Mohon tunggu...
Yuanita Pratomo
Yuanita Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - Mommy

Daydreammer, as always

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Risau Ketika Usia Menggerus Keberanian

22 Oktober 2021   16:32 Diperbarui: 22 Oktober 2021   16:43 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dreamstime.com

Dulu waktu masih muda dan single, saya sering sekali nyetir sendiri kemana-mana. Sebagian kecil karena tuntutan pekerjaan, sebagian besar karena hobi.

Saya pernah menyetir sampai pelosok-pelosok pedesaan, tanpa GPS. Keluar kota sendirian pun saya lakoni. Tersesat sering, tapi ya slow saja. Gak ada takutnya.

Karena orang tua berada di kota yang berbeda, dan pacar sedang berada di benua yang berbeda juga, jadi gak ada yang sempat mengomeli saya.

Saya pernah menyetir dengan kondisi rem yang kurang waras, AC mati ketika hujan deras sehingga jarak pandang bukan lagi terbatas karena melihat kaca pun tidak jelas, di jalan tol lagi.

Was-was jelas ada, tapi panik tidak sedikitpun ada.

Sekarang justru kebalikannya.

Lihat truk mepet sedikit langsung panik. Di klakson dari belakang langsung kelabakan, padahal maksudnya bukan mengklakson saya juga. Macet sedikit langsung hati berdebar-debar.

Kalau menyetir tanpa GPS,  langsung spaneng, bahkan untuk rute yang saya kenal betul dan sering saya tempuh. 

Saya baru tenang kalau melihat garis merah, kuning atau biru di layar. Suara turn right...turn left  ditelinga saya bak lagu nina bobok dimalam yang indah. Menenangkan maksudnya, bukan malah membuat saya mengantuk.

Begitulah saya dulu dan sekarang. Keberanian (atau kenekatan?) saya tidak lagi se-gegap gempita dulu, bahkan cenderung sebaliknya.

Apakah ada  juga yang merasakan seperti yang saya rasakan dan alami ?  

Kalau iya, kabar baiknya anda tidak sendiri, at least ada saya. Kabar baik lainnya, itu normal-normal saja dan ada alasan ilmiahnya.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa saat kita beranjak tua, tubuh akan lebih sedikit menghasilkan hormon adrenalin atau hormon yang membuat kita berani untuk melawan ketakutan. Akibatnya kita pun tidak se-pemberani waktu muda dulu. Lebih jiper, kata anak muda.

Sebenarnya penelitian yang dilakukan oleh Kevin Gournay, peneliti di Institute of Psychiatry, King College London itu secara spesifik ditujukan untuk penderita fobia ketinggian.

Tapi hasil penelitiannya bisa diaplikasikan secara general, tidak hanya untuk penderita fobia ketinggian.

Eh, tapi ngomong-ngomong soal fobia ketinggian, semakin menua saya, semakin gemetaran kaki saya kalau berada di ketinggian.

Saya pernah mengantar putri saya dua kali naik salah satu menara sebuah gereja di eropa yang terkenal tinggi menjulang. Satu kali, saat dia belum setahun dan kedua kali, saat dia berusia 6 tahun.

Waktu putri saya belum setahun usia-nya, saya dengan gagah berani menaiki tangga yang curam dan sempit sambil menggendong si cantik, lalu ketika sampai diatas  dengan tanpa was-was mengagumi pemandangan di bawah sambil -tentu saja- berpose di depan kamera yang dibawa suami.

Ketika kedua kalinya kami kembali lagi ketempat itu, saya merasakan sensasi yang berbeda. Putri saya sudah berusia enam tahun saat itu dan saya pun sudah bertambah tua lima tahun lebih.

Saya mendadak merasa tangganya semakin curam, dan ketika berada di atas, saya tidak  lagi menikmatinya seperti dulu. Hembusan angin yang dulu saya rasakan begitu indah, kali ini terasa menakutkan. Takut jatuh. Padahal ya gak mungkin jatuh  juga.

Menua memang tak bisa di tunda, dinikmati saja semua proses dan efek sampingnya. Bukankah menua adalah juga bagian dari karuniaNya ? Lihat saja ucapan selamat ulang tahun, pasti khan gandengannya dengan semoga panjang umur. Jadi, menua itu bagian dari doa yang dipanjatkan dan dikabulkan.

Selamat menyambut akhir pekan yang penuh sukacita, berapapun banyaknya jumlah uban yang menghiasi kepala :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun