Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kasus Marko Simic dan Sisi Muram Sepakbola Nasional

27 April 2022   12:59 Diperbarui: 28 April 2022   09:15 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi, sejak awal pandemi, pemasukan klub dari penjualan tiket di stadion relatif nihil. Maklum, penonton dilarang menonton langsung pertandingan di stadion.

Padahal, selain kontrak sponsor, inilah satu sektor yang banyak diandalkan klub untuk mengeruk uang. Tapi, kalau melihat situasi kontrak sponsornya, Persija (dan beberapa klub lain) memang punya sponsor yang ternyata adalah perusahaan bermasalah.

Seperti diketahui, berdasarkan penelusuran PPATK, Persija Jakarta, PSS Sleman, Bhayangkara FC, Borneo FC, dan Madura United diketahui menjalin kerjasama sponsor dengan beberapa perusahaan robot trading, dengan nilai total mencapai miliaran rupiah.

Masalahnya, ketika robot trading ini ternyata adalah investasi bodong, klub harus mengembalikan dana yang sudah dipakai. Alhasil, mereka pun rugi, dan harus mengakalinya.

Salah satu cara klasiknya adalah, dengan menunggak gaji pemain, terutama yang angka gajinya paling banyak. Tentu saja, ini tidak profesional, karena dalam kapasitasnya sebagai pekerja, seorang pemain profesional berhak mendapatkan gaji.

Jika si pemain ternyata masih "dipaksa" bekerja sukarela, dengan bermain selama setahun tanpa digaji, seharusnya klub itu malu jika masih menyebut diri sebagai klub profesional. Kecuali, klub itu sedang dalam situasi bangkrut, seperti Parma (klub liga Italia) beberapa tahun lalu.


Secara regulatif, PSSI sebenarnya bisa saja menjatuhkan sanksi pengurangan sembilan poin. Dengan catatan, klub terbukti bersalah, dan PSSI bisa tegas.

Masalahnya, dalam hal ketegasan, PSSI kadang susah ditebak. Kadang, mereka bisa sangat keras, kadang bisa sangat lunak.

Mungkin, cara Marko Simic mengucapkan perpisahan dan menyebut masalah tunggakan gajinya di media sosial terlihat kurang mengenakkan. Apalagi, kalau ini menjadi viral di mancanegara.

Sederhananya, gaji ditunggak, warganet bertindak, karena tidak ada tempat lain untuk mengadu. Ke depannya, jika klub masih bersikap kurang profesional, memviralkan di media sosial akan jadi satu kebiasaan umum.

Cara ini pernah berhasil dilakukan oleh Alex Goncalves (pemain Persikabo asal Brasil) setahun silam. Kala itu, masalahnya menjadi viral, bahkan sampai membuat Jair Bolsonaro (presiden Brasil) turun tangan membantu, sebelum akhirnya beres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun