Suatu hari sepulang menjemputnya dari sekolah, saya mengajak putri saya pergi ke salon dekat rumah untuk merapikan rambut kami berdua yang sudah out of shape alias tidak jelas lagi modelnya.
Waktu giliran saya yang dirapikan rambutnya, si cantik menunggu dan bermain-main dengan kucing si pemilik salon.
Bapak pemilik salon rupanya terkesan karena putri saya tidak memegang gadget sama sekali. Ia bertanya apakah putri saya memang tidak diijinkan main gadget.
Saya pun terkesan dengan pertanyaan Bapak si pemilik salon, sempat-sempatnya beliau memperhatikan hal ini.
Di lain waktu, kami sedang mengantre di salah satu rumah sakit. Si Cantik sudah seminggu bapilnas (batuk-pilek-panas), jadi kami memutuskan memeriksakannya untuk memastikan hanya bapilnas biasa.
Kebetulan antriannya lumayan banyak, karena lagi musimnya bapilnas. Beberapa orang menatap ke arah kami dengan tatapan yang tidak bisa saya gambarkan tepatnya seperti apa. Pokoknya, menatap ke arah kami.
Saya memeriksa apakah ada yang aneh dengan penampilan kami, dan sepertinya kami normal-normal saja.
Setelah saya perhatikan sekitar kami dengan seksama, saya pun paham mengapa kami tampak berbeda.
Di antara sekian banyak anak-anak yang mengantre, hanya putri saya yang sibuk dengan bukunya, anak-anak yang lain sibuk dengan gadgetnya.
Dugaan saya terkonfirmasi ketika seorang ibu menyapa dan bilang betapa bahagianya beliau melihat ada anak yang masih membaca buku.