"Cindy!" kata saya setengah membentak, "kamu nggak boleh ngomong begitu."
Cindy tidak menyahut. Pandangannya terasa aneh tapi dia tidak berusaha untuk melepaskan pandangannya dari saya.
"Dari siapa kamu tau Opa meninggal? Coba kasih tau Mama. Dari siapa?" kata saya lagi.
"Dari Tuhan," kata Cindy lagi dengan nada sangat serius.
"Hihihihihi..." Mama tertawa lagi. Dia nampak geli melihat kelakuan Cindy. Tapi buat saya hal itu sama sekali tidak lucu. Omongan Cindy malahan membuat saya merinding karena saya betul-betul takut akan kehilangan Papa.
Melihat saya tidak berkata apa-apa lagi, Cindy bangkit dan berjalan ke arah jendela. Seperti tadi jarinya menunjuk-nunjuk ke angkasa, mulutnya berkomat-kamit seakan sedang berbicara dengan seseorang.
"Wah, sudah hampir jam 11! Mama pergi dulu ya, Yo," kata Mama seraya melirik ke arah jam di pergelangan tangannya..
"Okay, Ma," jawab saya.
Mama menggamit lengan Cindy, menariknya dari jendela,"Yuk, Cindy. Jalan-jalan sama Oma, yuk?"
Cindy menurut tapi matanya terus memandang ke arah jendela dan baru berhenti ketika sampai di luar kamar.