Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Medali Emas? Lupakan Dulu!

7 Mei 2022   10:06 Diperbarui: 7 Mei 2022   10:15 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(CNN Indonesia.com)

Judul di atas adalah pendapat yang terlintas di pikiran saya, setelah melihat aksi Timnas Indonesia, setelah ditekuk Vietnam dengan skor telak 0-3, pada laga pembuka cabor sepak bola SEA Games Vietnam, Jumat (5/6).

Seperti diketahui, Tim Garuda berangkat ke Negeri Paman Ho dengan membawa target meraih medali emas yang dicanangkan PSSI, yang seperti biasa membonceng harapan publik sepak bola nasional.

Masalahnya, ekspektasi tinggi ini kadang mengundang rasa sakit cukup hebat, saat kenyataan justru berkata lain. Penampilan saat melawan Vietnam menjadi contoh paling aktual.

Sebenarnya, Marc Klok dkk mampu membendung permainan agresif The Golden Star di babak pertama. Terbukti, skor kacamata bisa bertahan sampai turun minum.

Dari sini, kita bisa melihat, ada kemungkinan repetisi cerita saat di Piala AFF lalu. Dimana, tim asuhan Shin Tae-yong bermain imbang tanpa gol dengan Vietnam.

Sayang, kemungkinan ini rupanya sudah dipelajari dan diantisipasi pelatih Park Hang Seo di kubu sebelah. Dengan mengalirkan bola lebih cepat lewat kombinasi umpan pendek, dan menaikkan tempo di babak kedua, permainan Timnas Indonesia jadi tak berkembang.

Hasilnya gol-gol seperti datang begitu saja. Dimulai dari gol Nguyen Lien Tinh di menit 54, situasi jadi terlihat lebih runyam.

Menyerang jadi sangat sulit, karena kreativitas Timnas Indonesia benar-benar kering. Tak ada skema yang jelas, kebanyakan umpan panjang langsung ke depan, seperti nonton Liga 1 saja.

Bola pun tampak mudah direbut pemain Vietnam, karena pemain Indonesia kerap terlalu lama menggoreng bola sendirian. Penyakit lama Timnas Indonesia yang kambuh lagi adalah, kehabisan bensin setelah satu jam berlalu.

Alhasil, serangan tim jadi monoton, mudah patah, bahkan sebelum mendekati kotak penalti.  Celakanya, lima belas menit terakhir waktu normal benar-benar jadi mimpi buruk, karena Vietnam semakin bersemangat memburu gol tambahan.

Dengan pertahanan yang sudah kocar-kacir dan rapuh, pertarungan dua pelatih asal Korea Selatan di laga ini menjadi timpang. Gol Do Hung Dung di menit ke 74 dan Le Van Do tiga menit jelang bubaran menyempurnakan dominasi Vietnam di depan puluhan ribu pendukungnya.

Tanpa perlu mempersoalkan kepemimpinan wasit, seharusnya PSSI perlu menyadari, membonceng harapan publik sepak bola nasional adalah awal dari masalah. Tim akan terbebani, dan bisa saja tampil kacau, seperti pada babak kedua melawan Vietnam.

Dengan level performa seperti itu, juara jelas bukan target realistis. Bisa memperbaiki performa di laga-laga selanjutnya, menjadi satu target paling awal yang realistis.

Jika mampu mencapai babak semifinal saja, itu sudah bagus, selebihnya bonus

Kalah telak di laga perdana jelas menjadi satu pukulan berat. Disinilah mental tim akan diuji. Jika bisa bangkit, seharusnya semua akan baik-baik saja. Andai gagal bangkit, tidak perlu kecewa, karena kualitas aktual pemain dan kompetisi nasional kita ternyata memang belum sehebat yang selama digembar-gemborkan media dan warganet kita.

Media dan dunia maya memang bisa melebihkan segalanya, tapi dalam sepak bola, kualitas aktual selalu terlihat dari penampilan di atas lapangan hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun