Harapan makin terlihat, karena laga debutnya langsung diawali dengan kemenangan 3-1 atas West Ham di kandang, yang disambung dengan hasil imbang 2-2 di kandang Brighton.Â
Sayangnya, awalan menjanjikan ini lalu berlanjut dengan 7 kekalahan dalam 9 laga. Kemenangan 6-2 dari QPR di Piala FA, ditambah kemenangan 2-1 di kandang Tottenham Hotspur di Liga Inggris selama bulan Januari 2025, ternyata menjadi awal dari periode lebih suram.Â
Termasuk kekalahan 1-2 dari Manchester United di Piala FA, performa Wilfred Ndidi dkk sepanjang bulan Februari dan Maret, ditambah sebagian besar April 2025 benar-benar suram.Â
Torehan satu hasil imbang tanpa kemenangan dalam total 11 pertandingan, ditambah catatan hanya mampu mencetak 3 gol pada periode yang sama menjadi bukti mengenaskan.Â
Ruud Van Nistelrooy, yang sempat dielu-elukan Manchunian, berkat periode sebagai pelatih sementara yang tak terkalahkan, dan pernah punya reputasi sebagai penyerang tajam semasa bermain, ternyata tak bisa berbuat banyak memperbaiki performa tim, khususnya lini depan yang melempem.Â
Jadi, tidak mengejutkan kalau tiket degradasi akhirnya didapat di pekan ke 33 Liga Inggris. Kekalahan 0-1 atas Liverpool, lewat gol tunggal Trent Alexander-Arnold, menjadikan 5 laga sisa praktis tinggal bersifat formalitas buat Leicester City. Â
Capaian suram ini jelas bukan sesuatu yang bisa diharapkan, dari tim yang bisa langsung promosi setelah sebelumnya terdegradasi, tapi, kepergian sosok "mastermind" taktik seperti Enzo Maresca, dan motor lini tengah seperti Kiernan Dewsbury-Hall, tepat sebelum musim dimulai, ternyata berdampak fatal.
Terbukti, saat klub milik keluarga pebisnis asal Thailand ini terdegradasi, Enzo Maresca dan Kiernan Dewsbury-Hall masih berpeluang meraih tiket lolos ke Liga Champions, dan mengejar trofi UEFA Europa Conference LeagueÂ
Situasinya mirip seperti saat mereka melepas N'Golo Kante ke Chelsea, tak lama setelah juara Liga Inggris musim 2015-2016. Leicester City langsung ambyar, sementara Chelsea berjaya di musim berikutnya.Â
Dengan performa sedemikian jeblok, ditambah pengalaman pernah "dilucuti", bahkan sebelum sempat bertanding di kasta tertinggi sebagai tim promosi, sepertinya akan sulit buat tim berkostum utama warna biru ini, untuk langsung promosi dalam waktu dekat.Â
Efek samping kerusakan yang ada di musim 2024-2025 perlu waktu untuk diperbaiki. Jika mereka bisa langsung promosi lagi, juga dengan cara luar biasa, ini bukan satu indikasi positif, karena rawan menjadi kebangkitan semu.Â