Mohon tunggu...
Yudi Permana
Yudi Permana Mohon Tunggu... Guru - Penggerak Pendidikan

Praktisi Pendidikan di Kabupaten Garut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selayang Pandang Perjalanan Guru Penggerak: Dari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara hingga Pengambilan Keputusan

8 April 2021   17:03 Diperbarui: 8 April 2021   17:21 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nilai lain yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai mana yang dikemukakan oleh Busthan Abdy (2016:134), yaitu berpikir reflektif. Berpikir reflektif berbeda secara substansial dengan berpikir kreatif. Berpikir reflektif sifatnya internal, yakni upaya menemukan ide-ide kritis dalam diri sendiri, sedangkan berpikir kreatif sifatnya eksternal, yaitu dengan mengembangkan pemikiran dari dalam diri tersebut, menuju ke luar diri, demi untuk menemukan hal-hal baru yang memunculkan kesimpulan dari penalaran yang tepat.

Contoh kongkret : Pada saat tertentu, akan mengajarkan tentang materi tata surya tapi terkendala dengan alat peraga. Secara reflek maka guru yang reflektif akan membuat alat peraga yang murah, mudah, dan menyenangkan. Misalnya menjadikan anak sebagai matahari, bula, dan planet-planet. Atau bisa juga membuat alat peraga dengan memanfaatkan IT

Dalam situasi seperti saat ini, tantangan zaman semakin besar. Oleh karenanya, diperlukan nilai kolaborasi . Menurut John Myers (1991) kata kolaborasi berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses, sedangkan kooperasi bersumber dari Amerika yang lebih menekankan pada hasil. Sementara itu, menurut Ted Panitz (1996), istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil atau tujuan tertentu.

Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama (koperasi) yang dibangun berdasarkan konsensus anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan kelompok.

Contoh kongkret : Saat ada kegiatan perlombaan baik rutin ataupun temporer, peran antar guru untuk berkolaborasi sangat dibutuhkan untuk melatih dan membimbing siswa yang akan mengikuti kegiatan atau perlombaan. Misalnya lomba Qasidah, guru yang satu melatih tentang nada sementara guru yang lain memandu tentang koreografernya, dan guru yang lainya lagi memandu tentang kostum serta riasan.

Terakhir, nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah inovasi yaitu pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi deng an orang lain dalam suatu tatanan organisasi.

Contoh kongkret : Saat terjadinya pandemi covid 19 yang secara serta merta mengubah pola pembelajaran dari tatap muka menjadi PJJ, maka mau tidak mau, suka tidak suka seorang guru harus berinovasi untuk tetap melakukan proses pembelajaran meski tanpa persiapan apapun baik dari segi administrasi maupun fasilitas pendukung.

Keempat nilai tersebut (mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif) dapat memberikan dampak yang besar terhadap  prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Dampak yang dapat dirasakan adalah:

Prinsip hasil akhir (Ends-Based Thinking) dapat dieliminasi oleh nilai inovasi yang bermuara pada proses selama masalah atau peristiwa berlangsung. Inovasi memberi kreasi terhadap cara pengambilan keputusan dengan mencari alternatif yang lebih berdampak positif terhadap perkembangan dan kebaikan potensi murid.

Prinsip keadilan (Rule-Based Thinking) akan dapat dijadikan pertimbangan mana kala nilai-nilai kolaborasi berjalan secara efektif. Adanya kesepakatan yang mengakomodasi berbagai kepentingan semua kalangan memberikan ruang keadilan yang semakin lebar.

Prinsip Kepedulian (Care-Based Thinking) menjadi pertimbangan yang strategis ketika nilai reflektif sudah tumbuh menjadi budaya positif sekolah. Setelah menimbang serta berkontemplasi yang lebih dalam, maka prinsip kepedulian mudah untuk dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun