Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencermati Gerak Blusukan

13 Maret 2019   22:23 Diperbarui: 13 Maret 2019   22:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Metode blusukan sempat sangat memukau! Itu dulu, tapi tidak nampak lagi gemerlapnya, karena sorot kamera selalu siap siaga di samping kegiatan yang nampak spontan tersebut. Kita bisa mengajukan pertanyaan, benarkah hal ini terjadi tanpa direncanakan, atau justru kegiatan ini sangat sistematik dirancang dengan dampak yang diharapkan terjadi sebagai tujuan akhir?.

Dalam kasus manajemen, maka model blusukan dikenal sebagai upaya pada kerangka management by walking around,  yang bermakna cara berkeliling langsung untuk mendapatkan temuan ditingkat lapangan, sebagai basis pengambilan keputusan kebijakan operasional diatasnya. Aktifitas ini baik dan menjadi  memiliki dampak bila disertai dengan prasyarat pendukungnya.

Dengan demikian, metodologi manajemen tersebut, yang kemudian dijuluki sebagai blusukan, dalam sebuah tata kelola organisasi, merupakan cara dimana terjadi interaksi yang dilakukan dengan melihat langsung kondisi realita, untuk kemudian melakukan perumusan langkah strategis dalam upaya mengatasi persoalan.

Kegiatan blusukan kemudian seolah menjadi trademark dari petahana yang saat ini berkuasa, maka kemudian menjadi role model yang diikuti lapisan kabinet pendukungnya pada periode awal menempati posisinya masing-masing. Tidak heran kemudian saat itu, para menteri kemudian seolah berlomba memperlihatkan metode blusukan, termasuk action salah seorang menteri yang kemudian melompati pagar rumah yang diindikasi sebagai tempat penampungan tenaga kerja ilegal. 

Salahkah hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang salah, selama subtansi aktifitas yang dilakukan tercapai, lebih dari sekedar sensasi atraksi yang mencoba menarik perhatian publik, sesuatu yang kemudian dikenal sebagai format pencitraan, dengan gaya reality show menggunakan instrumen publikasi media yang menjangkau massa, baik melalui media mainstream ataupun media sosial. Targetnya kemudian terdegradasi hanya sekedar mengejar viralitas, menciptakan popularitas, membangun apa yang dalam formula pemasaran dinyatakan sebagai top of mind brand.

Sekurangnya, ada beberapa kriteria yang dibutuhkan, termasuk; 

(a) terlepasnya konteks blusukan dari perencanaan kegiatan yang sesungguhnya, yakni mencari solusi persoalan secara akurat, jika hal demikian yang terjadi maka blusukan hanya menjadi aktifitas ritual san bersifat simbolik semata.

(b) target hasil dari blusukan harus mampu membawa serta alternatif solusi baru atas persoalan yang dihadapi, tidak hanya sekedar keinginan untuk melihat tanpa mencoba merumuskan jawaban terbaik dari permasalahan, blusukan hendaknya menjadi terobosan dari kebuntuan formula kebijakan yang bersifat normatif bahkan cenderung prosedural dengan melihat basis realita.

(c) kemampuan pengelolaan dan penyelesaian masalah bermakna adanya kemampuan dalam mendelegasikan, mengatur kewenangan dan mengotorisasikan kekuasaan. Sehingga kebijakan adalah kombinasi dan perimbangan dari pola bottom up dan top down. Bila begitu, maka blusukan harus dimaknai sebagai upaya mengatasi laporan dari bawah yang asal-asalan, tetapi juga harus menghindari munculnya kecurigaan berlebihan terhadap instrumen perangkat kerja pendukung kepemimpinan. 

Antara KRL dan Ambulans

Pekan lalu, citizen yang bertransformasi menjadi netizen kemudian sontak heboh dan mengalami perdebatan, karena pesohor negeri yang terlibat kontestasi politik, hadir ditengah publik bahkan tidak berjarak mempergunakan transportasi massal KRL. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun