Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemana Rambut Ibu? (Cerpen Spesial Idul Fitri 1445 H)

9 April 2024   18:51 Diperbarui: 9 April 2024   18:55 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim. 

Edi, sebut saja itu namanya. Pemuda ini adalah pemuda yang sangat menyayangi ibunya. Sedari kecil hingga sekarang bekerja, Edi sangat mengagumi rambut panjang ibunya. Setiap kali Edi melihat ibunya menyisir rambutnya, dia merasa seperti sedang berseluncur di atas rambut halus ibunya. 

Ketika Edi kecil, dia senang sekali dilambungkan ke atas oleh ibunya. Betapa senangnya Edi dilambungkan ke langit sebagai seorang bayi yang tampan dan lucu. Edi juga senang sekali dipeluk dan dicium ibunya ketika bayi, bahkan hingga sekarang bekerja menjadi sales manager di sebuah perusahaan besar di Jakarta, dia masih senang dicium dan dipeluk oleh ibu tercinta. 

Suatu hari, Edi pulang kerja dan mendapati sesuatu yang berbeda dengan ibunya. Kepala ibunya plontos tanpa sehelai rambut pun. 

"Bu, ibu kenapa?" tanya Edi. 

Ibu Edi tidak berkata apa-apa, hanya menyodorkan secarik kertas bertuliskan huruf-huruf besar yang membentuk kata "KANKER". Jujur, Edi tidak tahu apa yang terjadi, tetapi setelah dia membacanya, dia mengerti bahwa itu bukan pertanda baik. 

Edi ingat benar, ketika dia masih berusia 10 tahun, dia mendengar ibunya berkata, "Yah, jaga Edi baik-baik. Jangan sampai dia bersedih jika aku tiada."

Entah apa yang dibicarakan orangtua Edi. 

Rupanya ibu Edi didiagnosis menderita kanker payudara sehingga harus menjalani kemoterapi. Tergantung efek obatnya, kemoterapi dapat membuat rambut rontok sehingga botak seperti Craig Marduk dari serial Tekken. 

Walaupun sempat ibu Edi dinyatakan sembuh, 18 tahun kemudian, saat Edi telah bekerja, ibunya harus didiagnosis kanker lagi. Kali ini sudah stadium empat. 

"Edi, anakku, kehidupan di dunia ini hanya sementara. Kita tidak pernah tahu berapa lama kita diberi waktu. Tetapi satu yang pasti, jika kelak ibu telah pergi ke hadapan Allah SWT, kamu harus selalu bisa mendoakan ibu bahagia di surga," kata ibu Edi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun