Siapa sangka, mengolah sampah dapur bisa menjadi cara efektif untuk menjaga lingkungan? Namun, bagi pemula, mengompos sering kali menemui berbagai kendala, seperti munculnya belatung atau bau tak sedap. Hal ini juga dialami oleh penulis ketika mencoba membuat kompos sendiri di rumah.
Beruntung, Kak Tutut Setyorinie, seorang pegiat lingkungan yang aktif, salah seorang narsum di Rubrik Ramadhan Bareng Pakar Pakar Kompasiana. Kak Tutut berbagi ilmu tentang pengolahan sampah organik, berbagi beberapa tips penting agar proses mengompos lebih berhasil dan tidak menimbulkan masalah.
1. Potong-Potong Sampah Dapur Sebelum Dikomposkan
Menurut Kak Tutut, salah satu kunci sukses dalam membuat kompos adalah dengan memotong sampah dapur menjadi bagian kecil sebelum dimasukkan ke dalam wadah kompos. Hal ini bertujuan agar sampah lebih cepat terurai dan proses pembusukan berlangsung lebih baik.
2. Perbanyak Material Coklat dibanding Material Hijau
Dalam pembuatan kompos, keseimbangan antara material hijau (sampah dapur seperti sayuran dan buah-buahan) dan material coklat (daun kering, sekam, serbuk gergaji, atau kertas bekas) sangat penting. Kak Tutut menyarankan agar jumlah material coklat lebih banyak dibandingkan material hijau agar kompos tidak terlalu basah dan berbau.
3. Gunakan EM4 Bioaktivator
Untuk mempercepat proses pembusukan dan mengurangi bau tidak sedap, bioaktivator seperti EM4 bisa ditambahkan. EM4 berfungsi sebagai mikroorganisme pengurai yang membantu proses fermentasi sampah organik menjadi pupuk kompos yang lebih cepat matang.
4. Solusi untuk Kompos yang Dipenuhi Belatung
Jika saat mengompos muncul banyak belatung, itu berarti kandungan material coklat masih kurang. Belatung cenderung muncul di tempat yang lembap dan basah. Oleh karena itu, Kak Tutut menyarankan untuk menambahkan lebih banyak material coklat seperti tanah, daun kering, sekam, atau cocopeat agar keseimbangan kelembapan dalam kompos tetap terjaga.