Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan, Politik dan Keterbukaan Informasi Publik

Akademisi dan aktivis keterbukaan informasi publik. Tenaga Ahli Komisi Informasi (KI) Prov Jabar, mantan Komisioner KPU Kab Bandung dan KI Prov Jabar. Alumni IAIN Bandung dan S2 IKom Unpad ini juga seorang mediator bersertifikat, legal drafter dan penulis di media lokal dan nasional. Aktif di ICMI, Muhammadiyah, dan 'Aisyiyah Jabar. Aktifis Persma "Suaka" 1993-1999. Kini sedang menempuh S3 SAA Prodi Media dan Agama di UIN SGD Bandung. Menulis sebagai bentuk advokasi literasi kritis terhadap amnesia sosial, kontrol publik, dan komitmen terhadap transparansi, partisipasi publik, dan demokrasi yang substantif.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Uang Suami Istri: Milik Siapa, Dikelola Bagaimana ?

10 Juli 2025   11:05 Diperbarui: 10 Juli 2025   10:54 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Uang Suami Istri (Sumber: https://www.inilahkoran.id/)

Katanya uang suami adalah uang istri, dan uang istri? Ya milik istri juga. Tapi siapa sangka, ungkapan yang terdengar manis ini bisa jadi bom waktu dalam rumah tangga. Kalau semua uang masuk dompet istri, lantas suami pegangan pakai apa? Kartu keluarga?

Dalam realitas rumah tangga modern, pengelolaan Uang Suami Istri seringkali menjadi topik sensitif yang lebih tajam dari silet, lebih panas dari wajan tanpa minyak. Apalagi kalau dua-duanya bekerja. Makin seru. Ada yang memilih sistem "semua ke bendahara rumah tangga" alias istri. Ada juga yang pakai sistem "rekening terpisah, urusan bersama", dan ada pula yang membiarkan semuanya mengalir seperti air PDAM bocor---tanpa kontrol, tanpa rencana, dan seringnya, tanpa sisa.

Yang jadi pertanyaan penting adalah: siapa sebaiknya yang memegang uang dalam rumah tangga? Apakah benar ungkapan "gaji suami milik istri dan gaji istri milik istri sendiri" itu ideal atau justru memicu masalah?

Dalam obrolan arisan, sering terdengar ibu-ibu menyebut, "Suami saya nyerahin gaji utuh ke saya, tinggal saya kasih uang jajan mingguan. Kayak anak kos."
Lucu? Mungkin. Tapi coba bayangkan: bagaimana rasanya jika semua hasil kerja keras suami---dari lembur sampai kena macet 2 jam---langsung lenyap ke dompet istri, tanpa tahu dipakai beli apa. Bahkan, untuk beli kopi sachet pun harus ijin. Ini masih rumah tangga atau kantor pos?

Sebaliknya, ada pula tipe suami yang merasa Uang Suami Istri cukup dikelola oleh dirinya. Istri hanya kebagian amplop tipis saat tanggal tua. Lalu kalau istri butuh beli minyak goreng atau susu anak, harus mengajukan proposal? Rumah tangga atau badan amal?

Menurut Islam, suami memang wajib menafkahi istri dan anak-anaknya. Tapi bukan berarti seluruh isi rekening suami otomatis menjadi milik istri. Hadis tentang Hindun binti Abu Sufyan yang "mencuri" uang dari suaminya (karena suaminya sangat pelit), justru menunjukkan bahwa istri hanya berhak atas nafkah yang mencukupi kebutuhan, bukan segalanya.

Di sisi lain, gaji istri memang secara hukum adalah milik pribadi istri. Namun, jika ia bekerja atas izin suami, dalam penghasilannya ada pula hak moral suami. Maka, ungkapan Uang Suami Istri seharusnya diiringi pemahaman tentang hak, kewajiban, dan kebersamaan, bukan tentang dominasi satu pihak atas pihak lainnya.

Prof Quraish Shihab dalam sebuah tayangan mengatakan bahwa rumah tangga bukan cuma tentang hak dan kewajiban, tetapi kerja sama. Uang Suami Istri adalah bagian dari kerja sama itu. Kalau suami sedang kesulitan, istri yang mampu tentu terpuji jika membantu, bukan malah ngedumel: "Itu urusan kamu!"

Setiap rumah tangga punya cara unik dalam mengelola keuangan. Ada yang sepakat membuat satu rekening bersama, tempat semua gaji masuk. Ada yang pakai sistem '3 kas': kas suami, kas istri, dan kas keluarga. Ada pula yang "asal cukup tiap bulan, urusan selesai." Tapi apapun sistemnya, poin pentingnya adalah: harus ada kesepakatan, komunikasi, dan transparansi.

Apalagi buat pasangan baru menikah. Jangan cuma sibuk pilih warna baju akad, tapi juga bicarakan: siapa bayar tagihan listrik, siapa belanja bulanan, dan siapa yang bayar cicilan rumah (kalau rumahnya bukan warisan mertua). Kalau tidak disepakati dari awal, bisa-bisa cinta terancam "habis kuota" sebelum akhir bulan.

Sebelum uang jadi sumber pertengkaran, yuk kita bicarakan strategi mengelola Uang Suami Istri  agar rumah tangga tetap hangat meski saldo rekening pas-pasan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun