Mohon tunggu...
Yudhi Hendro
Yudhi Hendro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang suami dan ayah dari empat orang anak. Bekerja di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Mengelola blog pribadi : yudhihendros@wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Anggap Sepele DBD

17 Mei 2013   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:27 9093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368754923846153351

Sebulan yang lalu, Aysha, anak kedua kami, dirawat inap di rumah sakit. Berawal dari demam yang diderita pada hari Minggu, kemudian istri mencari obat penurun panas.

Ternyata panasnya tidak juga turun. Senin pagi Aysha dibawa ke dokter umum di dekat rumah. Diagnosanya terkena radang tenggorokan. Setelah minum obat sesuai resep dokter, panas badannya tetap nggak turun.

Sewaktu mengikuti rapat pada hari Selasa, siang hari istri SMS minta pendapat gimana kalau Aysha dibawa ke dokter spesialis anak. Saya jawab ok, nanti malam kita bawa berobat lagi ke spesialis. Istri  kirim sms lagi bilang kalau mau daftar dulu siang ini.

Malamnya, kami bertiga ke tempat praktek dokter spesialis anak. Tak lama menunggu,  setelah tiba dan lapor ke petugas jaga, kami dipersilahkan masuk.

Dokter merekomendasikan supaya malam itu juga cek darah di laboratorium. Nanti hasilnya diserahkan lagi ke dia.

Bergegas kami menuju laboratorium, lokasinya di jalan yang sama dengan tempat praktek dokter. Setelah membayar biaya cek darah 40 ribu, kami kembali lagi menemui dokter menyerahkan hasilnya.

Ternyata trombositnya sudah turun menjadi 76 ribu, standar rujukannya 125 – 400 ribu. Dokter menuliskan resep dan pesan supaya besok pagi cek darah lagi.

Malamnya tanpa diduga ada telepon bos ketika dalam perjalanan pulang. Karena lagi menyetir, hp saya serahkan ke istri.

Sampai di rumah, saya telpon balik bos. Minta maaf kalau tadi masih di jalan, baru saja antar anak ke dokter. Rupanya bos menelpon ingin tahu tanggapan saya waktu rapat tadi siang.

Kemudian dia tanya apakah anak saya sakit. Terus saya jelaskan panjang lebar kondisi anak saya mulai dari suhu badannya yg panas, sampai diminta dokter untuk cek darah karena kemungkinan besar terserang Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Wah, kalau udah seperti itu, jangan main-main deh. Kalau bisa malam ini langsung bawa ke rumah sakit. Tapi keputusannya saya serahkan ke pak Yudhi, ya”katanya.

Waktu itu saya dan istri masih berharap, obat dari dokter spesialis yang diminum Aysha bisa menurunkan panas badannya

Paginya sekitar jam 8, Aysha kembali diambil darahnya untuk di cek. Panas badannya sudah mulai turun. Cuma yang mengherankan, kok dia masih kelihatan lemas dan bahkan muntah waktu di laboratorium?

Sebelum pertanyaan itu terjawab, petugas lab memangil nama Aysha dan menyerahkan hasil tes darah. Dan setelah saya lihat, ternyata trombositnya menurun drastis, tinggal 49.

“Sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit, Pak”ungkapnya kepada saya dan istri. Aysha masih terlihat lemas dan duduk merunduk di bangku.

Mendengar penjelasan itu, saya langsung putuskan membawa Aysha ke rumah sakit. Sementara istri menelpon dokter dan menyampakan perkembangannya. Dia juga bilang setelah tes darah, langsung ke rumah sakit dan nggak ke tempat praktek dokter lagi.

Memasuki rumah sakit, kendaraan saya arahkan ke halaman IGD. Setelah lapor ke bagian administrasi dan mengisi formulir, Aysha dibawa ke ruang IGD.

Setelah berbaring dan diperiksa dokter, jarum infus disuntikkan ke nadi di punggung tangan sebelah kiri.

Sekitar 1/2 jam di ruang IGD, perawat membawa Aysha ke kamar pasien kelas II nomor 114.  Ada dua pasien  yang berada di ruang tersebut. Pasien di nomor tempat tidur 1, anak balita yang juga terserang demam berdarah.

Satu lagi, pasien di nomor tempat tidur  3, anak kelas 1 SMP yang mengalami kecelakaan. Ketika sedang berjalan kaki berangkat ke sekolah, ditabrak pengendara motor.

Dua malam saya menginap di rumah sakit menemani Aysha. Pagi hingga sore giliran istri yang menggantikan.

Hari ketiga dirawat inap, ketika sama-sama istri menanyakan trombositnya ke ruang kerja suster, hasilnya sudah ada kemajuan. Hasil tes darah menunjukkan trombositnya meningkat menjadi 80, Alhamdulillah.

Memang masih perlu makan yang banyak dan minum minuman yang manis-manis, agar trombositnya mencapai di atas 100. Segala macam minuman manis mulai jus jambu, minuman kotak sari buah jambu, sari kurma, sampai pocari dibeli untuk menaikkan trombositnya.

Yang melegakan, ketika suster mengatakan masa kritisnya yang terjadi antara hari ketiga sampai kelima telah lewat. “Sekarang masuk tahap pemulihan”katanya.

Dokter juga pesan ke dua perawat di sampingnya, kalau infusnya habis, diganti dengan obat kapsul. “Sudah ada kemajuan. Anaknya bisa minum obat kapsul atau tablet?”kata dokter.  “Bisa, Dok”jawab saya.

Ini benar-benar sebuah pengalaman yang sangat berharga. Bahwa ketika keluarga kita menderita demam dan setelah dua hari panasnya nggak turun meski telah minum obat, ada baiknya langsung cek darah. Karena ada kemungkinan terserang demam berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun