Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dalam Era Robotika

14 Desember 2018   08:43 Diperbarui: 14 Desember 2018   09:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Galaksi Gutenberg dan era cetak telah berakhir, gugus yang muncul seiring dengan mesin teknologi percetakan serta merevolusi cara manusia berkehidupan, kini tergantikan dengan era kecerdasan buatan -artificial intelligent. Modulasi baru dengan algoritma yang sistemik ini, adalah mesin pembelajar -learning machine, yang memperbaharui diri dari waktu ke waktu.

Keberadaan mesin-mesin pintar ini, tidak hanya membantu dan meringankan tugas manusia itu sendiri, tetapi pada beberapa kesempatan mesin pun menjadi kompetitor dari manusia. Kekalahan Gary Kasparov melawan Deep Blue sebuah komputer besutan IBM pada pertandingan catur 1996, adalah momentum awal dari kemampuan berpikir kompleks kecerdasan buatan tersebut.

Masa depan adalah ruang misteri yang tidak bisa dipastikan, dengan demikian, terdapat kemungkinan model yang dapat terjadi. Aspek potensial dari kehadiran mesin pintar ini, membawa serta dua implikasi potensial yang dapat menjadi sebuah realitas dimasa depan, yakni; (a) apakah kecerdasan buatan manusia ini dapat bekerjasama dalam simbiosa mutualisma bagi kepentingan manusia, atau (b) justru mampu mengalahkan manusia itu sendiri?.

Tidak mudah membayangkan apa yang belum terjadi, karena kita memang belum sampai pada tahap tersebut. Tetapi mencermati apa yang terjadi saat ini, maka perlu dirumuskan beberapa hal secara serius, yakni; protocol tentang batas etika yang harus ditegakan terkait dengan proyek pengembangan kecerdasan buatan tersebut, agar tidak kemudian menghilangkan eksistensi manusia.

Apakah ini sebuah kekhawatiran yang terlalu dini? Bisa saja, tetapi penekanan terhadap faktor mitigasi risiko, dengan melihat probabilitas atas kemungkinan terburuk, adalah upaya untuk dapat berhati-hati dan memastikan keberlanjutan kehidupan manusia. Tidakkah terlalu fiksi hal sedemikian? Tergantung cara pandang Anda, kecerdasan buatan itu kini mulai menggantikan peran manusia pada tahap yang dasar yakni pekerjaan fisik.

Beberapa pihak yang kemudian terlarut dalam euforia atas kehadiran jenis teknologi baru ini, kemudian mengglorifikasi mesin pintar sebagai bagian dari peradaan baru dimasa mendatang, tentu saja premis sedemikian bisa saja dipahami, tetapi berpikir tanpa mencadangkan alternative proses adaptasi yang penuh dengan kewaspadaan, akan bersifat membahayakan.

Apakah New Luddities?

Gambaran tentang masa depan yang sejahtera, karena semua pihak mempergunakan kecerdasan buatan dari mmesin-mesin yang pintar ini untuk kepentingan keseharian adalah bentuk fiksi yang ditampilkan dalam wajah ramah, disisi lain kita kemudian mendapatkan narasi fiksi berbeda tentang pengembangan kecerdasan yang justru melebihi kecerdasan manusia itu sendiri yang ditinggalkan sebagai kelompok tersisih dari peradaban manusia bersama mesin.

Cara berpikir determinisme teknologi, seolah telah mempersiapkan sekaligus mengabaikan peran manusia. Bahwa teknologi kecerdasan buatan, diilustrasikan sebagai instrument pembebasan, dan akan menjadi alat revolusioner sebagaimana berbagai fase kehidupan sebelumnya yang ditandai dengan kemajuan mesin-mesin produksi. Ingat, bahwa akan ada kelompok sosial yang kemudian tersisih dan mulai mencoba adaptasi baru dengan kehadiran teknologi tersebut.

Pada masa era mesin tenun dipergunakan dalam upaya memperbesar kapasitas produksi sebuah pabrik, pada periode revolusi industry di Inggris kita mengenal kelompok Luddities yang kemudian melakukkan perusakan alat-alat produksi karena dianggap mengancam masa depan mereka, toh perubahan tidak terhindari hingga sampailah kita pada hari ini, seolah menjadi pembenaran bahwa kekhawatiran Luddities hanya menjadi sebuah ketakutan yang kosong dalam ruang hampa.

Bukankah kekhawatiran yang sama, terjadi dalam memandang bagaimana mekanisme dari cara kecerdasan buatan ini bekerja dalam beberapa decade mendatang? Bisa iya tetapu juga bisa tidak. Apa penyebabnya? Terdapat perbedaan kualitas yang signifikan terjadi di era komputasi canggih dengan algoritma nan rumit tingkat tinggi, sebuah spectrum baru yang berbeda dari era Luddities.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun