Loyo. Inilah satu kata yang secara sumir menggambarkan performa Timnas Indonesia U-20 di dua pertandingan fase grup melawan Iran dan juara bertahan Uzbekistan. Dalam dua laga ini, tim asuhan Indra Sjafri masing-masing kalah 0-3 dan 1-3.
Alhasil, kesempatan lolos dari fase grup, apalagi berangkat ke Piala Dunia U-20, tertutup sudah. Praktis laga penutup melawan Yaman hanya partai formalitas sesuai jadwal.
Dari segi level kualitas, dua kekalahan atas itu sebenarnya cukup bisa dimengerti. Iran dan Uzbekistan sama-sama bermain rapi sebagai sebuah tim, sekaligus menunjukkan kelas mereka sebagai tim kuat di Asia.
Mereka sama-sama mampu melihat titik lemah Timnas U-20, yakni umpan silang, dan mengeksposnya habis-habisan. Terbukti, 5 dari 6 gol yang bersarang di gawang Ikram Alghifari datang dari bola-bola silang.
Titik lemah ini fatal, karena menunjukkan sisi rentan lini belakang tim, yang "konsisten" kebobolan 3 gol. Mirisnya lagi, Iran dan Uzbekistan seperti hanya perlu menerapkan satu rumus sederhana: kirim bola silang, khususnya bola atas, beres.
Untuk ukuran tim yang dibentuk sejak akhir tahun 2023, dengan mempersiapkan diri lewat berbagai program, termasuk pelatnas di Bali, Como (Italia), Jepang dan Qatar, performa tim selama di Tiongkok benar-benar memalukan. Apalagi, pada prosesnya, tim ini bertanding juga di Prancis dan Korea Selatan.
Kalaupun ada prestasi, itu hanya datang dari titel Piala AFF U-19, dan lolos kualifikasi Piala Asia U-20, yang merupakan titik antara menuju Piala Asia U-20 edisi 2025 di Tiongkok. Dengan persiapan antarnegara antarbenua seperti itu, kegagalan di Piala Asia U-20 benar-benar memalukan.
Apalagi, satu-satunya pemain Timnas U-20, yang mencetak gol di laga melawan Iran dan Uzbekistan adalah Jens Raven, yang ironisnya tidak bisa rutin ikut pelatnas.
Pemain FC Dordrecht (Belanda) itu diperbolehkan fokus di klub. Kontribusi golnya di Kualifikasi dan putaran final Piala Asia U-20 menunjukkan, pelatnas ala Indra Sjafri tidak efektif. Sebelumnya, pemain blasteran Indonesia-Belanda itu juga berkontribusi lewat gol-golnya, saat Garuda Muda juara Piala AFF U-19
Dari segi permainan, Kadek Arel dkk sebenarnya bisa memberi perlawanan pada Iran dan Uzbekistan. Masalahnya, pertahanan yang ringkih, akurasi umpan yang tidak maksimal, ditambah skema bermain yang terlalu mengandalkan umpan panjang, membuat lawan relatif mudah mengontrol situasi.