Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Paul Pogba: Dua Klub, Dua Wajah

25 Juni 2022   13:25 Diperbarui: 26 Juni 2022   06:45 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paul Pogba, bolak-balik di Manchester United dan Juventus (Sumber gambar: Foto kolase Ki: Twitter Fabrizio Romano|Ka: Getty Images via Libero.id)

Bicara soal kiprah Paul Pogba di level senior klub, ada dua klub yang jadi panggung utamanya, yakni Juventus dan Manchester United. Uniknya, di dua klub itulah, Pogba juga menampilkan dua wajah berbeda.

Wajah pertama, yakni kontroversial, jadi warna dominan selama kiprahnya di Manchester United, baik di periode pertama maupun keduanya. Di periode pertama, Pogba masuk dengan diiringi kontroversi.

Penyebabnya, The Red Devils dinilai melakukan pendekatan ilegal tanpa sepengetahuan Le Havre, klub tempat si pemain bernaung pada tahun 2009. Belakangan, kasus ini berakhir damai, setelah kedua klub mencapai kesepakatan bersama soal biaya transfer yang nilainya dirahasiakan.

Setelahnya, adik Florentin Pogba ini lalu bermain di akademi Manchester United dan menjalani debut tim senior pada tahun 2011. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Sir Alex Ferguson lalu mempromosikannya ke tim utama di musim 2011-2012.

Tapi, seperti kedatangannya, kepergiannya pun diiringi kontroversi. Pemain berpaspor Prancis ini pergi ke Juventus pada musim panas 2012 secara gratis, setelah enggan memperpanjang kontrak di Teater Impian.

Pada prosesnya, kontroversi mencuat, karena Sir Alex Ferguson menilai Pogba kurang menghargai klub, karena diduga sudah melakukan negosiasi diam-diam dengan tim raksasa Italia. Situasi makin panas, karena Fergie diketahui punya hubungan kurang baik dengan Mino Raiola, agen Pogba saat itu.

Meski datang sebagai pemain gratisan, kiprah pemain berdarah Guinea ini di kota Turin benar-benar moncer. Bersama Andrea Pirlo, Arturo Vidal dan Claudio Marchisio, Pogba menjelma jadi satu pilar tim di era dominasi domestik Si Zebra.

Perkembangannya yang sangat pesat di Italia juga merembet ke Timnas Prancis. Dimana, trofi Piala Dunia U-20 2013 dan penghargaan pemain terbaik turnamen sukses didapat.

Hasilnya, pemain kelahiran 15 Maret 1993 ini lalu mencatat debut timnas senior di tahun yang sama, sebelum akhirnya tampil di Piala Dunia 2014. Di turnamen ini, meski Les Bleus angkat koper di perempat final, sinar Pogba tetap mencorong, karena mendapat penghargaan Pemain Muda Terbaik turnamen.

Sejak saat itu, reputasi peraih Golden Boy tahun 2013 sebagai salah satu gelandang terbaik dunia terus berkembang. Tak ada lagi kontroversi, hanya puja-puji yang terus berdatangan, karena fokus penuhnya pada performa di lapangan.

Perkembangan Si Gurita juga semakin pesat, setelah membantu Si Nyonya Tua lolos ke final Liga Champions musim 2014/2015, disusul peran integral kala membantu Timnas Prancis lolos ke final Euro 2016.

Dengan sederet prestasi dan performa mentereng di klub maupun negaranya, wajar jika harganya meroket tinggi. Tak tanggung-tanggung, Manchester United sampai harus memecahkan rekor transfer termahal dunia, saat memulangkannya dari Turin dengan ongkos transfer 89 juta pounds.

Memang, sekembalinya ke Manchester, gelandang elegan ini langsung meraih trofi Piala Liga Inggris, Liga Europa, dan Community Shield di tahun pertamanya. Tapi, kontroversi demi kontroversi muncul di periode keduanya bersama Setan Merah.

Hasilnya, para Manchunian justru kerap dibuat frustrasi oleh pemain termahal mereka. Apalagi, setelah Il Polpo justru tampil oke, ketika membantu Timnas Prancis juara Piala Dunia 2018

Rentetan cedera, inkonsistensi, dan tingkah nyentrik telah membuatnya berbeda total dengan saat masih di Juventus atau saat berseragam Timnas Prancis. Kekacauan itu semakin sempurna, berkat pemberitaan gila-gilaan khas media Inggris.

Gawatnya, dibanding mencetak gol atau assist, pemain nomor punggung 6 ini justru lebih produktif dalam hal membuat konten viral di media sosial, atau berganti gaya rambut.

Apa boleh buat, Pogba pun jadi pesakitan. Gajinya yang mencapai angka 290 ribu pounds sepekan jadi satu beban berat. Alih-alih disebut pesepak bola, label selebriti lebih pas untuknya, karena selama periode kedua di MU, aktivitas keartisan di luar lapangan justru lebih banyak ketimbang bermain sepak bola di lapangan hijau.

Bayangan suram itu makin sempurna, karena pemain asal Prancis ini tak bisa berbuat banyak saat performa tim memble sepanjang musim 2021/2022. Secara mengenaskan, rival sekota Manchester City itu gagal lolos ke Liga Champions musim depan.

Makanya, bukan kejutan kalau manajemen United akhirnya enggan memperpanjang kontrak sang bintang. Begitu juga saat si pemain memutuskan pindah lagi secara gratis ke Juventus per 1 Juli mendatang, seperti sedekade lalu.

Tapi, kontroversi belakangan kembali muncul, karena pemain bernama lengkap Paul Labile Pogba ini merilis seri dokumenter pribadi bertajuk "The Pogmentary" yang dinilai terlalu bias. Seri besutan Amazon Prime itu justru terkesan menampilkan sisi angkuh sang pemain secara gamblang.

Alhasil, Manchunian pun marah dan mengkritiknya habis-habisan. Sebuah akhir kurang mengenakkan, dari seorang pemain bintang yang pada awalnya disambut bak superstar.

Tapi, dari perjalanannya di Manchester United dan Juventus sejauh ini, ada dua wajah berbeda, yang sukses ditampilkan Pogba di dua klub itu.

Di Juventus, kita benar-benar melihatnya sebagai seorang pesepak bola, sementara di Old Trafford, kita diajak melihat versi selebritis darinya. Ironisnya, versi pesepak bolanya justru konsisten dihadirkan di Timnas Prancis, bahkan sejak level junior.

Dengan semakin dekatnya Piala Dunia 2022, absensi MU, dan kelolosan Juve di ajang Liga Champions musim depan, keputusan pergi gelandang pemilik tendangan geledek ini memang masuk akal.

Selain untuk mengamankan satu spot ke Qatar lewat penampilan di kompetisi level tertinggi, ada reputasi yang ingin coba diperbaikinya. Maklum, seiring kesuksesan di Rusia dulu, nama Pogba belakangan mulai jadi "benchmark" untuk gelandang tengah berbakat di Prancis.

Terbukti, pada awal kemunculannya, pemain-pemain macam Aurelien Tchouameini dan Eduardo Camavinga (Real Madrid) sama-sama memiliki sebutan "Paul Pogba Baru".

Jadi, bukan kejutan kalau di Allianz Stadium nanti Pogba akan terlihat lebih nyaman ketimbang di Inggris. Karena, ia akan berusaha kembali menampilkan sisi pesepakbolanya, di tempat yang pernah jadi zona nyaman.

Kalau itu kembali terjadi seperti sedekade silam, namanya mungkin akan terpatri dalam ingatan kolektif Manchester United dan Manchunian, sebagai salah satu memori kurang mengenakkan, kalau bukan blunder termahal dalam sejarah klub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun