Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Hadirnya Fantasi Kolektif Saat Terhimpit Sinetron dan Telenovela

20 November 2018   13:40 Diperbarui: 22 November 2018   08:10 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas/TOTO SIHONO)

Dalam khasanah tontonan di televisi, tidak lengkap bila kita tidak membahas sinetron/ telenovela. Pada banyak kajian media massa, khususnya media elektronik televisi, sinetron/ telenovela adalah fenomenal. Meski hal serupa juga terjadi pada sandiwara radio, tetapi ada aspek yang berbeda dari tampilan visual yang dibentuk melalui layar kaca. Studi populer tentang sinetron/ telenovela, diranah domestik menjadi sebuah objek penelitian media yang menarik.

Sesuai dengan namanya, sinema elektronik -sinetron adalah bentuk sinematografi yang ditampilkan pada media layar televisi. Pada produk yang spesifik berasal dari tempat produksi Amerika Latin, dikenal sebagai novel televisi -telenovela. 

Apa yang menjadi pembeda keduanya? Setali tiga uang, alias sama saja antara satu dengan yang lain. Meski mungkin terdapat beragam tema yang diangkat, tetapi keduanya sama dalam hal penonjolan tokoh, permainan sudut kamera, pemanfaatan tata cahaya dan make up serta kekuatan narasi dalam naskah yang lebih banyak eksploitatif.

Bagaimana keterhubungan penonton dengan sebuah sinetron/ telenovela? Bisa sangat eksesif, menciptakan lapisan penggemar yang terbagi dalam beberapa lapisan, mulai dari fanbased hingga loyalis. Penggunaan karakter yang dibuat seolah dekat dengan masalah keseharian, menguatkan efek kesan pada pesan sinetron/ telenovela, merupakan bagian dari kehidupan keseharian yang tidak terpisahkan. Penonton diposisikan secara sosial menjadi penikmat karya tersebut.

Cerita Khayal yang Fantasi
Meski dekat dengan tema keseharian, sinetron/ telenovela memiliki kecenderungan untuk menggarap segmen di kelompok perempuan, pada banyak kalangan remaja, muda dan dewasa, termasuk para ibu rumah tangga. 

Stereotype yang kemudian dikesankan pada sebuah sinetron/ telenovela menguras air mata, serta membawa para wanita terbawa suasana emosional. Para tokoh, dengan paras wajah nan rupawanan, menjadi pemanis tampilan yang tidak dapat diremehkan.


Tokoh baik yang dalam peran protagonist maupun antagonistic, semakin menambah ketegangan roman dari konflik dalam plot dari alur cerita sinetron/ telenovela. Lebih jauh lagi, eksplorasi, terbilang eksploitasi, terjadi manakala rating telah berada diposisi tertinggi. Pengiklan dan audiens telah terbentuk sebagai ekosistem bisnis yang saling terkait dan menguntungkan.

Maka tidak heran kemudian, bila jalan ceritanya seolah-olah tidak berkesudahan, diperpanjang dengan setting yang berubah-ubah. Bisa jadi karakter yang kemudian berbalik, si tokoh jahat menjadi baik, mungkin saja mendapatkan hidayah, pun sebaliknya situasinya bagi sang tokoh, bisa jadi sedang khilaf. Lebih jauh lagi, manajemen artis dengan pembentukan format jumpa fans secara offline, membangun interaksi yang sinergis antara pemeran dan para penggemar.

Berhenti disitu? Tentu saja tidak, selama logika bisnis masih profitable, maka mekanisme merchandise dan kontrak iklan dalam bentuk yang in-frame pada sinetron/ telenovela bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit. Hal ini sama terjadi, baik dikawasan Eropa, Amerika dan Asia. Perilaku konsumen sinetron/ telenovela agaknya tipikal, dan hampir seragam, meski kini juga berhadapan dengan pusat-pusat produksi baru semisal India dan Korea Selatan.

Tantangan Feminis
Dalam kajian tentang sinetron/ telenovela, maka kehadirannya menciptakan dunia yang serba ilusi. Dahaga akan kesempurnaan riil pada kehidupan, dipuaskan melalui sinetron/ telenovela, tengok cara berpakaian dan berdandan yang diperagakan. Selalu tampil cantik dan energik setiap saat, penuh dengan riasan tebal menutupi kerut wajah yang kelelahan dari sang aktor. Domestifikasi perempuan pada banyak cerita sinetron/ telenovela diperlihatkan dengan ketertundukan peran wanita atas dominasi pria.

Diperlakukan secara sepihak, membuat tangis sepanjang tontonan menjadi demikian syahdu. Bahkan kotak tissue memang dipersiapkan saat mulai menontonnya. Hal ini menyebabkan perjuangan feminis, yang merupakan gerakan kelompok perempuan, untuk tuntutan partisipasi dan emansipasi, mendapatkan tantangan baru, sehingga akan diperlukan metode, strategi dan cara-cara baru dalam menyuarakan dan memberdayakan perempuan paska terciptanya budaya massal dari dampak sinetron/ telenovela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun