Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ponsel Pintar, Sebuah Cerita dan Sepotong Harapan

23 Juni 2025   13:18 Diperbarui: 23 Juni 2025   16:25 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi handphone android (pcmag.com via KOMPAS.com)

Di era digital ini, keberadaan ponsel pintar menjadi satu hal esensial. Banyak hal bisa dilakukan di sini, mulai dari komunikasi, belanja, transaksi perbankan, transportasi, sampai hiburan. Semua ada dalam genggaman tangan, dan terkoneksi dengan mudah berkat kemajuan teknologi.

Karena itulah, proses memilih ponsel pintar di era kekinian terlihat rumit. Ada bibit, bebet dan bobot yang benar-benar serius dipertimbangkan, layaknya proses mencari jodoh.

Ada yang mengutamakan spesifikasi, ada yang mengutamakan performa, dan ada juga yang hanya berharap bisa berfungsi dalam waktu lama. Semuanya kembali ke kebutuhan dan anggaran belanja masing-masing.

Proses rumit ini juga saya alami tahun 2022 silam, saat harus berganti ponsel setelah 4 tahun pemakaian. Waktu itu, saya menggunakan ponsel Redmi 5A berbasis Android 8, yang berkapasitas memori 16 GB, dengan RAM 2 GB untuk berbagai macam kegiatan, mulai dari pekerjaan, memesan ojek online, hiburan, komunikasi, sampai menulis artikel di Kompasiana.

Terlepas dari baterai yang cukup boros karena ukuran fabrikasi cukup besar (12 nanometer) dan kapasitas baterai 3.000 mAh, keawetan ponsel pabrikan Tiongkok ini sebenarnya cukup bisa dijaga.

Tapi, seiring berjalannya waktu, situasi menjadi rumit di tahun ketiga dan keempat. Jangankan memperbarui aplikasi, menerima dan membaca pesan saja harus repot-repot menghapus cache aplikasi atau file ukuran kecil.

Akibat ukuran aplikasi semakin besar, ditambah aplikasi bawaan yang terlalu banyak tanpa bisa dihapus, dan ruang memori yang semakin terbatas, ponsel ini terpaksa harus pensiun.

Berhubung kondisinya masih sehat dan lengkap, ponsel produksi Xiaomi ini masih laku dijual seharga 300 ribu rupiah. Sebuah nilai residu yang cukup oke, untuk ukuran ponsel pintar kelas "entry level" dengan kapasitas memori kecil, sistem operasi senior, dan empat tahun pemakaian.

(Dokpri)
(Dokpri)

Saat mencari penggantinya, saya perlu waktu untuk memilah dan memilih. Dari segi produk, pengalaman empat tahun memakai ponsel produk Tiongkok menunjukkan, meski secara performa dan spek cukup menarik di awal, aplikasi bawaan yang terlalu banyak tapi tak bisa dihapus, rawan membuat kinerjanya tidak stabil untuk penggunaan jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun