Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Elektabilitas Kotak Kosong dan Kandidat Tunggal di Pilkada

29 Juli 2020   01:06 Diperbarui: 29 Juli 2020   09:05 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Andrzej Duda official Facebook page via emerging-europe.com

Pasangan kandidat yang datang dari jalur independen, meski memiliki potensi elektabilitas yang tinggi, ternyata tidak lolos seleksi kualifikasi calon. 

Publik membantu mengorganisir perlawanan, sehingga kotak kosong dapat menang. Tanpa ada figur yang menjadi sandaran alternatif, mustahil hal itu terjadi. Kotak kosong akan tetap kosong, bila tidak ada wajah yang direpresentasikan.

Di bagian akhir, apa yang sudah diprediksi akan muncul.melalui kerumitan Pilkada saat pandemi adalah garis silsilah keluarga politik, alias politik dinasti. 

Meski banyak disangkal, keberadaan para tokoh yang maju dan membawa nama besar di belakang namanya, tetap merupakan varian dari politik dinasti. Terlebih bila sebelumnya tidak pernah berkecimpung di kiprah politik formal.

Ibarat jalur khusus, para kandidat yang muncul melalui kekerabatan dan trah politik, mengilustrasikan mandeknya kaderisasi partai, serta hadirnya politisi instan yang langsung jadi, hanya sesaat menjelang waktu pemilihan.  

Bahkan bisa jadi menggeser tokoh yang telah sebelumnya diusulkan pada tingkat bawah, tentu teramat disayangkan. Semakin terang ambisi dan syahwat kekuasaan bergelayut dalam kontestasi. Sulit dipastikan kompetensi dan kapasitasnya, belum teruji di medan politik, terlebih bagi kepentingan publik. 

Bila hal ini terus menerus terjadi, awan gelap bergelayut di atas wajah demokrasi kita, dan telah nyata resesi demokrasi. Siapa yang dapat dipercaya membawa aspirasi bersama? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun