Meski kehilangan pelatih Thiago Motta (ke Juventus) plus ditinggal pemain kunci seperti Riccardo Calafiori (ke Arsenal) dan Joshua Zirkzee (ke Manchester United) di musim panas 2024, keputusan Direktur Teknik Giovanni Sartori mendatangkan pelatih Vincenzo Italiano terbukti jitu.
Italiano, yang sebelumnya mencapai tiga partai final bersama Fiorentina, langsung angkat trofi Coppa Italia di musim pertamanya. Menariknya, Giovanni Sartori juga sempat bertugas sebagai Direktur Teknik Atalanta, tim yang juga muncul sebagai kuda hitam di Italia, tepatnya pada tahun 2014-2022.
Terlepas dari siklus naik-turun tim, para kuda hitam telah menghadirkan satu daya tarik baru, yang sekaligus menyegarkan Liga Italia. Dengan dana transfer relatif terbatas, mereka tetap bisa belanja secara efektif, dan tetap bisa bersaing, berkat keberadaan sosok-sosok jempolan di balik layar.
Hebatnya, sensasi yang dihadirkan tim-tim kuda hitam Italia juga hadir, dalam langkah jauh di kompetisi antarklub Eropa. Alhasil, Inter Milan (yang secara performa dan prestasi relatif stabil di Italia dan Eropa) tidak sendirian "menggendong" Liga Italia di Eropa.
Inilah satu faktor yang membuat posisi Liga Italia cukup stabil di empat besar koefisien UEFA, sekaligus menjadi bukti, kenapa mereka masih jadi salah satu yang terbaik. Bukan semata karena "hype" media, guyuran uang melimpah dari sponsor atau hak siar, tapi juga karena ada adu kecerdasan tingkat tinggi di lapangan dan balik layar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI