Sabtu, 10 April 2021, kami memutuskan menginap di masjid dekat dengan stasiun Malang Kota Baru. Kami menginap di masjid Hidayyahturrahman Brawijaya Malang, sesampainya di sana, kami memasak kembali sisa perbekalan mie instan yang kami bawa, kami makan di halaman masjid tersebut, kami makan sembari berbincang dan mencoba berbagai teori mengapa kami tidak menemukan tempat itu. Kami saling bertukar pendapat, dan BOOMM. Terjadi gempa besar di malang, semua bangunan bergetar hebat, rumah-rumah roboh, masjid bergoyang hebat. Titik gempa itu tidak jauh dari air terjun Sumber Pitu, seketika kami bersyukur karena tidak menemukan tempat tersebut dan memilih menyerah kembali ke kota.
      Seketika, kami tersadar bahwa hal buruk bisa berakhir selamat dari maut, dengan hati yang tak karuan kala itu, kami menyeduh kopi yang disediakan di masjid itu, kami berusaha bercanda untuk mencairkan suasana. Nyawa kami selamat karena tersesat, itulah kata-kata yang tidak pernah kami lupakan. Setelah suasana cair, kami memutuskan mencari makan dan mengembalikan motor yang kami sewa, kami tetap mencari makanan yang termurah, Kami menemukan makanan yang sangat murah, kami beli 2 bungkus untuk di makan sore dan malam hari, untuk makan besok. Ya, kami bisa pikirkan besok, yang terpenting hari ini makan kita sudah aman.
       Ya, kami membeli makanan Spesial Sego Penjara. Dengan harga 3rb rupiah, kami bisa mendapatkan sebungkus nasi dengan lauk tahu dan tempe. Dengan makanan itu kami bisa bertahan di hari kedua. Singkat cerita, malam tiba dan kami bergegas meminta izin marbot masjid untuk menginap semalam di masjid itu. Kami mendapat respons yang baik dan diizinkan menginap semalam di masjid itu. Dengan perasaan yang super duper lega karena telah melewati hari kedua, kami tertidur dengan sangat pulas.
       Kami dibangunkan sebelum adzan subuh oleh marbot masjid untuk bersiap sholat subuh berjamaah, setelah sholat kami menyeduh kopi dan berbincang sembari berkemas untuk pulang. Ya, kami akan pulang, kami bisa melewati 3 hari 2 malam dengan bermodalkan nekat, kami terharu bisa melewati itu semua dengan tetap bersama sampai akhir. Kami berjalan ke stasiun dan menunggu kereta kami sampai.
       Itu adalah cerita asli dari kami, 4 remaja yang modal nekat dan penasaran apakah uang 50rb bisa cukup di Malang selama 3 hari 2 malam, dan kami bisa membuktikan bahwa itu berhasil. Meskipun banyak kejadian-kejadian di luar dugaan, tetapi momen-momen itulah yang membuat feature perjalanan ini lebih berwarna dan tidak membosankan.