Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karpet Merah Dokter Asing, Mau ke Mana?

6 April 2023   10:00 Diperbarui: 7 April 2023   08:31 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibandingkan menghitung capital flight devisa, sebaiknya pengambil kebijakan berfokus pada penguatan kapasitas human capital yang kita miliki. Termasuk memberikan dukungan jangka panjang untuk membangun sistem kesehatan nasional yang lebih baik lagi. Perlu komitmen yang konsisten.

Strategi membuka keran dan memberi karpet bagi praktik dokter asing, alih-alih mencegah pasien ke luar negeri, sebenarnya menjadi kotak pandora. Bisa jadi dokter asing datang bersama dengan perangkat institusinya, diberikan berbagai insentif yang memudahkan beroperasi di tingkat lokal.

Ketika pemangku kekuasaan berwajah ramah, dengan berbagai dukungan diberikan untuk praktik dokter asing, justru muka masam ditolehkan pada institusi dan dokter lokal. Tengok saja besaran pajak dan sulitnya mengurus perizinan dengan seabrek persyaratannya di sektor kesehatan.

Kalau sudah begini, maka prinsip kemandirian sistem kesehatan nasional perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut bermuara dari hulu ke hilir, tidak terpisah, melainkan terintegrasi sebagai satu kesatuan mata rantai pelayanan kesehatan.

Tentu akan panjang jalan yang dilalui untuk membenahinya, tetapi disitulah letak esensi kepemimpinan serta kekuasaan, ketimbang hanya mengambil langkah pintas sebagai shortcut dari ketidakmampuan mengatasi urusan domestik, lalu mengagungkan semua yang berbau asing.

Kita sepatutnya memberi apresiasi dan dukungan penuh pada kekuatan yang telah kita miliki sebagai modalitas pembangunan bangsa ini, jangan sampai tersia-sia.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun