Tim Gajah Perang sendiri memastikan lolos ke final, setelah mengalahkan Vietnam dengan agregat 2-0 di semifinal. Di leg pertama, Vietnam kalah 0-2, dan hanya mampu bermain imbang tanpa gol di leg kedua, Minggu (26/12).
Dengan kurang bagusnya rekam jejak pertemuan Timnas Indonesia atas Thailand, rasanya tak perlu ada prediksi buat Timnas Indonesia, di final keenam ini, karena prediksi itu akan terlihat seperti ekspektasi.
Suka atau tidak, kita hanya perlu mengakui, Tim Garuda sering dibuat patah hati di final tanpa pernah jadi "terlatih patah hati". Jika sudah terlatih, seharusnya torehan trofi Piala AFF Indonesia sudah pecah telur.
Ironisnya, dukungan dan euforia yang ada justru membuat Timnas Indonesia "terbiasa patah hati". Sambutan luar biasa publik, setiap kali Tim Merah Putih lolos ke final, membuatnya seolah sudah keluar sebagai juara.
Semua itu benar-benar melenakan, dan membuat Timnas Indonesia sering bermain seperti sudah juara.
Padahal, lolos ke final saja masih belum cukup untuk memastikan sebuah tim menjadi juara. Justru di partai final-lah semua akan ditentukan.
Partai melawan Thailand mungkin terlihat agak timpang dari segi pengalaman, karena tim asuhan Alexandre Polking ini diperkuat pemain berpengalaman seperti Chanathip Songkrasin dan Teerasil Dangda, sementara Indonesia mayoritas diisi pemain muda minim pengalaman.
Ini akan jadi partai yang sulit untuk Witan Sulaeman dkk, tapi selama mereka mampu bermain sebaik mungkin, harapan itu masih ada. Minimal, Thailand tak meraihnya dengan mudah.
Praktis, satu-satunya keuntungan Timnas Indonesia di final Piala AFF kali ini adalah, bermain di tempat netral di luar negeri. Dengan demikian, sehebat apapun pemberitaan media di dalam negeri, fokus para pemain dan tim pelatih tetap tak terganggu, karena posisi mereka sedang di luar negeri.
Soal hasil akhir, alih-alih berekspektasi sangat tinggi seperti yang sudah-sudah, kita semua perlu menyiapkan hati, untuk bisa menerima apapun hasilnya, sekalipun ada momen keputusan kontroversial wasit.
Dengan demikian, tak ada alasan untuk jumawa saat menang, atau terlanjur patah hati berat saat kalah.
Siap?