Mohon tunggu...
Yoshe Anastasia
Yoshe Anastasia Mohon Tunggu... Musisi - Pelajar

hello

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temukan Aku

20 November 2019   19:00 Diperbarui: 20 November 2019   19:08 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara - suara tawa dan teriakan perlahan - lahan semakin kencang dan mulai memenuhi telingaku saat sinar matahari mulai menyinari wajahku dan menyilaukan mataku. Gundukan - gundukan jalan melompatkan bis dan membangunkanku. 

Saat kubuka mataku, terlihat pemandangan pohon - pohon yang melewati dengan cepat. Terlihat juga Bella dan Emily yang sedang tertawa dengan lepas dan Sienna yang sedang ketakutan karena Joy yang sedang mengerjainya dengan kecoa mainan. Masih terbawa ngantuk, ku tutup lagi mataku. Tiba-tiba, bus berhenti dan semua orang bergegas untuk melihat keluar jendela. 

"Akhirnya setelah beberapa jam setelah duduk di bus tua itu, kita sudah sampai!" kata Emily, mungkin yang paling ceria dari gerombolan ini berteriak, suaranya bergema dan burung-burung terbang. 

Yang lain yang masih di dalam bus bergegas keluar dan tersentak kaget. Terutama Amanda, yang paling alergi terhadap tempat-tempat gelap, sunyi dan kotor. Namun, bukankah semua orang alergi terhadap itu? Amanda agak dramatis tentang situasinya dan tentu saja dia takut akan segalanya. Biasanya Emily yang selalu berisik ketika dia takut. 

"Demi hidupku, tolong, seseorang bangunkan Tasha! Dia selalu mendengkur!" Bella menunjukku yang masih duduk dengan nyaman di kursi belakang bus, mata setengah terbuka. Setelah mendengar itu, aku ikut keluar. 

Mataku menyipit karena terang matahari dan angin yang sejuk. "Gaes,"  Maria berjalan ke arah dua orang paling berisik dari kelompok ini, Bella dan Emily yang tampaknya menunjuk ke tempat-tempat untuk mendirikan tenda mereka, "Aku bertanya-tanya, selama sepuluh jam perjalanan bus, apa yang terjadi dengan Bu Hera? Dia tidak pernah baik kepada kita.

 Mengapa dia tiba-tiba 'hei, mari kita melakukan perjalanan.'" Maria bertanya. " Haha, ga sampai sepuluh jam sih, Mar. Tapi, aku juga bingung kenapa." kata Joy. "Tas, taruh tasmu disini!" kata Sienna dengan nada yang lebih ceria. Aku langsung berlari ke arah Sienna untuk membantunya mendirikan tenda.

Tanpa kita sadari, 3 jam sudah terlewat dan sekarang hampir jam 7. Amanda dan Emily membuat api unggun bersama. Joy dan Bella, mereka memberikan kita semua secangkir coklat panas. Aku, Maria dan Sienna mencari batang - batang kayu untuk diduduki. Sedangkan Bu Hera hanya duduk dan bermain dengan telepon genggamnya. Tidak ada yang berani menanyakannya tentang niatnya membawa kami ke sini. Selagi kita semua sedang menertawakan kumis coklat Amanda karena minuman coklat panas dan gossip - gossip tentang murid di sekolah kami, telepon Bu Hera berbunyi dan kita semua seketika diam. " Jangan kemana - mana." kata Bu Hera sebelum mengangkat telepon nya dan pergi ke dalam hutan - hutan. "Siapa ya yang menelpon nya?" tanya Sienna. "Suaminya lah" kata Bella. "Suami? Dia aja belum punya suami. Mana ada yang mau sama dia." kataku sambil menggigit biskuitku. "Tunggu, dari mana dia mendapat koneksi?" tanya Maria yang daritadi merasa tidak enak karena tingkah Bu Hera yang aneh. " Ada koneksi kok, tapi lemot banget dan sering terputus - putus." kata Joy. "Kenapa takut banget sih?" kata Bella yang mulutnya penuh dengan makanan. "Engga takut, cuma-", kata - kata Maria di potong Emily karena ia mulai merasa takut. "Udah ah, aku mau ke toilet dulu!" kata Emily. Lalu, Emily mengamil tanganku untuk menemaninya. 

Setelah hampir sampai ke toilet, Emily tiba - tiba lari dengan kencang sambil mengatakan bahwa ia kebelet. Aku menghentikan langkah - langkahku dan menunggunya disitu. Tidak lama kemudian, teriakan dan larian Emily terdengar. "Tas!" teriak Emily. Aku langsung mendatangi Emily. Dan terlihat Bu Hera yang tergeletak di bawah pohon. Tangan Emily bergemetaran dan wajahnya pucat. Dia langsung berlari menuju teman - teman kita sambil berteriak - teriak. Rasa panik langsung terlihat dalam wajah semua orang. Tiba - tiba, telepon genggam kita semua berbunyi. Terdapat pesan dari seorang anonim dari groupchat kami. "terkejut? saya berencana untuk melakukan hal yang sama untuk kalian semua. Mari bermain petak umpet, temukan saya sebelum 24 jam dan Anda menang." Tidak ada dari kami yang bersuara. Setelah beberapa detik, Maria berusaha menenangkan kami semua. Tapi, tidak ada gunanya, kita semua tidak tau apa yang harus dilakukan. "Ini gila, ayo kita pegi dari sini!" kata Bella tiba - tiba. Bella langsung jalan dan mencari bis yang tadi kita naiki. Karena aku sendiri tidak tau harus berbuat apa, aku mengikuti jejak Bella. Tidak lama kemudian, yang lain juga mengikuti. 

Sudah hampir 10 menit dihabiskan untuk mencari bis tersebut dan akhirnya kita menemukan bisnya yang terletak di tengah hutan, jauh dari tenda dan api unggun kami. Bella langsung cepat - cepat berlari ke kursi pengemudi. Tetapi sebelum Bella mencapai pintu bis, ada sesosok yang mencengkeramnya dari belakang. Kita semua menjerit, dan berlari menjauh dari bis. Setelah berlari selama beberapa menit, telepon genggam kami berbunyi lagi. "Aku lupa memberi tau kalian sesuatu, jika ada di antara Anda yang mencoba untuk melanggar aturan atau tidak memainkan permainan, ini adalah bagaimana Anda akan berakhir. mainkan dengan bijak, semuanya :)" Pesan tersebut juga dilengkapi dengan foto Bella yang badannya dilumuri darah. Ketika aku melihat keatas dari ponsel, hanya terlihat Joy dan Amanda. Sepertinya kami semua terpencar. Kami semua semakin takut dan juga percaya pada ancaman ini. Meskipun begitu, aku tetap tidak tau apa yang harus dilakukan. Siapakah orang ini? Bagaimana ini bisa terjadi? Itulah yang hanya dipikiranku. Yang pasti, kita tidak boleh diam saja. Pikiranku tiba -tiba terganggu oleh tangisan Joy. "Untuk sekarang, gimana kalau kita mencari Maria, Sienna dan Emily? Lebih baik tetap sebagai kelompok dalam situasi seperti ini." kata Amanda. Aku dan Joy mengangguk. 

Kami semua berjalan dengan diam. Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun. Hanya terisak Joy dan suara angin yang terdengar. " Apa mungkin yang berbuat ini adalah salah satu dari kelompok kita?" aku bertanya, memecahkan sunyi. "Apa yang kamu katakan?! Tidak mungkin salah satu dari kita melakukan sesuatu seperti ini!" teriak Amanda. "Aku tau!! Tetapi, tidak ada orang lain selain kita disini! Siapa lagi kalau bukan salah satu dari kita?!" kataku. Amanda tidak mengatakan apa -apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun