Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berharap Surya Kembali Bersinar di Universitas Surya: Dilema Perguruan Tinggi Swasta

4 Agustus 2017   14:44 Diperbarui: 4 Agustus 2017   14:55 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentu kita dengan mudah mengingat Prof Yohanes Surya, Bapak Fisika Indonesia yang mengantarkan banyak Tim Olimpiade Fisika kita berkompetisi dikancah internasional, kemampuannya dalam mempersiapkan mental bersaing para murid bertanding tidak diragukan lagi. 

Bahkan dalam filosofi pendidikan yang kerap dinyatakan bahwa kecerdasan bukanlah faktor keturunan (nature) melainkan karena persoalan pengasuhan dan pendidikan (nurture). 

Hal menarik yang kemudian muncul kemuka adalah perihal krisis yang terjadi dikampus besutannya, yakni Universitas Surya. Kampus tersebut terbelit masalah, dan yang terakhir berkaitan dengan problem finansial, hutang perbankan tidak terbayar dalam bentuk student loansenilai Rp16 miliar.

Tulisan ini tidak hendak mencari duduk perkara benar salah dalam kasus yang dialami kampus tersebut, melainkan hendak menegakkan posisi kampus swasta yang sulit melakukan pengembangan tanpa kapasitas modal yang cukup. Analisa atas studi kasus Universitas Surya menjadi menarik untuk diperhatikan oleh perguruan tinggi swasta khususnya kelas menengah dan kecil.

Pada kelompok kampus swasta yang masuk dalam kategori kelas besar, serta ditopang konglomerasi bisnis dibelakangnya, tentu tidak memiliki persoalan dengan kendala finansial. Skema subsidi silang dapat terjadi antar entitas didalam badan konglomerasi. Celakanya, tidak demikian dengan kampus swasta mengengah kecil yang harus dapat sustain atas kebutuhan operasional, dan disandarkan dari hasil bisnis pendidikan itu sendiri.

Pendidikan swasta dalam semua level, masuk dalam kategori social business,sehingga pengelolaan atas organisasi menerapkan pendekatan bisnis dan kewirausahaan, pada saat yang bersamaan tidak kehilangan sisi sosial untuk berkontribusi bagi upaya pencerdasan kehidupan bangsa. Di dua ranah berbeda itu, keseimbangan harus dijaga agar tercipta keberlanjutan jangka panjang.

Kalkulasi Sumberdaya

Meninjau apa yang terjadi di Universitas Surya, maka ada beberapa catatan yang terkait. Situasi ini menjadi permasalahan yang pelik, khususnya bagis ebuah institusi baru. Terutama bagi persoalan sumderdaya, baik untuk jumlah pengajar maupun kuantitas mahasiswa yang berkonsekuensi dengan kemampuan pembiayaan operasional dalam kegiatan proses pembelajaran.

Problem mismatch kalkulasi pembiayaan terjadi ketika kampus bermaksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan merekrut para pengajar terbaik, hal ini mengakibatkan costing biaya bertambah. Tentu strategi tersebut tidak salah, karena asumsi yang dibangun adalah dengan kualitas yang tergolong tinggi, maka akan dapat mendorong ketertarikan mahasiswa baru.

Kendalanya kemudian terjadi, faktor ketertarikan memasuki perguruan tinggi diera modern saat ini dipertajam dengan faktor promosi diseluruh media massa. Sehingga proyeksi perolehan jumlah mahasiswa menjadi sulit diprediksi. Kampus swasta besar menjadi penguasa dijagad media, kapasitas institusi pendidikan dengan basis konglomerasi kelas kakap tersebut menjadi pemain nan lincah.

Bukan hanya itu, kampus negeri sekalipun kini tidak tinggal diam dan berpangku tangan, pengembangan kelas mandiri yang mengejar orientasi laba bukan barang yang tabu lagi. Bayangkan sebuah kampus berlingkup teknologi bahkan juga pertanian, kini membangun peminatan ilmu manajemen, bahkan masuk ke ranah vokasi. Sementara yang tersisa bagi kampus swasta menengah bawah adalah segmen target pasar yang berada dilapisan antara, yakni mereka yang tersisih karena seleksi akademik maupun memilih disebabkan alternatif pembiayaan yang terjangkau.

Saat target pembiayaan yang mengacu pada kualitas tenaga pengajar,ternyata tidak sebanding dengan jumlah intake mahasiswa yang tertarik dengan kampus tersebut, maka permasalahan kemudian dimulai. Potensi yang kemudian dapat muncul seperti, keresahan tenaga pengajar,mandeknya proses pembelajaran, sampai pada akhirnya terhentinya kegiatan operasional sangat mungkin terjadi. 

Bagaimanapun keberlangsungan dan keberlanjutan proses pendidikan adalah hal yang mutlak dan tidak bisa diabaikan, dalam kondisi seperti apapun sebuah kampus, karena mahasiswa adalah harapan bagi masa depan.

Alternatif Sumber Pendanaan

Diluar kendala keuangan di Universitas Surya yang ditengarai melalui sekmaStudent Loandengan fasilitas perbankan, yang menurut informasi akhir telah dirampungkan. Maka langkah menggunakan pembiayaan perbankan adalah alternatif terobosan yang dapat dibuat dalam upaya manuver keuangan, dengan tujuan kemudahan bagi peserta didik, sayangnya kemungkinan terjadi miskomunikasi.

Masih terlalu abu-abu wilayah bagi sebuah institusi perguruan tinggi dalam membangun mekanisme crowdfundingdigital dinegeri ini. Pertanyaan publik akan diarahkan pada persoalan, setelah memungut biaya persemester mengapa harus membuka ruang donasi publik? Padahal skema crowdfunding mungkin sekali dapat dilakukan untuk kebutuhan pendidikan tinggi.

Metode-metode baru, semisal membangun jejaring alumni dalam mendukung keberlangsungan almamater sulit untuk direalisasikan pada kampus menengah bawah karena tidak terkonsolidasinya alumni yang dihasilkan. Lebih jauh lagi, mendorong hasil penelitian dan karya dari paramahasiswa untuk menjadi bagian pemasukan masih jauh panggang dari api, karena pola pembelajaran klasikal yang dipergunakan, bukan bertumpu pada riset dan praktik.

Lalu bagaimana membentuk sinergi antar kampus? Membuat wadah payung agar kampus kecil menginduk pada kampus yang lebih besar, tentu bukan menjadi solusi pamungkas, karena karakteristik kanibal yang mungkin terjadi, terlebih tidak terdapat insentif bagi universitas yang menjadi induk, ataupun insentif bagi kampus yang bersedia menginduk agar infrastruktur pendidikan lebih sehat dan kuat.

Pengelolaan kampus swasta harus ada dalam blueprint pendidikan tinggi nasional dimasa depan, toh berbagai masalah telah banyak muncul,kampus bodong, gelar palsu, plagiasi karya ilmiah sampai kendala keuangan. Pemerintah harus mulai berpikir memberdayakan kampus swasta menengah kecil yang kerapkali berada didaerah perifer, yang tidak dijangkau oleh kemampuan pemerintah.

Semoga sinar surya kembali bersinar di Universitas Surya, karena hal terpenting dari proses pembelajaran adalah membentuk manusia Indonesia sebagai generasi gemilang dimasa depan. Kita perlu berkaca dari studi kasus tersebut tentu saja. Tetap semangat Prof!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun