Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Masih Adakah Masa Depan Demokrasi?

28 April 2019   15:41 Diperbarui: 29 April 2019   15:43 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi demokrasi (HANDINING) | Kompas.com

Ambisi kekuasaan itu adalah tentang mempertahankan selama mungkinprivilege tampuk kepemimpinan, yang pada akhirnya menciptakan otoritarianisme. Kasus fenomena Hitler yang mencapai kursi kuasa melalui pemilihan umum dan demokrasi adalah buktinya.

Post Trump dan Resolusi Demokrasi
Pada kajian lokal di Indonesia sebagai perbandingan, peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, demikian pula selanjutnya transisi Orde Reformasi ditandai dengan semakin tersentralisirnya kekuasaan ditangan pemimpin.

Pihak yang dianggap tadinya menjadi aktor perubahan, dengan kriteria pembaharu dan pembawa harapan kemudian melakukan konsolidasi kekuasaan, dititik inilah otoritarianisme menemukan bentuknya. Hasrat kepentingan dan kekuasaan motif penggeraknya.

Dengan demikian, politik dalam fungsinya sebagai jalan menuju ruang demokrasi dalam bangunan kenegaraan tidak bisa dipandang secara ideal, melainkan lebih bersifat pragmatis. Aktor-aktor politik sesungguhnya tengah memainkan peran dalam sandiwara kepentingan, sesuai konsep dramaturgi. Hal itu dapat jelas terlihat, jika Anda pernah menonton film dokumenter 90 menit Sexy Killers. 

Bagian akhir dari buku Levitsky & Ziblat memberikan formula yang dapat dijadikan panduan bagi upaya mengatasi sekaligus keluar dari situasi terbentuknya otoritarianisme terselubung dalam bentuk populisme, sebagaimana terkategori sebagai era Post Trump dalam model hipotesis sederhana, yakni; (1) penguatan gerakan sosial publik sebagai counter kekuasaan, (2) penambahan peran partai politik oposisi yang menjadi balancing power, dan (3) pembenahan sistem kepartaian.

Apakah dengan demikian demokrasi dapat diselamatkan dan memiliki masa depan? Tentu politik harus dipahami dalam posisinya yang selalu bergerak dinamis.

Perilaku politik publik mudah berayun dari satu pilihan ke pilihan yang lain, dan hal itu mudah untuk ditunggangi kepentingan elit politik dalam tujuan mencapai kekuasaan. Maka kesadaran publik, dalam konteks literasi dan melek politik menjadi penting, agar tidak terjebak pada tampilan muka yang bisa jadi nampak populis!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun