Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Menanam di Dunia, Memanen di Surga"

16 November 2021   05:00 Diperbarui: 16 November 2021   05:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Yusuf Rafif  (14),dibimbing menanam cabai. (koleksi pribadi)

"Oh gitu yah, nanti pak guru diskusi bareng bu guru semuanya ya, ada hadiah buat mas Gandi tidak, sekarang jam berapa nih, pelajaran ketrampilan mau dimulai, ayo ajak semua teman ke lapangan!"

Yang diajak bicara menggangguk-angguk saja, entah paham entah tidak. Kulihat reaksi dia, berbalik badan, keluar kantor dan meneriaki temannya kumpul di lapangan. Alhamdillah kali ini komunikasi lancar, coba pas error, dia akan diam saja.

Ku lihat jam tangan, pukul 07:00. Waktuku beraksi! Tas besar yang tadi dipindahkan Gandi kubawa ke lapangan sekolah, guru-guru lain bersiap pula.
Setelah semua berkumpul, dimulai pelajaran dengan membaca basmalah, doa belajar, hafalan tiga surat pendek ( tiga Qul ) dan asmaul husna.

Karena sudah dibiasakan oleh guru-guru dengan dibimbing perlahan, akhirnya sekarang membudaya, sekolah menanamkan tauhid dan ketrampilan. Untuk mengejar prestasi akademik sepertinya masih kerepotan, tapi untuk hafalan, membaca buku Iqra' dan hijaiyah sudah lumayan lancar!

Sekarang semua siswa dan guru sudah berkumpul di lapangan. Segera dibuka pelajaran hari ini.

"Assalamu alaikum semuanya, apa kabar hari ini?" aku buka pelajaran dengan yel-yel sekolah.
"Wa alaikum salam wa rahmatullohi wa barokatuh, sehat semua!' jawab mereka kompak.

"Sehat semua ya, semangat semua! Hari ini, pak guru akan mengajarkan ketrampilan bertanam. Ayo siapa kalian yang di rumah suka membantu ibu atau bapak ? Menanam bunga atau pohon?"

"Saya pak Yoyo! Kemarin beli banyak bapak, banyak pohon sengong di tegalan, capai pak" jawab Cindi, teman sekelas Gandi. Dia kadang masih mengucapkan huruf "n" di akhir kata dengan "ng".
Teman-temannya menertawakan Cindi. Yang ditertawakan cuma tengok kiri-kanan, mencari siapa saja itu. Aku tenangkan biar tidak keterusan.

"Sudah, sudah. Teman-teman tidak boleh menertawakan kak Cindi yang sedang menjawab ya. Harus dihormati. Sesama teman juga harus menyayangi tidak boleh mengejek!" jelasku. Terlihat semua lebih tenang sekarang, walau ada murid kelas kecil yang hiperaktif selalu mengganggu teman sekelasnya bikin fokusku agak buyar. Beruntung bu guru yang lain cepat memegang anak itu jadi lekas terkendali.

"Sekarang, teman-teman ambil plastik hitam ini, namanya polybag. Masukkan tanah yang sudah dicampur kompos oleh bu guru tadi, terus pohon cabainya ditanam ya!", jelasku perlahan. Sudah lumayan bisa dipahami oleh anak kelas besar. Murid kelas kecil dibimbing tiga guru lain menjelaskan satu-per-satu.

Seru sekali, antusias anak-anak calon penghuni surga ini juga di luar dugaanku. Biasanya kalau tidak tertarik pelajaran yang disajikan guru, mereka bereaksi sendiri-sendiri. Ada yang bernyanyi seperti Cindi yang sudah pintar aplikasi Tik-Tok. Ada yang teriak-teriak memanggil teman sebelahnya, ada juga yang diam saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun