Pesan survei juga bisa sangat tergantung pemesannya. Siapakah itu? Pemilik kepentingan yang bekerjasama dengan lembaga survei. Lalu siapa yang berkepentingan di sini? Bisa jadi para aktor politik yang terlibat dalam kontestasi.
Apakah akan memberi pengaruh signifikan atas elektabilitas? Perlu ditunggu hasil akhirnya, tetapi perilaku publik kerap gagal dipotret akhir-akhir ini karena amplifikasi teknologi.
Kehadiran sosial media menambah ruang bising dan keberlimpahan informasi terjadi, perlahan menggantikan media massa konvensional. Meski aspek kredibilitas tidak lagi jadi hal penting di sosial media, tetapi kanal tersebut mewakili sumbatan aspirasi publik yang tidak terekspresikan.
Jadi, ya hasil survei Kompas bisa dipandang secara interpretatif secara berbeda, membawa pesan yang juga dapat dibaca terpisah. Dalam aspek konten, temuan survei tersebut perlu dicermati dengan baik. Terlebih pada konteks konstelasi kompetisi politik, maka perlu dilihat amplifikasi opini atas hasil survei sebuah media massa bisa di-counter melalui sosial media. Dan kita melihat situasi tersebut sekarang.
Lalu pemenang adalah mereka yang dapat mempertahankan momentum dan ruang gaung di tengah publik, untuk menyampaikan pesan secara efektif bagi perluasan dukungan bagi kandidat lebih dari sekedar hasil survei. Soal hoaks, kita bersepakat mengutuknya, tapi kerap berstandar ganda dalam menyikapinya!