Setelah menjalani babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan hasil gagal total, ditambah gelombang protes publik sepak bola nasional, akhirnya PSSI ambil tindakan.
Per Kamis (16/10) PSSI mencopot Patrick Kluivert dan tim kepelatihannya. Sebuah langkah cuci gudang yang sebenarnya normal terjadi setelah kualifikasi Piala Dunia selesai.
Segera setelah "gerbong Belanda" ini pergi, spekulasi soal kandidat penggantinya pun bermunculan. Mulai dari Bert Van Marwijk (eks pelatih Timnas Belanda) sampai kemungkinan "balikan" dengan Shin Tae-yong, semuanya dikupas sampai tuntas.
Tapi, dengan masih dipertahankannya Simon Tahamata (Kepala Pencari Bakat bakat) dan Alexander Zwiers (Direktur Teknik) ditambah masih lanjutnya pencarian bakat pemain diaspora Indonesia di luar negeri, sebenarnya tidak akan ada kejutan signifikan soal profil pelatih baru.
Paling tidak, si pelatih sejalan dengan proyek olahraga yang dirintis PSSI. Kebetulan, indikasi soal adanya "proyek olahraga" PSSI juga terlihat, dari pernyataan Jay Idzes, yang sempat menyebut juga soal proyek olahraga di tim nasional.
Jadi, setelah satu siklus cukup panjang di 5-6 tahun terakhir, PSSI akan bersiap memulai satu siklus lainnya. Kali ini, selain bersiap tampil di Piala Asia 2027, ada mimpi lolos ke Olimpiade 2028 dan Piala Dunia 2030 untuk dikejar, sebagai bagian penutup siklus.
Dengan pelajaran fatal dari era singkat bersama Patrick Kluivert, PSSI seharusnya tidak akan berspekulasi lagi menunjuk mantan pemain terkenal dengan rekam jejak kepelatihan meragukan.
Hanya saja, kalau pelatih baru nanti punya rekam jejak karir melatih bagus, perlu ada kesiapan lebih. Diluar urusan biaya, PSSI dan publik sepak bola nasional, termasuk media, harus siap mental menghadapi kritik pedas si pelatih, terutama jika ada kekurangan mendasar pada pemain dari Liga Indonesia, seperti teknik mengoper bola atau stamina.
Pada masa lalu, Shin Tae-yong pernah mengkritik hal-hal mendasar seperti ini. Jika ternyata pelatih baru yang datang punya profil lebih mentereng seperti Bert Van Marwijk (yang membawa Belanda ke final Piala Dunia 2010), dengan kritik lebih tajam, semua harus siap mental.
Berhubung standar performa pemain dari Liga Indonesia masih perlu ditingkatkan, dan itu terlihat dari performa Timnas Indonesia di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, jika pemain diaspora Indonesia jadi andalan, seharusnya tidak ada yang protes.