Mohon tunggu...
Joshephine Maretta
Joshephine Maretta Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ilmu Komunikasi ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tren Clickbait Pada Jurnalisme Multimedia

25 Oktober 2021   02:00 Diperbarui: 25 Oktober 2021   02:02 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://romeltea.com/pengertian-jurnalisme-umpan-klik-jurnalistik-mancing-mania/

Clickbait seringkali digunakan oleh jurnalis atau pelaku media untuk menarik perhatian audiens. Dengan begitu clickbait dianggap menjadi suatu tren yang digunakan pada jurnalisme multimedia.

Jurnalisme multimedia muncul karena adanya perkembangan teknologi. Seringkali jurnalisme multimedia disamakan dengan jurnalisme online, namun pada kenyataannya keduanya merupakan hal yang berbeda.

Selain itu, perkembangan teknologi dan jurnalisme tersebut juga memunculkan beragam platform media yang menyediakan informasi.

Platform media yang ada semakin mempermudah jurnalis dalam membagikan suatu informasi. Namun, untuk menarik perhatian pembaca, jurnalis harus memiliki strategi tersendiri.

Salah satu strategi yang sering digunakan oleh para jurnalis adalah menggunakan clickbait dalam judul artikel.

Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai jurnalisme multimedia dan tren clickbait yang sering terjadi, mari kita simak penjelasan berikut ini.

Jurnalisme Multimedia

Sumber : https://www.freepik.com/free-vector/news-mass-media-vector-concept-journalist-journalism-flat-icons_10601912.htm
Sumber : https://www.freepik.com/free-vector/news-mass-media-vector-concept-journalist-journalism-flat-icons_10601912.htm

Jurnalisme multimedia dengan jurnalisme online merupakan dua hal yang berbeda. Dalam jurnalisme multimedia terdapat beberapa macam media didalamnya. 

Yohanes Widodo dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Multimedia menyatakan bahwa jurnalisme multimedia dipahami sebagai banyak media, berupa teks, foto, video, audio, gambar, dan lain-lain. Namun, jurnalisme baru dapat disebut sebagai multimedia ketika ada kombinasi antara beberapa media, dimana paling sedikitnya ada tiga jenis.

Berdasarkan pendapat Wenger dan Potter, jurnalisme multimedia memiliki sebutan lain yang disebut sebagai cross-platform journalist. Istilah ini dapat dipahami sebagai jurnalis yang mampu bekerja dengan efektif pada lebih dari satu media.

Jurnalisme multimedia juga dapat disebut sebagai bentuk konvergensi. Hal ini dibuktikan dengan adanya gabungan media-media yang ada.

Menurut Yohanes Widodo dalam buku Jurnalisme Multimedia, konvergensi media dalam jurnalisme dapat memiliki pengertian yang berbeda tergantung situasinya. Proses multimedia tidak secara detail disebabkan oleh internet atau lebih tepatnya World Wide Web

Selain itu, media yang awalnya tradisional juga semakin mengarah ke digital, dimana dapat mempermudah pertukaran konten pada multimedia. Namun, dengan kemudahan tersebut juga dapat menimbulkan masalah pada jurnalis berkaitan dengan etika maupun estetika. 

Masalah mengenai etika dan estetika yang muncul biasanya disebabkan karena menyalin hasil tulisan orang lain, kurangnya kreativitas, ketergantungan pada pihak eksternal, dan sebagainya. 

Clickbait

Sumber : https://romeltea.com/pengertian-jurnalisme-umpan-klik-jurnalistik-mancing-mania/
Sumber : https://romeltea.com/pengertian-jurnalisme-umpan-klik-jurnalistik-mancing-mania/

Permasalahan etika pada jurnalis tidak hanya sekedar mengenai menyalin hasil karya tulis orang lain, namun juga data yang diberikan harus sesuai dengan fakta.

Seringkali isi artikel dengan judul memiliki fakta yang berbeda, terutama sering terjadi pada media online. Hal inilah yang sering menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.

Judul artikel atau berita yang ada pada media online, biasanya dapat membuat orang penasaran atau membuat orang bingung sehingga berakhir membuat orang merasa tertarik untuk membuka tautan dari berita tersebut.

Judul artikel yang menggunakan bahasa provokatif untuk menarik perhatian dari pembaca biasa disebut dengan clickbait.

Berdasarkan tulisan Yayat D. Hadiyat dalam jurnal yang berjudul "Clickbait di Media Online Indonesia", clickbait merupakan upaya dari seorang jurnalis atau editor untuk membuat judul yang dapat menarik perhatian dan juga memanipulasi emosi pembaca sehingga para pembaca tidak bisa melewatkan judul tersebut.

Banyaknya jurnalis yang menggunakan clickbait dalam artikel milik mereka, membuat clickbait menjadi sebuah tren dalam media, terutama media online.

Sumber : https://tirto.id/clickbait-jebakan-judul-berita-yang-menipu-pembaca-cF7b
Sumber : https://tirto.id/clickbait-jebakan-judul-berita-yang-menipu-pembaca-cF7b

Dilansir dari tirto.id, tujuan dari jurnalis menggunakan judul clickbait adalah untuk menarik pembaca masuk ke dalam sebuah situs web sehingga dapat terhitung jumlah orang yang berusaha masuk atau membaca artikel.

Clickbait juga sering disebut sebagai manipulasi. Hal ini dikarenakan adanya curiosity gap, dimana clickbait berhasil mengeksploitasi sisi kognitif dari manusia. 

Curiosity gap dapat muncul karena adanya kesenjangan pengetahuan pada manusia yang juga memiliki konsekuensi emosional. Dengan adanya konsekuensi emosional tersebut, membuat orang dapat tertarik dengan judul clickbait.

Alasan pembaca membuka suatu artikel yang memiliki judul clickbait yakni untuk memuaskan sisi emosional yang ada pada masing-masing individu.

Dalam membuat judul yang clickbait tentunya harus menggunakan kata-kata atau kalimat yang kreatif dan juga menarik.

Berdasarkan jurnal milik M Rizky Kertanegara yang berjudul "Penggunaan Clickbait Headline pada Situs Berita dan Gaya Hidup Muslim Dream.co.id",  untuk membuat judul clickbait terdapat empat teknik yang dapat digunakan :

  1. Menggunakan kalimat atau frasa tanya 

  2. Menggunakan kalimat atau frasa seruan

  3. Menggunakan listicle

  4. Menggunakan deiksis wacana

Sementara itu, Olivia Lewi Pramesti dalam jurnalnya yang berjudul “Judul Clickbait dalam Berita Kasus Prostitusi Online” menjelaskan bahwa karakteristik dari clickbait diantaranya adalah :

  1. Jumlah kata yang digunakan sebagai judul rata-rata 10 kata

  2. Judul yang ada pada headline memiliki anak kalimat yang panjang

  3. Judul bersifat bombastis

  4. Judul menggunakan tanda baca

  5. Judul mengeksploitasi keingintahuan dari pembaca

Tren clickbait ini tentunya memberikan dua sisi yang berbeda, baik dari sisi jurnalis sebagai pembuat berita dan memiliki tuntutan bisnis dengan jurnalis yang harus memperhatikan Kode Etik Jurnalistik. 

Jurnalis harus mampu menarik perhatian dari pembaca dengan memanfaatkan judul clickbait sehingga jumlah kunjungan pada situs atau traffic dapat banyak atau tinggi.

Namun, jurnalis juga harus memperhatikan dan memahami Kode Etik Jurnalistik dengan baik. Sementara itu, dengan menggunakan judul clickbait, sebenarnya para jurnalis terancam melanggar Kode Etik Jurnalistik karena secara tidak langsung, jurnalis merugikan pembaca. 

Hal ini dilihat dari Kode Etik Jurnalistik Pasal 1 yang tertulis wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan beritikad buruk.

Penggunaan clickbait pada judul tentunya dapat menghancurkan ekspektasi pembaca dan membuat pembaca merasa tertipu dan kecewa terhadap artikel yang ada, hanya karena muncul rasa keingintahuan dan penasaran dari diri pembaca.

Clickbait Pada Jurnalisme Multimedia Tribun

Sumber : https://www.tribunnews.com/
Sumber : https://www.tribunnews.com/

Dengan adanya tren clickbait, tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa semua media pernah menggunakan clickbait pada judul artikelnya.

Salah satu media online yang pernah menggunakan clickbait dalam pembuatan judul artikelnya adalah media Tribun.

Contoh artikel dari media Tribun yang mengandung clickbait adalah sebagai berikut :

Tangkapan Layar Tribun. Sumber : https://www.tribunnews.com/seleb/2021/09/03/alyssa-soebandono-jadi-pengusaha-roti-usai-pisah-dari-dude-harlino
Tangkapan Layar Tribun. Sumber : https://www.tribunnews.com/seleb/2021/09/03/alyssa-soebandono-jadi-pengusaha-roti-usai-pisah-dari-dude-harlino

Pada artikel diatas ini tertulis “Alyssa Soebandono Jadi Pengusaha Roti Usai ‘Pisah’ dari Dude Harlino” sebagai judul.

Namun, apabila dilihat dari isi berita, para pembaca dapat merasa tertipu dengan judulnya. 

Judul artikel tersebut seakan memberitakan tentang perpisahan dari pasangan tersebut, tetapi jika membaca artikel secara keseluruhan, maka dapat dilihat bahwa topik yang hendak dibawakan itu sebenarnya mengenai sinetron yang diperankan oleh Alyssa Soebandono dan Dude Harlino.

Maksud dari kata pisah dalam judul juga merujuk pada kisah dari tokoh yang akan diperankan pasangan tersebut.

Melihat berita tersebut, respon dari pembaca yang ada pada kolom komentar menunjukkan rasa marah dan kekecewaan dari pembaca karena adanya ketidaksesuaian antara judul dengan isi dari berita.

Dengan adanya ketidaksesuaian antara judul dengan isi berita atau sering disebut dengan clickbait tentunya dapat mempengaruhi minat pembaca dalam membaca atau membuka suatu artikel.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun