal yang bersifat produktif. Seseorang yang berdaya lenting/resiliensi. Supaya berdaya lenting, setiap individu harus belajar dan berlatih menentukan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan selalu meninjau segala hal yang akan mungkin terjadi, berbagai pilihan solutif dan akibat-akibat yang akan mendera jika keputusan tersebut diambil. Itulah gambaran dari lima kompetensi social emosional.

Pembelajaran social emosional dapat diterapkan dalam ruang lingkup dan teknik yang berbeda-beda. (1) Ruang lingkup Rutin bisa menggunakan beberapa teknik yaitu Menuliskan cerita tentang kejadian sebelum berangkat sekolah dan perasaan yang sedang dirasakan di buku catatan harian, melakukan kebiasaan berbahasa dengan baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah, Kegiatan Jumat bersedekah, lomba kebersihan dan keindahan kelas, Ikrar belajar; (2) Ruang lingkup terintegrasi pada mata pelajaran bisa menggunakan teknik : Melakukan refleksi, Sapaan Humanis di setiap awal pembelajaran, Diskusi kelompok, Simulasi kegiatan jual-beli (Pada materi Aritmetika sosial), dan Kesepakatan Kelas; (3) Ruang Lingkup Protokol atau budaya tata tertib, teknik yang digunakan : membiasakan datang tepat waktu, membiasakan menghargai pendapat orang lain, Membiasakan perilaku 3S ketika berjumpa seluruh warga sekolah, Kegiatan bakti social dan membuat kolase diri.

B. Koneksi Pembelajaran sosial emosional dengan materi modul sebelumnya

  • Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional selalu mengajarkan kepada para pendidik untuk memiliki keluasaan spiritual, intelektual, moral dan emosional dalam mendidik. Mendidik untuk menuntun dan mengarahkan peserta didik mendapatkan kebahagian hakikinya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat sebagai makhluk sosial. Keleluasaan yang dimilki pendidik tersebut lebih dikuatkan oleh pembelajaran sosial emosional.

  • Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Profil pelajar pancasila adalah sebuah asa, cita yang diharapkan tercapai guru penggerak. Terciptanya pelajar yang berketuhanan yang maha esa, berakhlakul karimah, berinisiatif untuk melakukan sesuatu tanpa diperintah,  melakukan sesuatu positif dengan bergotong royong, pelajar yang memiliki ide kreatif dalam menghadapi sebuah permasalahan, pelajar yang selalu menimbang dan mempertimbangkan suatu isue dengan tidak menelannya bulat-bulat, dan pelajar yang kompeten dan siap berkompetisi dengan isue dan tantangan global. Profil ideal tersebut akan cepat terrealisasi jika guru memiliki nilai positif yang tertanam dalam dirinya dan mampu memerankan fungsinya yang tidak hanya menjadi pemimpin pembelajaran tetapi mampu bergerak bersinergis  serta menggerakkan ekosistem sekolah yang berpihak pada peserta didik. Maka sangat dibutuhkan pendidik yang mampu berkolaborasi dengan seluruh elemen yang ada di sekolah melalui pembelajaran sosial emosional.

  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Sekolah sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan segala potensi yang dimilki warga sekolah khususnya murid. Optimalisasi potensi peserta didik sangat dibutuhkan untuk menjadikan mereka mampu tumbuh dan berkembang sesuai kodrat zaman dan alamnya. Berawal dari visi sekolahlah dapat terciptanya sekolah yang berpihak pada murid  dan terwujudnya murid-murid impian. Murid-murid yang secara intelektual mumpuni, secara emosi matang dan secara sosial positif. Sekolah memberikan ruang seluas-luasnya kepada seluruh warga untuk mendewasakan diri, menggali lebih dalam dan menimba pengetahuan serta pengalaman melalui pembelajaran sosial emosional.

  • Modul 1.4 Budaya Positif

Kelas merupakan lingkungan terkecil dalam sekolah tempat penanaman dan pembiasaan budaya positif. Budaya yang menjadi keagungan sekolah. Budaya yang menjadikan satu sekolah berbeda dari sekolah lainnya. Di kelaslah peserta didik dan guru memainkan emosinya. Di kelas, awal tempat bagaimana seorang guru dan peserta didik belajar mengenali emosi, mengelola emosi, menumbuhkan dan menanamkan rasa empati, berdaya lenting, serta belajar dan berlatih untuk membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab. Proses pembelajaran sosial emosional membantu guru dan peserta didik untuk terbiasa melakukan budaya positif.

  • Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki Korelasi dengan pembelajaran social emosional. Pembelajaran sosial emosional ini akan memandu seorang guru untuk mampu mempola sebuah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran  yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik. Baik minat, apa yang ia sukai, bagaimana kesukaan tersebut membantunya untuk lebih mempercepat dan mempermudah memahami suatu konsep. Guru mata pelajaran apapun harus berusaha untuk menyelaraskan mata pelajaran yang diajarkan dengan sesuatu yang murid sukai atau minati. Guru pun menggali akan profil belajar seperti apa yang dimiliki peserta didiknya. Apakah ia tipe yang lebih cepat memahami dan mengeksplorasi kemampuannya dengan visualisasi, auditori atau mungkin dengan cara mempraktikkan langsung (kinestetik). Selain itu dalam mengajar, terkadang guru sering menemukan anak-anak yang memiliki kelebihan.  Mereka sudah lebih tahu dengan teori, konsep atau pengetahuan yang akan diajarkan guru. Atau mungkin anak-anak yang hanya tahu sebagian konsep atau bahkan banyak anak yang tidak tahu sama sekali, anak yang baru mengenal konsep baru tersebut. Di sanalah dibutuhkan kecermatan seorang guru memberikan, memilah dan memilih treatment seperti apa yang cocok bagi perbedaan kesiapan belajar peserta didik.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun