Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bisnis Franchise a la Klub Sepakbola

21 Desember 2016   09:10 Diperbarui: 21 Desember 2016   09:52 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Twitter MCFC

Dalam dunia bisnis, dikenal istilah franchise, yang disebut juga waralaba. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba didefinisikan sebagai, suatu sistem pendistribusian barang/ jasa kepada pelanggan akhir, melalui pewaralaba (franchisor), yang memberikan hak kepada individu/ perusahaan, untuk melaksanakan bisnis, dengan nama, merek, sistem, prosedur, dan ketentuan, yang telah disepakati sebelumnya, dalam jangka waktu, dan cakupan area tertentu.

Contoh waralaba yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah supermarket, restoran cepat saji, dan warung burjo. Waralaba, merupakan salah satu tren bisnis masa kini, yang dianggap menguntungkan pihak perusahaan, maupun franchisor. Bagi perusahaan, waralaba adalah strategi menguntungkan, karena mereka bisa memperoleh pemasukan lewat penjualan merek mereka, dan sistem bagi hasil, dengan franchisor. Selain itu, waralaba juga menjadi senjata perusahaan, untuk melakukan penetrasi pasar, dan memperluas jaringan bisnis.

Di sisi lain, bagi pembeli sistem franchise -yang bermodal cukup  besar-, waralaba adalah solusi bisnis simpel, dan menguntungkan. Simpel, karena mereka tidak perlu merintis dari nol, dan menguntungkan. Karena, lewat bisnis ini, mereka bisa mencari uang, sekaligus memperluas jaringan relasi. Dengan kata lain, sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui, baik bagi pemilik jaringan, maupun pembeli sistem jaringan.

Tak hanya dalam dunia bisnis, belakangan strategi franchise juga dilakukan di sepakbola, dengan aspek komersial, dan teknis, sebagai tujuan utamanya. Dari segi komersial, tujuannya adalah; melakukan penetrasi pasar, memperluas jaringan pemasaran klub, dan meningkatkan profit klub. Dari sisi teknis, strategi ini bertujuan, memperluas cakupan area pencarian pemain berbakat, dan memperluas jaringan kerjasama klub/ pemilik induk franchise ini.

Di Indonesia, strategi franchise sepakbola ini dilakukan oleh keluarga Bakrie, dan Erick Thohir. Pada keluarga Bakrie, strategi franchise dilakukan, dengan cara memiliki klub, di beberapa negara berbeda; CS Vise (Belgia), Brisbane Roar (Australia), dan Arema Cronus (Indonesia). Awalnya, mereka mempunyai klub sepakbola dalam negeri, lalu membeli klub luar negeri. Oleh keluarga Bakrie, Brisbane Roar, dan CS Vise, dijadikan sebagai media promosi potensi pemain muda asal Indonesia. 

Mereka lebih banyak ‘dipekerjakan' untuk hal teknis; mengirim pemain muda asal Indonesia, untuk diberi kesempatan ‘kursus singkat', atau dikontrak permanen di sana. Pemain muda, yang pernah menjalani  ‘kursus singkat', atau dikontrak kedua klub ini, antara lain; Yandi Sofyan Munawar, Manahati Lestusen, dan Alfin Tuasalamony.

Sedangkan, Arema Cronus (mulai musim depan menjadi Arema FC) dijadikan pemasok utama pemain tim nasional Indonesia, mengikuti jejak Pelita Jaya Cronus, ‘kakak kandung' klub ini di masa lalu, sembari mengirim pemain muda potensial, ke klub milik keluarga Bakrie di luar negeri, seperti yang dialami Yandi Sofyan Munawar, yang menjalani ‘kursus singkat' di Brisbane Roar, saat masih membela Arema Cronus. Belakangan, strategi keluarga Bakrie ini tersendat, karena CS Vise, dan Brisbane Roar, sama-sama terkendala masalah keuangan, sedangkan, Arema Cronus masih belum menuntaskan masalah legalitas.

Strategi franchise Erick Thohir agak berbeda, karena Erick Thohir mengawali, dengan mengakuisisi klub di luar negeri; DC United (AS, kini sudah dilepas), dan Inter Milan (Italia, kini pemegang saham minoritas), sebelum akhirnya masuk ke Indonesia, dengan menjalin hubungan kerjasama antara Inter Milan, dengan Persib Bandung, dan menjadi salah satu petinggi, di PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), badan hukum yang menaungi klub Persib Bandung. Tujuannya; memperluas jaringan pemasaran klub, memberi kesempatan kepada pemain muda, dan pelatih asal Indonesia, untuk menimba ilmu di luar negeri. Seperti yang dialami Syamsir Alam (pernah dikontrak DC United, saat masih dimiliki Thohir), dan Djadjang Nurdjaman (Pelatih Persib Bandung), yang sempat 'bersekolah' selama setahun, di tim junior Inter Milan.     

Di luar negeri franchise sepakbola dilakukan oleh Suning Group (Tiongkok), Red Bull (Jerman), dan City Football Group (Inggris). Tujuannya sama; memperluas jaringan pemasaran, dan cakupan pencarian pemain muda berbakat. Hanya saja, titik fokusnya agak berbeda. Suning Group (Pemilik klub Liga Super Tiongkok, Jiangsu Suning, dan pemegang saham mayoritas klub Liga Serie A Italia, Inter Milan) berfokus pada aspek komersial klub, peningkatan prestasi klub, dan pengiriman pemain muda asal Tiongkok ke Italia secara rutin tiap tahunnya. Mereka juga berencana membangun akademi Inter di Tiongkok, dan bekerja sama dengan Jiangsu Suning.

Red Bull, berfokus pada aspek peningkatan prestasi klub, aspek komersial klub, dan perluasan jaringan klub dengan nama ‘Red Bull' untuk tujuan bisnis produk mereka, hanya saja, mereka kurang memperhatikan aspek pembinaan pemain muda. Sejauh ini, Red Bull mempunyai beberapa klub, yang bermarkas di Leipzig (Jerman), Salzburg (Austria), Sao Paulo (Brasil), New York (AS). Diantara keempat klub ini, hanya Red Bull Brasil (bermarkas di Sao Paulo), yang masih berkutat di divisi bawah, kompetisi liga domestik yang diikutinya. Sebelumnya, Red Bull pernah memiliki sebuah klub di Ghana (Afrika), tetapi, dijual, dan dimerger, dengan akademi klub Feyenoord (Belanda) cabang Ghana, tahun 2014.

Pada kasus City  Footbal Group, konsep franchise mereka agak berbeda, jika dibandingkan Suning Group, yang cenderung Tiongkok-sentris (nasionalis), atau Red Bull, yang murni berfokus pada profitabilitas, dan apek komersial perusahaan Red Bull. Baik Suning Group, dan Red Bull, sama-sama menerapkan sistem network club, yang posisi tiap anggotanya setara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun