Maka, ketika beliau menjadi pejabat publik, kecil kemungkinannya untuk ingin "sugih". Lah beliau sudah kaya, sehingga misi mulianya untuk melayani warga dan meninggalkan "legacy" (warisan) baik adalah hal yang kemungkinan besar adalah benar dan baik untuk dilakukan.
Kalaulah, saat kasusnya viral di medis sosial dan media mainstream akibat komentarnya saat menerima makanan kotakan, mempertimbangkan fakta -- fakta dari berbagai media terkait latar belakang serta komentar warga sekitar. Bisa jadi, bukan bermaksud menghina atau istilah Jawa nya "NGENYEK", tetapi semata -- mata, keceplosan, spontan. Karena saat warga di desa nya bu Kades Wiwin tinggal, diwawancarai media, mereka mengatakan bahwa Bu Wiwin "AGAK NYENTRIK".....
Kata "Nyetrik atau Eksentrik" menurut penjelasan dari sumber yang bisa dipercaya, menggambarkan seseorang atau sesuatu yang berbeda atau tidak biasa dalam perilaku, penampilan, atau pemikiran. Orang yang nyentrik / eksentrik cenderung memiliki keunikan dalam gaya hidup, minat, atau kebiasaan yang berbeda dari mayoritas orang.
Manusia dalam hidup, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika tadi diatas banyak dijelaskan mengenai kelebihan bu Wiwin, seperti baik hati pada sesama, suka berderma, suka menolong, sayang keluarga, ingin melayani sesama sebagai Kades, Â maka kekurangan yang dimilikinya ya sifat Nyentriknya sehingga ceplas -- ceplos bicara.
Maka, menarik, ke depan kita semua akan bersama -- sama melihat bagaimana kelanjutan polemik ini, semoga kehebohan ini tidak berkepanjangan, toh bukankah beliau juga sudah ditegur oleh Bapak Gubernur yang merupakan salah satu atasannya, karena masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan untuk Masyarakat yang membutuhkan. Akhiri perdebatan dan lanjutkan pekerjaan untuk melayani sesama. Dengan memperhatikan kebaikan dan kinerja bu Wiwin, jika beliau bisa berlanjut terus, bahkan karirnya bisa meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, ada potensi beliau akan meninggalkan "Legacy" (Warisan) yang bagus, NAMUN dengan syarat, lebih berhati -hati dalam berbicara khususnya di Media Sosial.
Sebuah pembelajaran yang sangat berarti bagi seseorang yang  diberi Amanah untuk melayani sesama, agar seperti yang pernah tertulis dalam Kitab Suci, yaitu perlunya "Lambat Berbicara, Namun Cepat Berpikir", sehingga sebelum ucapkan atau lakukan sesuatu, dipikir baik -- baik agar "efek atau dampak" nya tidak menyebabkan polemik atau kegaduhan.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.....
(Sampai jumpa lagi di edisi tulisan selanjutnya "Ayo Belajar dari Sekitar Kita")
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI