Laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia antara Timnas Indonesia melawan tuan rumah Australia berakhir dengan skor 5-1 untuk kemenangan tim tuan rumah, Kamis (20/3) silam. Meski bukan hasil yang baik, ada secercah harapan yang hadir dari lini depan tim, berkat gol yang dicetak Ole Romeny.
Penyerang yang mencatat debut di Timnas Indonesia ini langsung mampu mencetak gol, yang sekaligus menjadi catatan positif di lini depan. Seperti diketahui, pos penyerang menjadi satu titik lemah, karena dalam beberapa tahun terakhir, belum ada lagi pemain yang bisa diandalkan sebagai juru gedor yang mampu mencetak gol.
Maka, ketika ada penyerang yang bisa langsung mencetak gol, khususnya dalam situasi tidak ideal seperti pada laga melawan Australia, seharusnya ini adalah satu hal positif. Jika dalam keadaan tidak ideal saja bisa mencetak gol, apalagi kalau tim bermain dengan kekuatan penuh, dengan performa lebih baik.
Dari segi karakteristik permainan, penyerang Oxford United ini juga punya atribut menarik. Meski berpostur tinggi besar, ia cukup lincah dan mampu bermain di posisi penyerang tengah atau sisi sayap.
Karakteristik ini akan berpadu sangat pas, dengan kecepatan Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick, atau pergerakan tanpa bola Marselino Ferdinan. Ditambah fleksibilitas posisi mereka, lini depan Timnas Indonesia bisa menjadi amunisi  kejutan menarik, jika ada kombinasi sangat cair diantara mereka.
Dari atribut dan aksinya di Australia, Ole Romeny telah menghadirkan satu kepingan puzzle, yang selama ini dicari Tim Garuda, penyerang yang bisa bermain proaktif, punya kecepatan dan cukup kuat dalam bola-bola atas.
Jika ditambah kemampuan jelajahnya, eks pemain FC Utrecht ini bisa menjadi opsi ideal di lini depan. Ia bukan tipe pemain pasif yang bergantung pada suplai bola, sehingga tidak mudah terisolasi di lini depan.
Karakteristik ini menjadi antitesis, dari gaya main penyerang di Timnas Indonesia pada umumnya. Seperti diketahui, penyerang Timnas Indonesia (terutama yang bertipikal nomor 9 murni) rata-rata sangat bergantung pada suplai bola dari lini tengah.
Dalam kondisi normal, tipikal penyerang seperti ini akan banyak berguna, karena bisa mendapat dukungan memadai. Masalahnya, jika tim dipaksa bermain bertahan, atau tidak dalam performa terbaik, mereka akan cenderung kurang efektif, dan akan semakin tidak efektif, jika bukan jenis pemain yang mau turun menjemput bola ke bawah.
Maka, ketika ada penyerang seperti Ole Romeny, yang bahkan langsung mencetak gol "open play" ke gawang salah satu tim raksasa Asia, ini adalah satu kabar baik di tengah situasi sulit. Jika mampu dimaksimalkan, rasanya masih akan ada gol-gol lain yang hadir dari  penyerang kelahiran tahun 2000 ini.